XI

1.2K 133 0
                                    

Pagi yang indah saat melihat dua pria mapan dan tampan telah terbangun dan berkutat dengan alat-alat memasak dan bahan-bahan makanan yang akan di olah menjadi sarapan pagi yang lezat.

Ini hari ke tiga Jungkook, Byeol, dan juga Hyejin meliburkan diri mereka sendiri dari aktivitas sekolah mereka. Mereka Takkan khawatir karena Taehyung telah mengizinkan mereka pada pihak sekolah.

"Jimin, biar aku saja yang melanjutkan. Kau bangunkan saja ketiga tukang tidur itu," ucap Taehyung sambil memasukan bahan masakan yang telah di potong kedalam wajan, pria itu terkekeh setelah mengucapkan itu.

"Tidak perlu, kita selesaikan ini dulu baru bangunkan mereka." Taehyung menoleh menatap Jimin sesaat, lalu setelahnya ia mengangguk dan kembali melanjutkan aktivitas memasaknya.

"Kau kembali pukul berapa?" tanya Jimin tanpa menoleh dan tetap melanjutkan kegiatan membuat omlate gulung.

"Setelah meeting selesai, aku akan pulang." Jimin hanya menganggukan kepalanya, setelah itu suasana kembali hening. Hanya terdengar suara alat masak yang beradu serta suara khas orang memasak.

"Jimin." Jimin berdehem menyahut panggilan Taehyung.

"Kau serius dengan ucapanmu semalam?" Jimin mengerutkan kening bingung.

"Yang mana?"

"Kau senang aku menjaga Hyejin seperti dirimu menjaga Hyejin juga." 

"Tentu, aku serius asal kau tak main-main dengan perasaan adikku. Aku serius jika kau juga serius dengan adikku, Hyejin memiliki kekurang yang terlihat jelas." Taehyung tersenyum mendengar nada khawatir dari pria di sebelahnya.

"Kau bisa bilang aku tipe orang yang serius jika melakukan hubungan, naas saja aku selalu dihianati." Taehyung terkekeh dengan perkataannya sendiri.

"Wah, miris sekali nasibmu. Kau beruntung bertemu adikku, satu catatan... itu jika Hyejin menerimamu."

"Iyaa... tentu, aku serius. Aku tahu kekhawatiranmu, untuk apa aku mencintai adikmu jika aku tidak bisa menerima kekurangannya. Ia memang memiliki satu kekurangan, tapi dari satu kekurang ia memiiki semua kelebihan yang belum tentu orang lain miliki." Jimin tersenyum, setelah selesai membuat omlate gulung ia menata meja makan selagi Taehyung sibuk dengan masakannya.

"Kau tahu jika Hyejin takkan melajutkan studynya ke universitas setelah ia lulus beberapa bulan lagi."

"Benarkah? Kenapa?" Taehyung mematikan kompornya dan berbalik menatap Jimin penasaran.

"Ayah memberi tahuku jika Hyejin tak ingin melanjutkan studynya, jadi setelah itu aku bertanya padanya kenapa ia tak ingin masuk universitas melalui video call. Saat aku bertanya tentang itu, ia menjawab...akan sangat sulit melamar pekerjaan dengan kekurangan yang kumiliki, akan jadi sia-sia jika aku masuk ke universitas, itu hanya akan menghabiskan banyak biaya. Aku hanya akan mengurus ayah dirumah dan menunggu ada pangeran baik hati yang mau melamar gadis bisu sepertiku." Jimin menjeda perkataannya, merasa sedih mengingat adiknya yang terlihat sedikit putus asa dengan kekurangan yang ada di dirinya.

"Aku tertawa setelah mendengar Hyejin berkata seperti itu, namun sejujurnya aku merasa sedih melihatnya yang putus asa dengan keinginannya. Tapi, setelah bertemu denganmu. Melihat interaksimu yang terlihat sangat menyayangi adikku, aku merasa lega..."

Mereka sama-sama tersenyum, sama-sama merasa lega satu sama lain.

"Aku akan melamar adikmu." Jimin terdiam menunggu Taehyung melanjutkan kalimatnya.

"Aku akan melamar adikmu tepat saat di kelulusannya, apa kau mengizinkan? Aku juga akan minta izin pada ayahmu."

"Bagaimana jika kau ditolak, bukankah akan sangat memalukan?" ucap jimin sambil terkekeh, membuat pria bermarga Kim itu juga ikut terkekeh.

Sincere ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang