Story 6

77 8 0
                                        

Setelah melakukan perjalanan yang lama dan jauh, membuat ketiganya merasa pegal.

Nijimura menarik koper besar nya.
"Kau bawa banyak sekali barang, Shuu-nii."
Harumi melihat beberapa kantung oleh-oleh yang di bawa Nijimura.

"Ya. Ini semua permintaan dari ku. Katanya mereka rindu dengan Jepang." Nijimura mengecek kembali barang-barangnya. "Haru, aku akan langsung pulang ke rumah. Kalian mau ikut?" Tanya Nijimura.

"Tidak. Kami akan langsung ke mansion. Terimakasih atas tawarannya, Nijimura-san." Ucap Akashi.

"Baiklah, kalau begitu sampai jumpa."
Nijimura berjalan pergi, ia melambaikan tangannya.

Akashi melihat mimik wajah Harumi yang terlihat gugup. "Kau gugup?" Ia menggenggam tangan Harumi.

"Sedikit."

"Tenang saja, aku ada bersamamu." Katanya. "Kau ingat janji kita 'kan? Aku akan selalu bersamamu, jadi jangan khawatir."

Gadis itu tersenyum, dan membalas genggaman Akashi. "Kau benar. Terimakasih, Sei."

"Apa aku mengganggu kegiatan kalian?"

Seorang pria bersurai sama dengan Harumi datang. Ia mengambil koper Harumi.

"Hiro-nii!?" Ucap gadis itu terkejut. "Kukira Aki-nii yang datang menjemput. Dan bahkan aku tidak merasakanmu sama sekali."

"Lama tak berjumpa, Tomohiro Nii-san." Sapa Akashi.
"Ya."

Pria yang dipanggil Harumi 'Hiro' itu memiliki mata sama dengannya. Manik sebiru samudera yang sangat mempesona, yang mampu membuat siapapun tenggelam hanya dengan menatapnya.

"Kau masih kurang latihan, Rumi." Ia lalu berjalan dan diikuti Harumi serta Akashi. "Si bodoh itu baru saja tidur karena menunggumu selama dua hari. Jadi aku yang harus menjemput kalian. Ayo pulang."

Mereka menaiki sebuah mobil mewah milik sang kakak. "Hiro-nii, ini jenis Lamborghini Praha ya? Sangat keren! Aku ingin mencoba nya!"

"Aku melarangmu. Kau belum punya SIM." Ucap kakak sulung gadis itu. "Tapi aku sudah bisa mengendarai motor dan mobil! Dan aku juga hanya berlatih di mansion. Boleh ya, Hiro Onii-chan~" Harumi mengeluarkan jurus andalannya, yaitu puppy eyes.

"Aku benci anjing, jadi jurusmu itu tidak akan mempan."
Harumi mendecih pelan. "Pelit."
"Aku mendengarmu, bodoh."
Harumi cemberut, membuat Akashi tak kuasa menahan tertawa.

"Ano, Hiro-nii...," Harumi mencengkeram kuat bajunya. "Apa 'beliau' ada?"

"Ya. Dia mengambil cuti hingga tahun baru." Tomohiro menjawab seadanya karena sedang menyetir.

"Begitu ya...,"
"Turun, kita sudah sampai."
Harumi dan Akashi melepaskan sabuk pengaman mereka, dan turun dari mobil.

"Akhirnya kita sampai...," Harumi memandang mansion-yang lebih mirip gedung putih-dan berjalan masuk.

"Rain-chan, barang bawaanmu!"
"Aku lupa." Ia kembali mendekati Akashi, dan membawa barangnya sendiri. "Maaf, aku lupa. Terimakasih, Sei-chan." Ia tersenyum lebar.

Mereka memasuki mansion itu, dan disambut oleh para pelayan yang senang akan kehadiran keduanya.

Mereka berjalan menuju ruang keluarga, tempat biasa ibu dari gadis itu berada.

"Mama, aku pulang." Keduanya memasuki ruang keluarga.

Mereka melihat seorang wanita cantik dan seorang anak laki-laki yang berusia sekita 5 tahun. Wanita itu sedang membaca sebuah majalah sedangkan anak laki-laki itu sedang bermain puzzle.

Story About Us (KNB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang