Warning!! 25++
Adult content!....
"Mmas?"
Iinas merintih. Tangan Abi tekun banget meremasi payudaranya. Dari tadi, bagian itu terus yang dibersihkan sama Abi. Sampai Iinas cuma bisa pasrah baringan di bathtube. Tangan Abi terasa hangat di dadanya.
"Enakkan?"
"Emmmh."
Iinas makin merintih, udah ditegur, Abi malah mainin puncaknya. Bikin punggung Iinas merinding, dan perutnya mulas. Geli banget, tapi aneh, tapi enak juga. Apalagi pas dicubit-cubut sama Abi. Iinas nggak tau lagi mesti ngapain selain pegangin lengan Abi kuat-kuat.
"Bentar ya." Abi melepas semuanya. Membiarkan Iinas bernapas sejenak, lalu dia ikut melepasi seluruh pakaiannya. Dan, sesaat kemudian udah gabung sama Iinas. Untung bathtube-nya besar. Abi duduk di belakang Iinas, ngangkat Iinas biar duduk di pangkuannya.
Seketika tubuh Iinas bergetar. Merasakan kehangatan dada Abi di punggungnya, juga milik Abi yang ternyata udah menegang di bokongnya.
Tangan Abi menarik rapat perut Iinas, membuatnya makin nempel sama tubuhnya. Tanpa tanya lagi, tangan satunya udah mulai membelai dada yang tadi sempat ditinggalkannya. Memijat lembut di sana.
"Enghh." Iinas mendongak, meresapi sentuhan Abi di kulitanya. Seketika, bibirnya dilumat oleh Abi. Ciuman mereka begitu dalam dan menuntut. Tapi, nggak mengurangi ritme belaian Abi pada tubuh Iinas.
Entah gimana ceritanya, lemas yang dirasakan Iinas akibat muntahnya tadi hilang. Mungkin karena efek lemon tea, segarnya air, atau mungkin juga karena setiap rangsangan yang diberikan Abi. Iinas nggak tau.
Abi melepas tautan bibir mereka, membiarkan Iinas buat ambil napas sebanyaknya. Bibirnya beralih mengecupi leher, juga pundak istrinya. Abi suka rasa Iinas pas lagi basah begini. Terasa segar.
Tangan Abi sesekali menggosok tubuh Iinas dengan benar, membiarkan cairan sabun membersihkan tubuh Iinas. Namun, meskipun itu dilakuin dengan benar, tetep aja ngasih efek lain buat Iinas. Tububnya makin meremang, terutama pas Abi menggosok paha dalamnya, terus merambat ke atas.
Uh, Iinas panas dingin.
"Mas." Iinas membalik tubuhnya. Duduk menghadap Abi dalam pangkuannya. Tangannya mengalung erat di leher Abi, disusul dengan bibirnya yang memagut bibir Abi.
Lidah mereka turut bertaut erat. Saling membelai satu sama lain. Mencari-cari sesuatu di dalam sana, entah apa itu. Tangan Abi memeluk punggung Iinas erat, menempelkan dadanya makin rapat hingga merasakan kekenyalan milik istrinya.
"Mmmhh." Iinas mendesah di sela ciumannya. Tangan Abi meremas bokongnya kuat-kuat, membuat perutnya makin mulas dan area sensitifnya makin sensitif.
Abi melepas ciumannya, bibirnya berpindah mengecupi leher Iinas. Sesekali menghisapnya kuat sampai Iinas ikutan mengerang. Abi menuntun Iinas buat duduk di tepian bathtube, tangannya membuka lebar paha Iinas. Lalu, menyusupkan kepalanya di sana. Menghirup Iinas dalam-dalam.
Setelah itu, Abi nyalain kran, mengambil shower dan membasuh tubuh Iinas biar air sabunnya hilang. Karena, meskipun wanginya enak, tapi Abi bersumpah rasanya nggak enak. Pait.
Abi kembali duduk dan menghadap Iinas. Kembali menyusupkan kepalanya di antara paha istrinya. Kayaknya Iinas perlu banyak lubrikasi, karena air membuatnya jadi lebih kesat.
Iinas nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Terserah aja Mas Abi mau ngapain. Iinas pasrah. Lagian, apa yang Mas Abi lakukan itu, membuatnya senang dan nyaman. Dan nikmat. Iinas cuma bisa sesekali mencengkram Abi. Entah pundaknya, lengannya, atau rambut basahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guide to Our Marriage
Ngẫu nhiênIinas Huuriya Darpa. Perempuan 27 tahun, dan belum menikah. Dan sudah bisa ditebak, pasti semua orang memaksanya untuk segera menikah. Maukah? Tidak ada pilihan lain, tentu saja. Jika tidak, cerita tidak akan berlanjut. .......... Abiseka Arya. 28...