Part 39. Masa Lalu Abi

41.9K 3.1K 194
                                    

Warning!
This part may be contain sensitive content.

Jangan terlalu serius ya bacanya.

.....

"Lalu?" tanya Iinas makin penasaran.

"Adelia ada di sana."

"Ngapain?"

"Sama tiga temannya."

"Ngapain?"

"Cowok."

"Ngapain Mas??"

Duh, Abi nih! Bikin Iinas tambah penasaran aja.

"Telanjang." kata Abi lagi.

Mata Iinas membulat seketika. Dadanya sesak.

"Dia... diperkosa?" tanya Iinas lirih.

Abi menggeleng. "Awalnya saya kira begitu. Udah mau saya tolongin, tapi nggak jadi."

"Kenapa?"

"Karena saya lihat ekspresinya. Bukan seperti seseorang yang sedang kesakitan atau dipaksa."

Iinas makin membulatkan matanya. Tangannya sampai nutup mulutnya sendiri.

What the hell!  Makasud Mas Abi apaan sih?

"Maksudnya gimana Mas?"

"Saya mau muntah waktu itu. Beberapa saat saya berdiri di sana. Kaget, nggak bisa ngapa-ngapain." lanjut Abi mengabaikan pertanyaan Iinas.

"Mas, maksudnya gimana sih? Mereka ngapain?"

"Pas saya mau balik, salah satu dari mereka lihat saya. Dan, malah meminta saya buat gabung."

"Gabung apa?"

Duh, Mas Abi ini ngomongin apa sih? Kalau si Adel itu nggak diperkosa, mereka ngapain di dalam sana?

"Dan, dia belum menyadari keberadaan saya. Masih asik dengan teriakan dan erangannya di antara dua cowok."

"What? Ng-nggak mungkin! Maksudnya... Maksudnya..."

Jangan bilang kalau apa yang dipikiran Iinas itu...

"Satu temannya yang menghadap saya itu, teriak manggil saya, minta saya buat gabung. Saat itu, baru dia sadar dan noleh ke saya. Tapi, dia nggak bilang apapun. Mungkin juga nggak sadar karena sedang digarap dua orang."

"What the hell!" umpat Iinas. "Mas, aku mau muntah! OMG!" Iinas benran mau muntah. Tangannya udah nutupin mulutnya. Berusaha nggak ngebayangin apa yang baru aja diceritain Abi.

Hoekk!!

Iyyuh!!

"Itu yang saya rasakan waktu itu. Saya langsung muntah-muntah di luar gudang."

"Saya ambil minum ya Mas."

"Nanti aja." Iinas udah mau bangun, tapi ditarik Abi. "Saya belum selesai."

"Tapi jangan cerita yang itu lagi ya."

Abi mengangguk. Dia juga nggak mau cetita bagian itu lagi. Cukup selama ini waktunya buat ngelupain bayangan kelam dan menjijikkan itu.

"Dua minggu saya nggak doyan makan. Selama itu, saya berusaha buat ngelupain apa yang pernah saya lihat. Bahkan, tiga hari saya nggak mau masuk sekolah. Kepala saya rasanya mau pecah karena kebayang terus."

Iinas mengelus dada Abi. Iinas bisa membayangkan apa yang dirasakan Abi. Kalau itu dirinya, mungkin Iinas bakal merasakan hal yang sama kayak Abi. Atau bahkan lebih parah.

Guide to Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang