Jam menunjukkan pukul 13.00. Waktu istirahat tersisa 20 menit lagi. Arel yang sedang bermain kartu UNO di kelas, di panggil oleh wali kelasnya.
"Kenapa pak?" Arel menghampiri pak Fandi.
"Bapak boleh minta tolong gak? Tolong fotokopiin ini ya di depan. Bapak harus ngurusin persiapan UN." Kata pak Fandi. Arel menerima kertas dari pak Fandi.
"Eh, gua kedepan dulu ya sebentar, mau fotokopi." Arel menghampiri ketiga sahabatnya yang masih fokus dengan permainan UNO. Mendengar itu, Sean dan Deka hanya mengangguk.
"Sama siapa kesana?" Tanya Key sembari menatap Arel.
"Sendiri? Kenapa?" Kata Arel balik bertanya. Key pun bangkit dari kursi nya lalu menaruh kartu di meja Sean.
"Sini sama gua, dunia luar terlalu bahaya." Kata Key sambil merangkul Arel.
"Ih, gak usah. Kedepan doang." Arel berusaha melepas diri dari rangkulan Key, namun Key mempereratnya.
"Sekali enggak, tetep enggak." Keduanya pergi keluar kelas menuju tempat fotokopi.
.
Di tempat fotokopi ...
"Rel," panggil Key tiba-tiba. Ia menundukkan kepalanya. Arel merasakan aura sedih yang dipancarkan Key saat memanggilnya.
"Kenapa?" Jawab Arel.
"Kalau misalnya lu dikhianatin sama orang yang lu sayang, gimana?" Tanya Key. Arel mengerutkan alisnya dan menatap Key heran. Sadar dengan tatapan heran Arel, Key mengangkat kepalanya lalu balas menatap Arel, "Enggak, gua cuman nanya kok. Enggak usah khawatir." Key tersenyum.
"Duh, siapa juga yang khawatirkan lu, ngabisin waktu," canda Arel sambil membuang mukanya.
"Halah, gak usah sok gengsi deh sama pacar sendiri. Gua gak ada, nangis kan lu." Ledek Key tak mau kalah.
"Dih pacar. Kenal aja enggak,"
"Yaudah gua pergi,"
"Emang bisa ninggalin gua?"
"Hehe, Enggak,"
Kalimat yang terlontar dari mulut Key itu membuat Arel kehabisan kata-kata. Melihat Arel yang kebingungan untuk membalas cerita Key, ia terburu-buru mengalihkan topik pembicaraan, "jawab pertanyaan gua yang tadi Rel,"
"Hmm ... Orang mana sih yang gak kecewa kalau dia dikhianatin? Semua orang pasti bakal kecewa tergantung prinsipnya. Kalau dia masih kekanak-kanakan dia bakal rewel tapi kalau lu udah bisa ngendaliin, Yaudah berarti lu gak rugi. Nanti kalau butuh bakal balik lagi. Prinsip utamanya sih, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Kalau dia pergi berarti emang udah takdir, ga usah ribet." Jelas Arel panjang lebar. Key terlihat mengerutkan keningnya bimbang.
"Tapi gak segamㅡ" belum selesai Key berbicara, Arel menodongkan jari telunjuknya kedepan mulut Key.
"Sttt ... nurut aja, nanti juga bahagia.".
Key menatap layar handphone-nya kosong. Sedari tadi ia hanya terdiam, teringat kata-kata Arel siang tadi. Key tidak tau apa yang terjadi dengan keluarganya jika video ayahnya diketahui oleh bundanya. Key menghidupkan handphone-nya dan langsung terbuka pada video tersebut. Ia terdiam sebentar, ia terpikir untuk menyimpan baik-baik video itu untuk sementara.
Ting!
Suara notifikasi pesan masuk membubarkan lamunan Key. Tertawa nama ayahnya pada notifikasi tersebut. Key heran, tumben sekali ayahnya mengirimkan pesan. Biasanya ia mengirim pesan jika ingin membicarakan hal penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day to dawn
RomanceArel, Key, Deka, Sean Persahabatan bukanlah hal yang selalu bisa dipertahankan. Entah ruang, jarak, dan waktu yang akan memisahkan. Atau justru orang dalam lah yang akan menghancurkannya. . . . . . Ig : @serendythispoems