#7. HUJAN MULAI TURUN

31 3 0
                                    

April 2018,

Kluunngggg,,, BBM masuk.

“Aku gak bisa jadi yang kamu mau, aku sudah mencobanya tapi aku gak bisa”.

“Maaf aku bisa bersikap dewasa seperti yang Ibumu inginkan”.

“Lebih baik kita akhiri aja hubungan ini, dari pada harus terus saling menyakiti”

“Aku yakin di luar sana masih banyak cewek yang pemikirannya lebih dewasa seperti yang kamu mau”

“Terima kasih atas waktunya selama ini, mau menjagaku, mau meladeni sifatku yang manja”

“Aku sayang kamu”

Gw cuma bisa membaca chat itu tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Tanpa gw sadari, mata mulai mengembun.

Claaakkkk.. setetes air mata tak lagi bisa ditahan untuk jatuh membasahi layar hp.

“Terus selama 3 tahun ini untuk apa? Buat apa? Apa gunanya?”, ucap gw dalam hati dengan air mata yang terus jatuh ke layar hp.

“Kalo itu yang kamu mau, kalo itu yang bisa membuatmu bahagia maka aku rela, bukan aku tak mau menahanmu pergi, tapi untuk apa kalo hati kamu sudah tak nyaman dan sudah enggan bersamaku”.

“Mudah-mudahan kamu selalu bahagia”.

“Aku mencintaimu, meski kita tak lagi sama”. BBM terkirim.

-----------

Seminggu berlalu, gw masih saja murung. Karena awan mendung masih merundung hati gw.

Sebulan, dua bulan, dan masih belum ada perubahan.
Saat itu pas lebaran Idul fitri, gw baru inget kalo memory cardnya Lala ada di gw, yang mana dulu pernah di titip ke gw buat di benerin.

Tanpa memberi kabar dulu, gw datang langsung ke rumahnya Lala.

“Assalamualaikum.” Ucap gw

“Waalaikum salam”. Ternyata mamahnya Lala yang keluar.

“Eehh izi kemana aja, dari kemarin mamah nungguin kamu, kok gak ada main ke rumah”, tanya mamahnya Lala.

“Hehehe maaf Mah, belum sempet”, jawab gw.

“Mamah tanya sama Lala, dia cuma senyum-senyum doang”, Ucap Mamahnya Lala.

“Kata si kakak, kamu emang udah putus sama Lala?”

“Mamah sih menyayangkan keputusan itu, karena mamah juga tau hubungan kalian udah lama, dan mamah juga udah nganggap kamu anak mamah sendiri”, Ucap mamahnya Lala.

“Maafin aku Ma”, jawab gw menunduk.

“Lalanya ada Ma?”, tanya gw.

“Ada kok, bentar Mama panggilin dulu ya”.

“Kamu mau minum apa Zi?”

“Ah gak usah Ma, aku Cuma bentar doang kok disini, Cuma mau ngasih ini doang”, jawab gw sambil ngeluarin memory card.

“Oh yaudah deh, tunggu ya Mama panggilin Lala dulu”.

Saat gw sibuk mainin hp, yang padahal Cuma geser geser menu doang. Tiba-tiba Lala keluar,

“Manis banget senyum lu La, tapi kenapa jadi gini, kenapa takdir tidak mempersatukan kita”, gw membatin dalam hati.

“Hey…”, ucap Lala.

Gw cuma tersenyum, dengan senyum palsu yang penuh luka.

“Ini La , aku mau balikin memory card kamu”, ucap gw.

“Eh iya makasih Zi”, jawab Lala.

30 menit berlalu, gw dan Lala hanya berdiam diri tanpa ada kata yang keluar. Seperti orang benar-benar baru saling kenal.

“La aku pulang dulu ya, udah sore nih”, ucap gw.

“Iya zi, makasih ya”, jawab Lala.

Iya makasih juga atas waktunya 3 tahun lebih ini, jawab gw dalam hati.

Mungkin ini akan menjadi pertemuan pertama dan terakhir gw setelah putus dengan Lala.

(masih) MENUNGGU DATANGNYA PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang