CHAPTER 9

103 1 2
                                    

Sesampai dimeja makan mereka duduk. Arin duduk tepat didepan Kahfi.

"Arin ambilin ya?" tawar Arin pada Kahfi dan mengambil piring untuk Kahfi.

Arin mengambilkan Kahfi nasi.
"Mau pake apa, Kak?" tanya Arin pada Kahfi.
"Chicken wings , udam asam manis, atau tumis kangkung china?"

"Lo suka nya apa?" tanya Kahfi.

Irsyad makan sambil melirik mereka.
Dan pura pura terbatuk.

"Uhuk.. Uhukk"

"Minum nih" kata Arin refleks menuangkan segelas air putih.

"Gue jarang lo gituin" kata Irsayd menyindir Arin.

Arin menarik nafas.
"Lah, Mas . mau diperhatiin juga?" tanya Arin yang melanjutkan mengambil lauk untuk Kahfi dan dirinya.

"Gausah. Perhatian Febby uda cukup. Kahfi aja tuh yang diperhatiin. Kasihan gak ada pacarnya" kata Irsyad enteng.

Kahfi tiba tiba tersedak.

"Ini diminum. Makannya pelan pelan" kata Arin yang sigap dan langsung memberi minum.
"Omongan Mas Irsyad jangan didengerin. Jadi kesedak kan"

"Hahahah... Apalagi Fi" kata Irsyad.
"Mas kekamar dulu. Mau mandi"
"Baik baik ya. Oiya kalau mau mandi ambil baju dikamar gue ya ,Fi. Kalau mau pulang ntar lo balik lagi. Kasihan Arin" kata Irsyad yang seketika sudah menghilang.

Arin hanya menggelengkan kepalanya.

"Mau tambah lagi?" tanya Arin yang melihat piring Kahfi yang tersisa nasi tinggal sesuap lagi.

"Gak ah. Uda kenyang, lo aja tambah biar kuat" kata Kahfi.

"Nggak mau ah. Arin juga uda kenyang"

"Gue bantu beresin, ya?" kata Kahfi yang ingin membantu Arin.

"Gakusah. Letak situ aja ntar Arin beresin."

Kahfi menghiraukan kata kata Kahfi dan membereskan piring bekas makan dan membawanya kewastafel.

Arin membawa lauk yang masih tersisa.

"Jangan dicuci. Biar Arin aja"

"Kamu disitu aja. Kalau cewek bisa bantu kenapa cowok gak bisa?" tanya Kahfi dengan menaikkan alisnyalalu tersenyum.

Arin menarik nafas panjang.
"Makasih ya, Kak. Arin beresin makanan ini dulu"

"Iya."
"Oiya. Pembantu dirumah ini cuman satu? Terus kok gak kelihatan?" tanya Kahfi.

"Iya pembantu disini cuman satu dan itu juga cuman sampek jam 3 selebihnya ngerjain sendiri. Karna Mamanya Mas Irsyad kadang kalau sore lebih suka masak sendiri."

"Terus kemana Tante itu?" tanya Kahfi sambil membilas piring yang sudah dicuci.

"Kebetulan Mama lagi keluar negri. Ada mata kuliah disana. Soalnya Mamakan ambil profesi diluar negri."

Kahfi mengangguk ngerti.

"Papanya kemana?"

"Tugas dimedan."

"Sebagai?"

"Papanya Mas Irsyad itu TNI AD dan tugasnya dimedan. kalau Arin itu dari kecilnya hidup dikeluarga ini jadi terbiasa manggil Mama sama Papa. Uda terlalu nyaman" jelas Arin.

"Curhat neng?"

"Arin seriusan"

"Hehehe.. Iyaiya. Oiya uda siap nih non"

"Makasih"

Kahfi tersenyum hingga matanya menyipit.

Saat Arin berjalan tiba tiba ia terpeleset.
Seketika Kahfi dengan sigap menampung Arin kedalam pelukannya.

Cinta Yang Tak BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang