BAB 9

1K 94 39
                                    

Mata wanita itu lalu menatap ke arah Charisa yang nampak berdiri canggung di belakang pangeran Clinton.

"Dia siapa?" Tanya wanita itu sambil merekatkan kaca matanya, menatap lekat ke arah Charisa.

"Dia temanku, Brenda."

👑👑👑

Brenda, wanita dengan kulit tubuh yang mulai mengerut itu membulatkan matanya. Perlahan ia mendekati Charisa yang terdiam di tempatnya.

"Ucha, ayo cepat kita pergi!"

Charisa tersentak kaget saat Brenda menyentuh tangannya. Sekelibat suatu kenangan tiba-tiba terlintas dengan memori suara yang terdengar jelas.

Ia sontak memundurkan langkahnya, menggeleng pelan sambil menahan kepalanya yang tiba-tiba pusing.

"Cha? Kenapa?" Tanya Clinton khawatir.

Lelaki itu langsung menahan tubuh Charisa agar tidak jatuh, dipeganginya pundak Charisa lalu menatap ke arah Brenda yang juga kaget dengan reaksi gadis itu.

"Cha?" Ulang Brenda, ia lalu menatap tak percaya pada Clinton.

Wanita dengan usia hampir setengah abad itu menutup mulutnya tak percaya. Dengan tatapannya yang tengah terperangah dan matanya yang mulai terlihat berkaca-kaca, dia memandang Clinton dengan tatapan menuntut jawaban.

"Iya, ini dia." Sahut Clinton singkat,

Sahutan singkat Clinton langsung membuat Brenda terdiam. Ia lalu menatap Charisa, putri kecilnya yang dulu sangat menggemaskan itu kini mulai beranjak dewasa dan mulai terlihat sangat cantik, mengingatkannya pada seseorang yang paling ia patuhi dulu.

Senyum Brenda pun mengembang, sambil menyeka pelan air mata yang sempat keluar, ia kemudian mendekat ke arah Charisa yang tampak kebingungan.

"Putri kecilku," gumam Brenda sambil memeluk erat Charisa, dan luruh lah sudah air mata yang ia tahan.

"Selamat tidur Brenda,"

"Selamat tidur juga putri Chaqira,"

Sekelibat kenangan itu tiba-tiba muncul lagi. Charisa lantas melepaskan pelukan erat wanita paruh baya itu. Ia lalu menatap Clinton dengan nafasnya yang memburu.

"Ada apa denganku?! Siapa sebenarnya aku?!" tanya Charisa yang langsung histeris dengan semua kenangan yang menyerang memorinya secara tiba-tiba, namun bedanya kali ini dengan berurutan secara teratur. Hal tersebut membuatnya belum siap.

Clinton lantas merengkuh pundak Charisa, menahan tubuh gadis itu untuk tidak jatuh, memegangi erat tangan Charisa untuk tidak mengacak-acak rambutnya sendiri, lalu memeluknya erat.

"Sstt.. Cha, kamu tenang, tenang.. " bisik Clinton sambil memeluk erat Charisa, menenangkannya lalu mengusap lembut punggung gadis itu.

Brenda yang menyaksikan itu hanya bisa terisak. Ia pun lantas membalikkan tubuhnya, menutup mulutnya rapat-rapat untuk menahan suara tangisannya. Ia tidak sanggup melihatnya, rasanya sangat pedih melihat putri kecil yang sangat disayanginya itu terlihat sangat histeris dengan semua memori yang merundung dirinya dengan tiba-tiba.

IRREPLACEABLE (Completed √)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang