February; Vim

189 20 8
                                    

Tag: woogyu, fluff, sunggyu being an idiot, silly couple.
.
.
.

Sunggyu tengah membenahi buku-bukunya ketika pantulan dirinya di cermin mengundang perhatiannya. Ia pun mendekat untuk memperhatikan lebih saksama.

"Apa ini?"

Alisnya berkerut samar ketika matanya menangkap tonjolan merah di dahinya. Lingkarnya cukup besar.

"Bisul??" Ia tercengang.

Selesai berkaget ria, ia lantas melompat ke kasur untuk menelepon ibunya. Setelah beberapa kali dering terdengar, telepon pun diangkat.

"Ne, adeul? Ada apa?"

"Eomma! Ada bisul di jidatku!" adunya sambil merengut.

Namun bukannya berempati, ibunya malah tertawa dan menginterogasi balik, "Kau makan telur tiap hari? Tidak suka bawang? Rasakan akibatnya."

"Aku serius..." Sunggyu hampir menangis karena curahan hatinya malah ditanggapi main-main, "Aku harus bagaimana? Aku tidak bisa keluar, dong? Lalu, kalau Woohyun lihat... Gawat, Eomma!"

Ibunya di seberang malah berdecak-decak mendengar kepanikan Sunggyu.

"Woohyun jelas tidak akan mau merawatmu. Bisa-bisa, dia tertular," ibunya langsung menyimpulkan.

"I-ini bisa menular?" Sunggyu meraba bisulnya tanpa ia sadari.

"Eung. Kalau sering bertemu, bisa tertular."

Mendengar informasi itu dari ibunya, Sunggyu melirik pintu flatnya yang tertutup rapat. Kemudian, bergidik.

"Ya sudah. Aku telepon lagi nanti," putusnya.

"Oke. Ke klinik secepatnya. Rajin-rajin olesi dengan salep," akhirnya, ibunya memberi saran lebih serius, "Dalam seminggu, kalau tidak sembuh juga, buru-buru ke dokter."

Sunggyu menghela napas, menutup percakapan, lalu mematikan telepon.

Gawat...

*****


Seminggu kemudian. Di apartemen Sunggyu.

Woohyun merogoh ponsel dalam saku celananya. Tangan kirinya terkunci oleh kantong plastik besar berisi ayam dan bir. Kakinya melangkah menuju lift.

Sesampainya di dalam lift, ia menekan lantai tempat flat Sunggyu berada. Setelah itu, ia menempelkan ponsel di telinga kanannya. Menunggu Sunggyu mengangkat panggilannya.

Tidak berapa lama, lift berdenting dan pintunya terbuka. Woohyun telah tiba di lantai yang dituju.

Namun Sunggyu belum juga mengangkat teleponnya.

Jadi, setibanya di depan pintu flat, Woohyun langsung meletakkan plastiknya dengan sembarang dan berdecak sebal. Ia menggerutu tak keruan sambil mengirimi Sunggyu pesan.

Untuk: Gyu♥
Aku di depan apartemenmu. Buka pintunya. Jangan coba-coba kabur lagi!

Setelah itu, Woohyun memasukkan ponsel ke dalam sakunya. Lalu, ia menekan bel.

Hening beberapa saat.

Woohyun melihat jam tangannya yang menunjukkan waktu pukul sepuluh malam.

Sunggyu pasti sudah pulang, kan? Apa aku harus menemuinya di kantornya? Atau jangan-jangan dia minum lagi bersama rekan kerjanya?

Baru saja rentetan pikiran Woohyun mulai melebar, pintu apartemen terbuka.

Woohyun menahan napas sejenak melihat kekasihnya berdiri di muka pintu, memandanginya takut-takut, lalu melirik plastik besar yang tertabrak daun pintu hingga bergeser lebih jauh.

21 Stories to; StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang