8

278 17 0
                                    

Di tempat lain, tepatnya di dalam rumah mewah bernuansa putih dan keemasan kepunyaan dari keluarga Arfi yang terkenal dengan kekayaan dan pemilik perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di bidang pertambangan, tampak ketiga pria tampan tengah berkumpul di dalam kamar si bungsu keluarga Arfi, siapa lagi jika bukan Arsya Zadqy Arfiansyah.

Di kamar yang sudah seperti kapal pecah gara-gara ulah kedua temannya yang sekarang tengah tiduran di atas kasur milik Arsya dengan sepatu yang masih menempel di kaki dan PlayStation miliknya yang juga tengah dikuasai oleh teman yang satunya lagi.

"Sya, boleh kali gue nginep di sini. Kasian gue sama lo, rumah lo sepi amat, dah, gak ngerti gue, rumah segede gini--"

Bukk!!!

Sebuah benda empuk melayang tepat ke wajahnya, membuat Zaqy yang tengah berbicara langsung terhenti tergantikan dengan sebuah ringisan kecil dari mulutnya.

Zaqy menatap kearah manusia yang baru saja melemparinya dengan bantal, niatnya untuk protes pada Reval tiba-tiba batal kala melihat tatapan tajam dari dia yang sekarang menyuruh Zaqy denga menggunakkan matanya yang sedang melotot untuk melihat ke arah Arsya yang terdiam dengan menundukkan kepalanya seperti termenung.

Dengan cepat Zaqy segera merutuki ucapannya, sungguh ia tak bermaksud menyindir Arsya.
"Sya, gue minta--"

"Hmm, gak papa, emang biasa nya juga kek gini," Arsya berujar tanpa menatap Zaqy yang kini memasang tampang bersalah.

Hening setelahnya Arsya mengatakan itu membuat suasana disana menjadi canggung.

Zaqy yang sekarang terduduk di atas kasur empuk Arsya menatap Reval yang duduk di depan TV tipis berlayar besar untuk meninta pendapat, namun sepertinya Reval tak peduli karena ia hanya mengedikkan bahunya tak mau tahu sebagai jawaban lalu kembali memainkan kembali game PlayStation-nya yang sempat terhenti membuat Zaqy mendengus kesal.


"Ehh, gue denger-denger ada pasar malem, ya?!" Zaqy berujar memecah keheningan yang ia ciptakan sendiri.

Reval yang sedari tadi fokus dengan geme-nya akhirnya menoleh menatap Zaqy antusias. "Serius, lo?!"

Zaqy menganggukkan kepala mengiyakan. "Iya, gue gak sengaja denger dari anak kelas sebelah kita, katanya malam ini bakal ada pasar malam yang suka keliling."

Reval yang mendengar itu lantas bersorak senang melupakan game-nya lalu berdiri dan menyambar jacket nya yang tergeletak di lantai bercamour dengan sampah bekas makanan ringan.

"Kuyy ah. Berangkat!" Seru Reval seraya memakaikan jacket nya untuk bersiap-siap pergi ke pasar malam yang sudanh sangat lama sekali tak dikunjungi.

Zaqy yang memang juga sedang duduk bersantai segera berdiri dan merapikan pakaiannya yang sedikit kusut akibat berguling-guling di atas kasur empuk milik Arsya.

"Yo, Sya!" Zaqy mengaitkan tangannya di leher Arsya yang sekarang tengah duduk di sofa kamarnya bermaksud mengajak temannya yang sedari tadi hanya diam tak bergeming untuk segera pergi ke pasar malam.

"Males," singkat jelas padat, itulah yang dikatakan oleh Arsya untuk menjawab ucapan Zaqy.

"Yahh, gak seru, lo!! Emang lo gak bosen di rumah terus, hah?! Refreshing dikit, napa?!" Zaqy berseru kesal, ia menjauhkan tangannya dari bahu Arsya kemudian menatap Arsya kesal.

"Iya, Sya. Yang Zaqy bilang bener, refreshing bentar aja, mumet gue tiap hari sekolah mulu." Giliran Reval yang sekarang mengeluarkan suaranya menyetujui ucapan Zaqy yang memang ada benarnya juga, selain refreshing tugas Arsya juga harus refreshing dan bersenang-senang sebentar untuk melupakan masalah di keluarganya.

"Pergi aja lo berdua," balas Arsya dengan entengnya.

"Yaudah kalo gitu gue juga gak berangkat, meskipun gue mau, gue bakal batalin dan milih diem disini," ucapan Reval yang terdengar sangat kecewa mampu membuat Arsya tercubit hatinya dan menatap Reval dengan tatapan bersalah, melihat binar bahagia di matanya saat mendengar ucapan Zaqy soal pasar malam membuat Arsya tak enak hati ketika Reval memutuskan untuk membatalkan keinginannya untuk pergi.

"Yaudah, kalo gitu gue juga gak jadi pergi." Zaqy yang mendengar ucapan Reval pun lantas ikut membatalkan rencananya untuk pergi.

Hembusan nafas Arsya terdengar hingga ke telinga kedua temannya membuat mereka mendongak menatap Arsya dengan tatapan berharap.

"Yaudah, kita pergi," jawab Arsya akhirnya menyetujui membuat Zaqy dan Reval berseru senang dan sontak membuat mereka melompat kegirangan layaknya anak kecil yang baru saja diberi permen kapas.

"Pasar malam, I'm Coming!!" Reval berseru riang sembari berjalan keluar dari kamar Arsya dengan langkah riang gembira bersama dengan Zaqy yang juga sedang mengaitkan tangannya di bahu Reval.

Kedua sudut bibir Arsya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman tipis di wajahnya yang jarang sekali tersenyum.

"Gue bersyukur punya mereka," Arsya bergumam pelan dan ikut berjalan keluar dari kamarnya mengikuti kedua temannya yang sudah berjalan jauh di depannya.

Saat ia baru saja menginjakkan kakinya di anak tangga terakhirnya, matanya tak sengaja menatap sebuah poto berukuran besar yang tertempempel di dinding ruang tamu membuatnya otomatis mengehentikan langkanya.

Arsya berjalan mendekati poto yang menampakkan dua orang dewas pria dan wanita serta kedua bocah laki-laki yang berdiri di depan dua orang dewasa itu tengah tersenyum lebar menampakkan deretan giginya.

Tak terasa setetes air mata berhasil lolos keluar dari kedua sudut matanya membuat sang empunya buru-buru menghapusnya dengan kasar lalu tersenyum miring menatap poto itu.

"Jangan pernah kembali lagi!!" Ujar Arsya dengan penuh penekanan lalu kembali melanjutkan langkahnya berjalan menghampiri kedua temannya yang sudah berada di pekarangan rumahnya sembari membunyikan klakson motornya sedari tadi.

* * *

Tbc.

Jangan lupa vote dan komennya yaa 😍

He's My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang