11

268 11 0
                                    


Di pagi hari yang cerah dan sejuk sang surya tak segan menampakkan dirinya dari ufuk timur, memberi cahaya dan kehangatan ke setiap sudut kota.

Seorang gadus cantik yang baru saja terbangun dari dunia mimpinya mengerjakan matanya beberapa kali saat sinar mentari menerobos masuk ke jendela kamarnya.

Duduk di atas kasur empuk miliknya dan menguap lebar-lebar, mengumpulkan seluruh kesadarannya yang belum terkumpul sepenuhnya.

Gadis itu melirik ke arah jam weker yang berada di atas nakas. "Baru pukul 06--"

"APA?? 06.45!!! Gila gue kesiangan!" Tanpa menunggu apapun lagi, gadis itu beranjak dari duduknya dan bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Beberapa menit berkutik di kamar, akhirnya gadis itu keluar dari kamarnya dan bergegas berlari ke lantai bawah.

"Bundaaa, ayahhh, kak ferdii!!" teriak gadis itu saat dirinya tak menemukan siapapun di lantai bawah.

Tak ada sahutan dari orang yang baru saja gadis itu ucapakan. Menghilangnya mereka benar-benar tak gadis itu ketahui.

"Bi Anii!!" Gadis itu sekali lagi berteriak kembali memanggil asisten rumah tangga yang hampir 10 tahun bekerja di rumahnya.

Tak membutuhkan waktu yang lama, Bi Ani muncul dari arah dapur dengan tangan yang di penuhi dengan busa sabun.

"Loh, kok Non Sheika belum berangkat?" Bu Ani menatap Sheika bingung, pasalnya hati sudah siang dan Nona mudanya masih di rumah.

"Bunda, ayah, sama Kak Ferdi kemana, bi?" Sheika balik bertanya kepada Bi Ani.

"Nyonya sedang ke pasar lalu tuan sudah dari subuh ke kantornya dan Den Ferdi baru saja berangkat," uajr Bi Ani menjelaskan.

"Aduh mampus gue," gumam Sheika pelan sembari menepuk jidatnya dan dengan kekuatan seribu langkah ia berlari keluar rumahnya tanpa menjawab pertanyaan Bi Ani yang belum terjawab itu.

"Non, gak sarapan dulu?!!" teriak Bi Ani dengan keras karena jaraknya dan Nona mudanya lumayan cukup jauh.

"Gak bi, nanti aja!" balas Sheika berteriak tanpa menoleh ke belakang.

Sheika keluar dari dalam pekarangan meninggalkan rumahnya. Tak tinggal diam, Sheika segera berlari dengan cepat agar dirinya segera sampai di halte bus yang letaknya lumayan jauh dari kompleks perumahan.

"Masih ada waktu, gue harus cepet cepet sampai--"

Bukkk!!!

Ringisan kecil terdengar dari mulutnya saat ia meraskan nyeuri di lutut. Dilihatnya lututnya yang sekarang berdarah itu dengan kesal

"Pake acara jatoh lagi, apes banget perasaan hidup gue hari ini." Dengan kesal, Sheika melepas dasi seragam sekolahnya lalu mengikat dasi itu di lututnya yang terus-terusan mengeluarkan darah.

Sheika beranjak dari duduknya, namun sebelum benar-benar beranjak, Sheika sempat mengikat tali sepatunya yang terlepas itu hingga membuatnya jatuh.

Kembali berlari, Sheika dengan kakinya yang pincangnya tetap berlari memaksakan diri agar tidak ketinggalan bis dan aampai di sekolah tepat waktu.

-----

Duduk dengan gelisah di kursi bis, Sheika benar-benar tak bisa tenang. Beberapa kali ia melihat ke arah arloji yang melingkar di tangannya. Keringat yang bercucuran tak lupa selalu dia usap.

"Bang cepetan dong!" Sheika yang memang duduk di dekat pak supir bis akhirnya berseru kesal saat mobik yang ia naiki melaju pelan.

"Kalo mau cepet mah naik mobil pribadi aja, Neng." jawab pak sopir tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan yang mulai padat mendapatkan jawaban ketus dari sang sopir.

He's My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang