21

462 16 3
                                    


Sheika duduk termenung menatap jalanan kota dari kaca jendela bis yang sesak dan panas diakibatkan para penumpang yang berdesak-desakan tak mendapatkan tempat duduk.

Untuk sampai ke tempat pembangkit tenaga listrik membutuhkan waktu sekitar empat jam dan itu sangat membuat Sheika kesal karena harus duduk bersama dengan Arsya.

Sheika melirik menatap Arsya yang nampak begitu tenang tanpa terganggu sedikitpun.

Kedua matanya yang terpejam membuat gadis itu berasumsi jika cowok itu tengah tertidur.

Sheika mendekatkan wajahnya ke arah Arsya, meneliti setiap inci wajah cowok itu dengan seksama.

"Kalo diliat liat, Arsya mirip siapa gitu, ya." Gumam Sheika yang masih berfokus pada wajah tampan Arsya.

Hidung mancung, bibir tipis, rahang tegas dan mata sipit yang sedikit tajamnya membuat Sheika lupa bahwa orang yang berada dihadapannya ini adalah Arsya.

"Ngapain?" Arsya yang sedari tadi hanya berpura-pura tidur membuka matanya saat gadis yang berada disampinya ini tiba-tiba mendekatkan wajahnya.

Sheika buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain. Jantungnya hampir saja meloncat dari tempat karena cowok itu tiba-tiba bangun dan mengagetkannya.

"Ngapain lo liat-liat gue?" Arsya membenarkan posisi duduknya melirik ke arah Sheika.

Sheika mendelik malas ke arah Arsya. "Siapa yang liatin, lo? Ke-pd-an banget si jadi cowok!!" Elaknya.

Arsya mengedikkan bahunya acuh dan kembali membenarkan posisi earphone-nya yang terlepas dari telinganya.

Bis berhenti untuk sesaat sampai akhirnya kembali berjalan diikuti oleh seorang wanita hamil dan seorang anak kecil yang masuk ke dalam bis dan berdiri tepat disamping Arsya.

Wanita itu beberapa kali kehilangan keseimbangan akibat dorongan dari para pumpang yang sama seperti dirinya tak mendapatkan tempat duduk.

Arsya melirik wanita itu lekat, melihat dirinya yang terus melindungi perutnya dan anakknya akibat terdorong orang-orang yang berdesakan membuatnya khawatir.

Arsya menoleh menatap Sheika yang juga saat itu sedang menatap wanita itu khawatir.

"Berdiri!" Titah Arsya membuat perhatian Sheika terlaihkan.

"Udah sampe, ya?" Tanya Sheika polos.

"Banyak tanya lo, cepetan berdiri!" Kesal Arsya kemudian menarik tangan Sheika paksa untuk segara berdiri.

Sheika mendesah pasrah dan mau tak mau beranjak dari duduknya.

"Bu, silahkan duduk." Ucap Arsya seraya tersenyum ke arah wanita yang sedang hamil itu.

Sheika melongo, mulutnya terbuka lebar saat melihat perbedaan sifat Arsya pada wanita hamil itu dan padanya.

"Wuah!! Apa ia tak salah lihat. Selain ekpresi datar, ternyata cowok ini juga bisa manis kayak gini." Batin Sheika bermonolog sembari menatap perlakuan sopan ke arah wanita itu.

Wanita hamil itu melirik Arsya sekilas kemudian beralih melirik Sheika yang berada disampingnya.

"Terima kasih sebelumnya, tapi tak perlu repot-repot. Kasian pacar mas-nya, kayaknya dia kecapekan, deh?"

Sheika dan Arsya saling berpandangan sesaat sedetik kemudian menggelengkan kepalanya bersamaan.

"Enggak ko, Bu. Kami gak pacaran." Ucap Sheika buru-buru yang langsung diangguki oleh Arsya.

"Yah sayang sekali, padahal kalian sangat cocok." Wanita itu mendesah gusar.

Sheika hanya tersenyum kikuk menanggapinya sedangkan Arsya  malah menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Lagian ibu kan lagi hamil, pasti berat bawa anak dalam perut?"

Suara tawa terdengar dari wanita hamil itu, ia menggelengkan kepalanya membantah. "Siapa bilang berat? Enggak ko, cuma kelihatannya aja."

"Bener gak papa nih saya yang duduk disini?" Wanita itu menyakinkan.

Sheika mengangguk mantap. "Gak papa bu."

Sheika menoleh pada anak laki-laki yang sedang wanita itu genggam tengah menundukkan kepalanya seperti menahan kantuk. "Dek, kamu ngantuk ya?"

Wanita itu menunduk menatap putranya saat tak ada jawaban darinya "Kamu ngantuk?"

Anaknya mendongak kemudian mengangguk lucu.

Wanita itu menoleh menatap Sheika dan Arsya bergantian. "Terimakasih."

Arsya dan Sheika mengangguk bersamaan seraya tersenyum melihat wanita hamil itu duduk bersama putranya yang tampak kelelahan.

Selepas itu, akhirnya Sheika dan Arsya berdiri ditengah orang-orang yang berdesakan tak mendapatkan tempat duduk.

Beberapa menit berlalu, bis yang dinaiki Arsya berjalan dengan tenang dan penumpang yang tak mendapatkan tempat duduk berkurang sedikit demi sedikit seiring waktu berjalan hingga menyisakan Sheika dan Arsya yang hanya berdiri ditengah-tengah penumpang lainnya.

Sheika melirik arloji yang melingkar di tangannya, ia menguap lebar-lebar saat mendapati waktu kebiasaan tidur siangnya datang.

"Huaaa, gue ngantuk banget." Sheika bergumam dengan mata yang perlahan mulai terpejam.

Sheika beberapa kali kehilangan keseimbangannya karena tak kuat menahan kantuknya yang kian menjadi.

Ia benar-benar sudah tak kuat menahan rasa ngantuknya dan akhirnya ia benar-benar kehilangan kesadaran dan keseimbangannya hingga membuat tubuhnya oleng dan hampir terhuyung ke belakang jika Arsya tak lebih cepat menahan tubuhnya.

Arsya menghela nafas kasar. "Dasar kebo! Bisa-bisanya dia tidur dalam keadaan kayak gini."

Arsya saat melirik Sheika sudah benar-benar tidur dengan posisi berdiri. Walaupun begitu, gadis itu masih membutuhkankan bantuan Arsya untuk menahan tubuhnya yang beberapa kali hampir terjatuh karena pegangannya yang mulai mengendor.

Arsya mengeratkan pegangan tangan yang satunya pada besi bis yang berada di atas kepalanya dan sebelah tangannya lagi merangkul tubuh Sheika yang semakin kehilangan keseimbangannya.

"Ini orang tidur atau mati, sih." Batin Arsya berseru kesal, saat melihat gadis dihadapannya sama sekali terganggu dalam tidurnya.

Ditatapnya wajah Sheika yang begitu damai hingga senyum manis tercetak diwajah Arsya.

"Cantik," ucap Arsya tanpa ia disadari.

Sedetik kemudian ia kembali tersadar dan buru-buru menggelengkan kepalanya. "Apaan sih, Sya, sadar-sadar!!" batinnya.

Arsya memalingkan wajahnya dari Sheika menatap jalan kota yang ramai dengan beberapa kendaraan beroda dua dan empat.

Arsya yang tengah menikmati pemandangan perjalanannya tiba-tiba tersentak kaget saat sesuatu melingkar di pinggangnya.

"Wangi." Sheika mengigau dalam tidurnya setelah menghirup badan Arsya yang ia pikir adalah gulingnya.

Seketika wajah Arsya memerah, jantungnya yang berdetak normal kini mulai tak wajar. Ia buru-buru mengalihkan pandangan menatralkan perasaannya yang mulai bercampur aduk dan membiarkan gadis itu memeluk tubuhnya.

Arsya kembali melirik ke arah Sheika yang menurutnya jauh lebih cantik dari biasanya.

* * *

Tbc.....

He's My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang