PART 1

25.8K 1.1K 15
                                    


"Nabila yakin kamu gak mau pulang ke Jogja? Lumayan liburnya satu minggu ini." Nabila menoleh pada sahabat  senasibnya. Sesama perantau dari Jogja pastinya.

Nabila menggeleng saat mengingat wajah Ibunya." Nooo, nanti hari raya aja deh!" Jawab Nabila.

"Anak durhaka memang kamu," ucap Elsa saat melihat expresi Nabila yang sangat kelihatan enggan pulang ke kampung halamannya itu.

Seketika saat dikatai durhaka Nabila mengambil novelnya dan melemparkannya pada Elsa. "Enak aja kalo ngomong." Nabila bukannya enggan bertemu keluarganya, tapi sang Ibu selalu merecokinya kebaya dan tata krama ala ala bangsawan jaman dulu. Mungkin memang dia masih turunan keraton, tapi demi apa pun Nabila tidak bisa jika harus mengikuti kemauan sang Ibu agar dia menjadi anggun. Ok, cukup dia sexy tidak mau anggun.

"Ayo dong Bil, yakalik aku sendiri." Rengek Elsa tidak peduli jika sebelumnya dia dilempari novel oleh sahabatnya itu.

Nabila menatap Elsa dengan malas. Satu minggu, jika dipikir-pikir satu minggu tidak terlalu lama. Dia bisa hijrah dan menginap di rumah kakak sulungnya agar tidak direcoki tata krama oleh sang Ibu tercinta.

"Emmm ok deh, tapi gak janji. Liat situasi aja dulu." Jawab Nabila membuat Elsa memekik senang dan melempar kembali novel yang sempat dilempar Nabila tadi.

"Sialan Elsaaaaaa." Teriak Nabila kesal. Sedang Elsa cengengesan saat berhasil mengerjai sahabat peta kilannya itu.




***



"Besok kamu akan langsung menggantikan Ayah!" Fatih hanya mengangguk dan kembali melanjutkan makan malamnya dalam keheningan.

Sedang sang Ibu hanya bisa menghela nafas pada putra sulungnya yang sangat mirip sang suami wataknya mau pun sifat irit bicaranya.

Ahmad Fatih Ramdhani lelaki tampan yang baru menginjakkan lagi kakinya di tanah kelahirannya itu menatap sebuah foto di kamarnya dengan sendu.

"Ternyata kamu masih di sini!" Gumam Fatih saat melihat foto seorang gadis yang tertidur saat sekolah, dilihat dari baju putih dan meja sekolahan tersebut.

Fatih mengambil foto tersebut, dulu dia sempat menyesal menyia-nyiakan gadisnya, tidak di pungkiri Fatih sangat amat menyesal sehingga dia terbang ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya.

Fatih mengambil beberapa foto di meja kamarnya dan beberapa aksesoris seperti jam tangan, gelang, silikon Hp dan HP-nya dulu saat SMA yang sangat dia yakini isinya masih penuh dengan foto Selfi sang kekasih dulu.

"Bik Siti." Teriak Fatih memanggil pembantu rumah tangga dirumah-Nya tersebut.

"Iya den." Jawab Bik Siti saat sampai di kamar putra sulung majikannya tersebut. Dapat dia lihat di dalam kardus penuh dengan barang-barang yang sengaja nyonya besarnya simpan.

"Buang itu semua." Perintah Fatih.

"Tapi den, barang-barang itu sengaja nyonya bawa dari Jogja dan nyonya simpan di kamar Aden." Beritahu Bik Siti.

Fatih hanya melihat barang-barang tersebut datar. Sang Ibu memang sangat menyukai kekasihnya itu sebab sikapnya yang peta kilan dan rame selalu membuat suasana rumahnya ramai.

" buang!" Perintah Fatih tak terbantahkan membuat Bik Siti dengan enggan mengambil kotak tersebut kemudian keluar.

Fatih mengusap wajahnya kasar kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur, besok dia harus bangun pagi dan melihat kantor utama bersama sang Ayah.

Sejak ibunya rujuk kembali dengan sang ayah, Fatih memang di didik keras oleh sang ayah untuk menjadi penerusnya kelak. Sebagai anak tunggal Fatih pun menerima tanggung jawab itu. Hitung-hitung menyibukkan diri untuk melupakan semua kenangan dengan kekasihnya.
Kekasih? Yah itu anggapan Fatih sebab tidak pernah ada kata putus di antara mereka.

"I miss you by!" Gumam Fatih lirih. Andai waktu bisa di putar dia pasti tidak akan membuat kesalahan yang fatal itu. Mungkin saja mereka sekarang masih bersama dan Fatih mungkin masih ada di jogja atau sang kekasih yang juga ada di jakarta.

Mantan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang