"Deka, Sean, dan Arel, kalian bertiga berdiri di tengah lapangan sampai jam pelajaran pertama selesai!"
Ketiga sahabat itu hanya bisa menurut mendengar amarah Bu Iin di pagi hari saat mereka ingin memulai hari dengan bahagia. Bagaimana tidak, mereka telat berangkat ke sekolah karena menunggu Key yang tak kunjung keluar dari rumahnya. Semua ini salah Key, batin Arel. Dan Arel pun memutuskan untuk mengomeli Key saat jam sekolah berakhir.Saat pulang sekolah ...
"Sial, gua ketinggalan pelajaran Pak Arya kan tadi," omel Sean sembari berjalan keluar dari kelas. Ia memasukkan salah satu tangannya ke saku, lalu satu tangan lainnya menggantungkan tasnya di bahu.
"Alah, udah pinter juga lu. Ketinggalan satu jam juga gak masalah," Deka memukul kepala Sean pelan.
"Mukul-mukul aja lu. Nanti gua ketularan bego kayak lu," Sean menghindari pukulan Deka. Mendengar itu, Deka menambah kekuatan pukulannya lalu mengenai tepat pada kepala Sean.
"Gila, sakit woy," Sean meringis, memegang kepalanya yang dipukul Deka. Terdengar tawa puas dari mulut Deka.
"Udah, udah. Mending lu berdua bantu gua hubungin Key. Dari tadi gua spam gak bales bales," Arel resah. Sedari tadi ia memandangi layar handphonenya yang terbuka pada ruang obrolan Key, tetapi tidak ada balasan sama sekali. Arel mengurungkan niatnya untuk mengomelinya Key. Saat ini yang ada di pikirannya hanyalah rasa khawatir.
"Kita datengin aja ke rumahnya," Sean bergegas menuju mobilnya dan diikuti oleh kedua sahabatnya yang hanya menurut dengan perintah Sean.
Sean menghidupkan mesin mobilnya, lalu segera melajukannya menuju rumah Key. Sesampainya disana, rumah tersebut terlihat sepi. Ketiga sahabat itu sedikit berdebat tentang haruskah mereka turun untuk memastikan Key ada didalam rumah atau anggap saja ia tidak ada dirumah yang terlihat sepi itu. Akhirnya mereka memutuskan untuk turun dari mobil. Arel mengetuk pintu rumah Key dengan tiga kali ketukan.Tok tok tok
Tidak ada jawaban. Arel masih belum menyerah dengan mencoba mengetuk pintu rumahnya kembali. Masih tidak ada jawaban. Deka yang sudah putus harapan mengajak Sean dan Arel kembali ke mobil.
"Udah gua bilang, Key gak mungkin di dalem. Kita cari ke tempat lain aja," ajak Deka putus asa. Kedua sahabatnya yang lain menuruti perkataannya.
Mereka bertiga berjalan keluar pagar rumah Key. Ketika mereka sudah mendekati mobil Sean, terlihat sosok laki-laki sebaya keluar dari mobilnya lalu berjalan kearah mereka. Terlihat familiar, Sean mendekatinya karena penasaran. Seketika raut wajah Sean berubah menjadi ceria.
"Bryan! Lama gak ketemu! Apa kabar lu?" Sean meraih tangan Bryan lalu mendekatkan badannya dengan badan Bryan. Mendengar nama 'Bryan' disebut, Deka dan Arel berlari mendekati Sean.
"Woy, Bryan! Apa kabar? Kok lu sekarang jarang ke rumah Key lagi?" Cerocos Deka heboh.
"Astaga, lama gak ketemu ya? Apa kabar? Om sama tante juga gimana kabarnya?" Tanya Arel lembut.
Bryan yang bingung mendengar banyaknya pertanyaan yang mereka lontarkan hanya terkekeh lalu memegang tengkuknya.
"Haha, selow, satu-satu nanya nya. Kabar gua baik kok, ortu gua juga baik baik aja di rumah. Iya, ya, gua udah jarang banget main ke rumah Key sejak gua pindah rumah. Kalian sendiri apa kabar?" Bryan yang diketahui sepupu Key dan teman sepermainan mereka sejak kecil saling bertukar kabar dengan ketiga sahabat ini. Ia memang jarang main dengan mereka sejak pindah rumah tiga tahun yang lalu.
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan Bryan, serempak mereka menganggukkan kepala, "kabar kita baik kok," jawab mereka. Seperti menyadari sesuatu, Sean mengerutkan keningnya.
"Lu ngapain jauh-jauh kesini dari rumah lu?" Tanya Sean heran. Hal penting apa yang bikin dia kesini? batin Sean.
"Oh, iya. Kalian pasti nyari Key kan kesini? Dia sekarang tinggal di apartemen bekas ortu gua. Kebetulan tante hana tadi minta ambilin beberapa barang dirumah. Nanti gua tunjukan jalan kesana," jelas Bryan panjang lebar. Mendengar penjelasan Bryan, ketiga sahabat itu menghela nafas lega. Akhirnya kita nemu titik terang, pikir mereka.
Bryan segera mengemasi beberapa barang titipan bunda, lalu menyimpannya di bagasi mobil. Bryan mengemudikan mobilnya didepan mobil Sean, memimpin jalan menuju apartemen. Sesampainya di apartemen, mereka hanya mendapati Kai disana.
"Makasih Bryan udah bawain barang titipan bunda. Sorry gak bisa ketemu bunda, tadi kebetulan bunda keluar ke minimarket," Kai menerima barang-barang yang sudah dikemas rapih oleh Bryan. Mendapati tiga orang yang sangat ia kenal dibelakang Bryan, Kai menyapa ketiga sahabat tersebut.
"Wah, ngapain kalian kesini?" Tanya Kai pada ketiga sahabat tersebut.
"Kita nyari Key. Dia ada di dalem?" Deka balik bertanya pada Kai. Mendengar itu, raut wajah Kai sedikit berubah. Terlihat ia memaksakan senyumnya kembali tanpa menjawab pertanyaan Deka. Mereka heran melihat tingkah ganjil Kai.
"Atau ... Key ikut keluar ke minimarket? Kita nungguin disini deh," Arel bertanya dengan hati-hati. Kai hanya menghela nafas panjang.
"Hm ... Key belum pulang dari tadi malem. Gua coba hubungin juga gak pernah dibales. Mungkin kalian bisa nyari di tempat lain?" akhirnya Kai berani menjawab pertanyaan itu. Mendengar itu, mereka bingung. Mereka tidak tau lagi harus kemana untuk menemukan Key. Mereka memutuskan untuk berpamitan dengan Kai lalu berunding di dalam mobil.
Sesampainya di mobil, mereka terhanyut pada pikirannya masing-masing. Ketiga sahabat itu terdiam, memperkirakan keberadaan Key yang tidak kunjung mereka temukan.
"Kita mau cari kemana lagi?" tanya Arel memecahkan keheningan. Sean dan Deka hanya menggelengkan kepala.
"Gua gak mau berpikiran aneh-aneh tentang Key. Tapi keadaan Key kayak gini yang malah bikin gua mikir gitu," Sean menghela nafasnya lelah. Matanya menatap langit-langit mobil kosong, entah apa yang dipikirkannya.
"Gua kayaknya tau Key dimana," Deka yang sepertinya sedari tadi berpikir keras akhirnya mengeluarkan suaranya. Terkejut dengan perkataan Deka yang tiba-tiba, Sean dan Arel segera mengalihkan pandangannya lalu menatap Deka antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day to dawn
RomanceArel, Key, Deka, Sean Persahabatan bukanlah hal yang selalu bisa dipertahankan. Entah ruang, jarak, dan waktu yang akan memisahkan. Atau justru orang dalam lah yang akan menghancurkannya. . . . . . Ig : @serendythispoems