Bel istirahat telah berbunyi. Keempat sahabat itu tidak ada niatan untuk meninggalkan tempat PW mereka. Arel dan Key memutar arah duduk mereka agar menghadap Sean dan Deka yang duduk di belakangnya.
"Gila bosen banget. Gua yakin habis ini jamkos," Deka merenggangkan tangannya masih dalam posisi duduk.
"Kalo habis ini jamkos, cabut aja yuk!" Tukas key. Ia menyeringai sembari memainkan kunci mobil di telunjuknya. Ketiga sahabat yang diajak bicara saling melirik satu sama lain. Segala macam reaksi mereka lontarkan. Dimulai dari tatapan antusias Deka, tatapan ragu-ragu Arel sampai gelengan kepala Sean.
"Enggak, enggak. Ini hari pertama sekolah dan kalian mau cabut?" Sean yang notabenenya murid rajin dan takut kena hukum menolak tawaran Key.
"Ah, gak asik banget sih lo! Kali ini aja, plis." Deka memohon. Sean masih menggeleng tidak setuju. "Enggak." Hanya itu jawaban yang terlontar dari mulut Sean. Arel masih diam, ragu harus memilih sisi yang mana. Raut bingung Arel terlihat oleh Sean.
"Tuh, liat Arel. Pasti dia gak mau cabut. Kalian ngajarin gak bener nih," dengan wajah meyakinkan, Sean memberi kode pada Arel. Melihat tatapan meyakinkan di Sean, Arel hanya tersenyum paksa. "Hehe ..." tawa canggung Arel.
"Udah, mending denger jawaban dari orangnya langsung deh," Key menghadap Arel. "Lo ikut kita cabut atau stay di sini bareng Sean?" Tanya Key.
Arel menatap Key dan Sean secara bergantian. Terlihat tatapan Sean yang memelas, seakan berkata ayolah Rel, Temenin gua disini. Manik mata Arel beralih ke Key, mencoba membaca tatapan matanya. Nihil, Arel tidak bisa membaca tatapan matanya. Yang ada hanyalah manik Key yang menatap dalam manik Arel. Terkesiap, Arel mengerjapkan matanya beberapa kali.Astaga, untuk kali ini aja lah ya gua cabut, batin Arel.
"Ah lama amat lu. Gercep. Keburu masuk nih!" Omel Deka tidak sabar. Terkejut, Arel sadar dari lamunannya.
"Iya iya, sabar. Jadi ... Gua ... Hmm ..." Arel menggantungkan kalimatnya. Ekspresi antusias dari Deka membuat Arel susah payah menahan tawanya. Arel menarik nafas panjang, keputusannya bulat. "Gua ikut cabut. Hehe ..."
"YES!" Seru Deka dan Key kompak. Deka memukul meja, wujud rasa senangnya. Key melompat dari tempat duduknya dan merentangkan tangannya. Sean terlihat murung, menundukkan kepalanya. "Kuy!" Ajak Key sambil melambaikan kunci mobilnya.
"Ayo, Sean. Kali ini aja. Serius," Deka masih berusaha membujuk Sean.
"Gua jamin aman. Percaya sama gua," kata Key yang sudah berdiri berdampingan dengan Deka.
"Yaudah deh, kita tunggu di depan kelas. Kalau lebih dari lima menit lo gak dateng, kita tinggal. Yuk Ka, Rel." Key dan Deka berjalan menjauhi meja sean. Arel masih duduk di bangkunya, menatap Sean prihatin.
"Ikut yuk? Kali ini aja. Gapapa kok." Bujuk Arel lembut. Sean hanya diam, bimbang. Arel bangkit dari bangku nya. Dan berdiri di samping meja Sean.
"Ikut gak?" Arel tersenyum lembut lalu mengulurkan tangannya.
Sean menimbang, haruskah ia ikut atau tidak. Ia memejamkan mata nya sejenak. Setelah yakin dengan pilihannya, Sean menggapai uluran tangan Arel lalu menggenggamnya.
"Oke, gua ikut." Sean berdiri, membalas senyuman Arel. Mereka berlari beriringan mengejar Key dan Deka yang sudah lebih dulu keluar kelas..
Mereka berjalan menyusuri koridor yang ramai, walaupun waktu istirahat masih tersisa lima menit lagi. Sepanjang jalan, mereka berunding tentang bagaimana cara mereka kabur dengan aman.
"Lo pada tau kan jalan pintas dibelakang kantin?" Tanya Key. Deka mengangguk. Sedangkan Sean dan Arel menggeleng. Melihat reaksi yang berbeda, Key menepuk jidatnya pelan.
"Ketauan banget ni dua anak gak pernah cabut. Tenang, nanti gua kasih tau jalannya," kata Deka. Tangannya menepuk-nepuk pelan bahu Arel dan Sean bersamaan.
Mereka berjalan beriringan ke pojok kantin, lalu masuk ke dalam gang sempit di belakang kantin. Terlihat pintu besi yang tertutup.
"Tau-tau aja kalian tempat kayak gini." Ucap Sean heran sembari mengedarkan pandangannya.
"Wih, asik nih. Gua perdana cabut." Kata Arel takjub dengan tempat persembunyian di sekolahnya.
"Ah, Bacot lu. Tadi pagi ngeselin gua katanya hari ini hari penting bla bla bla. Cabut juga kan lu akhirnya," Omel Deka sambil menirukan gaya bicara Arel saat mengomelinya. Arel terkekeh pelan dan menggaruk kepala nya yang tidak gatal. "Hehe, sorry ..." Kata Arel.
Mereka membuka pintu tersebut lalu berlari ke arah mobil Key yang terparkir tidak jauh dari sana. Key segera duduk ke kursi pengemudi dan Arel duduk disamping nya, sedangkan Deka dan Sean duduk di kursi belakang. Key menghidupkan mesin mobil dan langsung menjalankannya menjauh dari sekolah.
"Kemana nih?" Tanya Key yang masih fokus pada jalanan di depannya.
"Dugem yuk dugem." Jawab Deka.
Plak! Sean memukul kepala Deka. Korban pukulan, Sean, meringis sambil memegang kepalanya.
"Bodoh. Pantesan nilai lu dibawah KKM terus, dugem mulu." Kata Sean. Mendengar perkataan Sean, mereka semua tertawa.
"Udah, mall aja lah." Usul Arel.
"Mall nih jadinya?" Tanya Key memastikan kedua sahabatnya yang lain setuju.
"Ikut aja gua mah." Jawab Deka.
Tanpa berpikir panjang, Key melajukan mobilnya menuju mall terdekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day to dawn
RomanceArel, Key, Deka, Sean Persahabatan bukanlah hal yang selalu bisa dipertahankan. Entah ruang, jarak, dan waktu yang akan memisahkan. Atau justru orang dalam lah yang akan menghancurkannya. . . . . . Ig : @serendythispoems