Prolog

200 27 7
                                    

"Ayo Cepetan! Aku tinggal nih."
"Bentar, aku capek. Mending aku baca buku aja di rumah."
"Kamu sih belajar mulu, jarang olahraga. Makanya cepet capek kan."
Ketiga bocah laki laki itu melajukan sepedanya dengan cepat dan menghiraukan gadis kecil yang tertinggal di belakangnya.

.

"Kalian mah curang, ninggalin aku."
"Kamu sih lama bawa sepedanya, makanya kita tinggalin."
"Ih aku kan cewek, kalian cowok. Jadi aku gak bisa secepet kalian."
"Lagian kalian ngajak kesini. Ini kan dataran tinggi, jadi kita lebih capek goes sepedanya."
"Ya udah, duduk yuk. Capek."
Keempatnya pun duduk menghadap senja di atas hamparan rumput yang luas.
"Gak nyesel ya, kesini. Pemandangannya bagus."
Hening, yang terdengar hanya hembusan nafas dan angin yang menyapu dedaunan kering.
"Mataharinya bagus. Aku suka deh."
Ketiga bocah laki laki yang diajak bicara masih saja tidak bergeming.
"Hmm ... Kalian tau kan kalau aku sayang kalian?"
Respon yang masih sama membuat gadis kecil ini kehabisan kesabarannya.
"Ih! Kalian gak asik banget sih! Aku gak mau temenan sama kalian lagi."
Gadis kecil itu berjalan menjauhi ketiga sahabatnya. Dia melangkahkan kakinya menembus cahaya kemerahan yang dipancarkan sang surya. Tiba-tiba ia merasakan kehadiran seseorang di belakangnya.
"Kamu tau kan kalau aku sayang kamu?"
Yang diajak bicara hanya diam. Tidak tahu harus merespon apa.
"Janji ya, kita bakal jadi sahabat selamanya."
Bocah laki-laki ini mengacungkan kelingking nya. Ia terdiam sesaat, lalu menyunggingkan senyuman permainannya. Mereka saling mengaitkan kelingking nya.
"Oke, janji."

Day to dawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang