Seven

59 7 3
                                    

          Seperti biasa kantin memang menjadi tempat incaran seluruh murid ketika jam istirahat berlangsung. Tak heran jika kantin memang selalu terlihat ramai saat awal jam istirahat dan akan merenggang kembali ketika jam istirahat berakhir. Dan itulah yang menjadi alasan mengapa sahabat-sahabatnya menolak ajakan Deka untuk pergi ke kantin.

          "Ayolah ke kantin. Bosen di kelas," ajak Deka kepada tiga sahabatnya yang masih duduk di bangkunya masing-masing.

          "Mager, rame," kata Sean sembari menyandarkan badan lemasnya di kursi.

          "Kalau mau ke kantin, sendiri aja. Gua nitip mie ayam satu," kata Arel sembari mengeluarkan selembar uang sepuluh ribu Rupiah lalu menyerahkannya ke deka.

          "Dih gak ah, males," kata Deka. Ia pun berfikir kembali demi dapat mengisi kebosanannya. Terlintas di pikirannya untuk mengajak sahabat karibnya tersebut bermain basket di lapangan sekolah.

          "Key, An, basket kuy," ajak Deka. Sean yang tadinya malas untuk keluar kelas mendadak semangat. Ia bangkit dari kursinya lalu dengan bersemangat ia menjawab sahabatnya, "Ayo." Melihat Sean yang meresponnya dengan baik, ia langsung menoleh ke arah Key dengan tatapan memelas.

         Orang yang sedari-tadi dikode oleh Deka ternyata terlihat murung. Deka yang terlihat heran mengangkat suaranya,"Tumben diem, biasanya kalo tentang basket lu yang paling heboh." Key hanya diam.

          Arel yang juga terheran-heran dengan sikap Key pun mengangkat suaranya," Kenapa dah lu dari tadi diem mulu?"

          "Enggak. Gapapa ko. Cuma, ayah bunda cerai," jawab Key dengan mimik dan nada bicaranya yang santai. 

          "CERAI??!!," ketiganya terkejut mendengar jawaban Key. Key hanya mengangguk.

          "Kok bisa?," tanya Arel penasaran dengan cerita dibalik perceraian tersebut.

          "Panjang ceritanya," jawab Key singkat.

         Tak disangka-sangka, Bu Iie masuk ke kelas sambil membawa setumpuk kertas. Sepertinya itu adalah hasil ulangan Bahasa Inggris yang keempat sahabat itu kerjakan bersama teman sekelasnya tiga hari silam. Kedatangan Bu Iie diikuti oleh semua anggota kelas yang seketika hening. Pada akhirnya mereka mengurungkan niat untuk melanjutkan pembicaraan tersebut.

.

          "Kalian tuh serius mau belajar gak sih?! Nilai kayak gini apa yang mau dibanggain? Memang nilai kayak gini bisa dipakai buat SNMPTN?" oceh Bu Iie yang dari tadi hanya membahas tentang ujian Bahasa Inggris yang harus mereka kerjakan kembali sebagai remedial. Bagaimana tidak, ia sudah menghabiskan waktu dengan ocehannya yang membosankan bagi para pendengarnya.

          Sean yang biasanya terlihat senang mendengarkan ocehan Bu Iie, sekarang ia yang telihat paling merasa bosan. Ia berusaha menghibur diri dengan mengajak Deka berbicara, "Ka, Ka, bosen ga? Bu Iie banyak omong banget sih." Yang diajak bicara tidak menghiraukannya. Ia berusaha memanggilnya lagi tetapi Deka tetap tidak menjawabnya.

         "Woii!" Sean meninggikan suaranya yang sebelumnya masih pelan. Deka pun terkejut dan bertanya, "Apa? Kenapa? Oiya Iie emang nyebelin."

          Sean menggerutkan alisnya heran, " gua panggil dari tadi. Mikirin siapa sih lu?"

.

        Suasana ketenangan kamar memang tidak bisa dikalahkan dengan apapun yang ada. Berpadu dengan rintikan air hujan yang tenang membut suasana tersebut makin sempurna. Ditambah lagi tidak ada suara yang mengusik ketenangan tersebut. Tidak ada satu orang pun yang ingin ketenangannya diganggu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Day to dawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang