Suara dentuman bola basket yang beradu dengan lantai semen itu terdengar nyaring di Taman Dandelionㅡ tempat biasa orang-orang menghabiskan waktu untuk olahraga. Sama seperti yang sedang dilakukan Key, Sean, Deka, dan juga Arel.
"Rel, ikut main ga? Duduk aja lo." Ajak Deka masih dengan terengah-engah.
"Gak ah mager." Jawab Arel dengan posisi duduk yang tidak berubah sama sekali.
"Ayo Rel. Gua aja ikut, masa lu kagak. Ayo lah." Seru sean dari jauh sambil men-dribble bola basket dan lalu melemparkannya kepada Arel.
"Bilang aja kalo lu takut kalah lawan kita?" Key yang entah sejak kapan sudah duduk di samping Arel berkata dengan nada sombongnya. Arel yang mendengar itu merasa tertantang. Ia menggulung lengan kaos oversize nya dan berdiri dari duduknya.
"Takut? Sorry, ga ada kata takut di kamus gue."Arel dengan yakin menggiring bola basket hingga ke tengah lapangan. Dengan kegesitannya, Arel berhasil melewati Key, Sean, dan juga Deka yang berusaha menghalanginya. Tanpa ragu, Arel melempar bola basket ke arah ring.
"Yes! Three point!" Seru Arel bahagia.
Melihat Arel merebak three point secara tiba-tiba, semangat mereka menggebu-gebu untuk melawan Arel. Tanpa sadar, mereka bermain basket hingga langit menampakkan senjanya. Semua terduduk lelah di pinggir lapangan sambil menatap langit.
"Udah mau malem, pulang yuk." Ajak Arel yang akhirnya menggerakkan hati para sahabat kecilnya itu untuk bersiap siap kembali ke rumahnya masing masing. Setelah bersiap-siap dengan segala barang bawaan yang dibawa, merekapun berjalan berdampingan menuju rumah masing-masing.
"See ya besok pagi! Jangan lupa besok sekolah!" Arel melambaikan tangannya sebelum berpisah di persimpangan jalan. Ketiga sahabatnya membalas lambaian tangan Arel.
"Iye iye ..." Jawab Deka seadanya. Arel memutar badannya ke arah kiri dan ketiga sahabatnya ke arah sebaliknya. Ketiga remaja lelaki itu berjalan santai menuju rumah masing-masing yang masih satu arah.Gruuuk ...
Seketika mereka berhenti berjalan dengan seluruh pandangan tertuju pada satu orang.
"Deka?" Sean berkata dengan nada heran. Yang disebutkan namanya hanya memegang tengkuknya.
"Lo pada laper gak sih? Hehe." Dengan terkekeh, Deka balik bertanya. Key dan sean hanya menjawab dengan anggukan mantap. Hening, mereka saling melemparkan tatapan mata seolah mereka mengerti apa yang sedang dibicarakan.
"Kayaknya gua ngerti apa yang kalian maksud." Key memecah keheningan dengan senyuman tipis. Dengan aba aba anggukan dari Deka, mereka kompak memutar arah dan berlari ke arah Arel yang masih belum jauh dari persimpangan tempat mereka berpisah tadi.Hup.
Deka berhasil menggapai pundak Arel dan memeluknya. Arel yang terkejut berusaha menjaga keseimbangan badannya.
"Areeel ..." Suara memelas yang dibuat-buat ala deka membuat Arel yang ada di dalam peluangnya ingin dek menjitak kepalanya.
Ada mau nya nih anak, pikir arel.
"Paan?" Jawab Arel sekenanya sambil memutar bola matanya.
"Laper, Reeel ..." mendengar itu, Arel menghembuskan nafasnya dan balik merangkul mereka semua.
"Sini ikut." Kata Arel masih dengan nada daftarnya. Arel sedikit mempercepat langkahnya, membuat ketiga laki laki yang berada di bawah rangkulan Arel kesusahan menyamakan langkah mereka.Layaknya rumah sendiri, sesampainya di rumah Arel, ketiga laki laki itu segera mengambil piring dan ribut memperebutkan nasi.
"Woy, rusuh banget lo pada." Arel berusaha melerai kegaduhan yang terjadi di ruang makannya. Tidak menghiraukan perkataan Arel, mereka sekarang memperebutkan nasi yang menggunung di atas piring Arel. Sampai akhirnya mereka sudah makan dengan tenang berkat bantuan mama Arel. Mereka menghabiskan waktu-waktu terakhir libur dengan bermain PS di rumah Arel hingga pukul 9 malam.
"Rel, kita balik dulu ya. Udah jam sembilan nih." Pamit sean.
"Makasih ya fasilitas rumahnya!" Kata Deka sembari berjalan keluar pagar. Sang pemilik rumah hanya tersenyum pasrah melihat kepergian ketiga sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day to dawn
RomanceArel, Key, Deka, Sean Persahabatan bukanlah hal yang selalu bisa dipertahankan. Entah ruang, jarak, dan waktu yang akan memisahkan. Atau justru orang dalam lah yang akan menghancurkannya. . . . . . Ig : @serendythispoems