Setelah selesai memakan kue, kedua orang tua Harumi kembali ke kamar mereka. Harumi membawa Yuuta yang juga sudah mengantuk dan menidurkan nya di kamar pribadinya.
"Menurutmu, mama Hana jujur tentang alasan dia menangis?"
Akashi membuka buku yang ia ambil dari perpustakaan yang ada di mansion itu. Ia membacanya di sofa yang berada dalam kamar Harumi.
"Tentu saja tidak." Harumi menyelimuti sang adik yang sudah terlelap. "Jangan melupakan fakta bahwa dia mantan aktris. Dia sudah terbiasa akting."
"Bagaimana dengan kesimpulan mu?"
"Mama yang menangis dipelukan papa. Kedua kakak yang tidak ada. Retakan kecil pada dinding dekat pintu. Pintu kamar mandi yang terbuka. Koran yang terjatuh di karpet, dan ada bekas terinjak sendal. Menurut mu bagaimana urutan kejadiannya?"
Harumi berpindah, dan duduk di depan Akashi. Pria itu menutup buku yang sedang ia baca, dan menatap Harumi serius.
"Mama Hana bertengkar dengan salah satu dari mereka, dan salah satu dari mereka menutup pintu penuh emosi."
"Benar, tapi kurang lengkap." Harumi menatap Akashi serius. "Setelah kita keluar dari ruangan itu, Akihito lah yang marah. Mungkin karena sikap papa pada kita sebelumnya, Akihito yang tidak terima dan marah dengan papa."
Harumi bangkit dan mengambil minuman kaleng dari kulkas nya. "Bukannya membalas, papa malah mengabaikan Aki-nii. Dia yang tidak terima lalu berniat memukul papa, namun mama menghalanginya."
Harumi memberikan sekaleng cola untuk Akashi. "Aki-nii yang saat itu emosinya sangat meluap, akhirnya mengatakan hal buruk kepada mama. Dan membuat Hiro-nii marah, lalu memukulnya."
"Lalu, Akihito Nii-san merasa bersalah saat melihat mama Hana menangis karenanya. Dan ia keluar, lalu membanting pintu sangat keras hingga menimbulkan retakan disekitarnya."
"Kau benar, Sei." Harumi meneguk coklat dingin nya. "Hiro-nii yang saat itu sedang sangat marah, memilih untuk mencuci wajahnya dan menatap air. Itulah cara dia menenangkan diri. Ia mengambil tablet yang ia gunakan sebelumnya, dan pergi meninggalkan ruang keluarga. Selanjutnya, keadaan nya seperti yang kita lihat tadi. Benar 'kan, Tomohiro Nii-san."
Akashi melebarkan matanya, terkejut ketika mengetahui keberadaan pria yang ia anggap kakak sulung.
Tomohiro bertepuk tangan. Ia mengapresiasi deduksi adik perempuan nya, yang membuatnya seperti ada di ruangan itu saat kejadian.
"Seperti yang diharapkan dari 'The Heisei Holmes', atau perlu aku panggil 'penerus tunggal keluarga Hattori'. Kau menebak semuanya dengan benar."
Melihat kakak sulungnya keluar dari tempat persembunyiannya, Harumi beranjak untuk mengambilkan kue bagian kakaknya.
"Tomohiro Nii-san. Sejak kapan-"
"Sejak aku keluar dari ruang keluarga.""Ini jatahmu." Harumi meletakkan sepiring kue poundnya di meja, bersamaan dengan sekaleng kopi dingin.
Putra sulung itu mengambil kue yang diberikan sang adik, dan memakannya bersama dengan kopi dingin.
"Sejak kapan kau menyadarinya, Rain-chan?" Tanya Akashi.
"Sejak masuk kamar ini, dan aku mencium bau parfum nya. Padahal saat aku meninggalkan kamar tadi pagi, bau itu tidak ada."Harumi membuang kaleng yang sudah kosong itu, dan mengambilnya yang baru dari dalam kulkas.
"Bau manusia itu tidak bertahan lama, jadi saat aku menidurkan Yuu-chan dan bau itu masih ada, aku berpikir kalau dia ada di kamar mandi dan sedang mengamati air, karena sumber baunya dari sana."

KAMU SEDANG MEMBACA
Story About Us (KNB)
FanfictionGadis bersurai pirang yang bernama Hattori Harumi. Memiliki wajah bak titisan Dewi, dan tubuh yang sempurna menjadikannya incaran setiap pria yang melihatnya. Jangan lupakan manik samudera miliknya yang mampu menenggelamkan siapapun yang melihatnya...