PART 5

16.2K 1K 25
                                    

Nabila yang sejak tadi fokus pada komputer seketika terkelonjak kaget saat bunyi dentuman dari pintu terdengar.

"Astaga," Nabila mengelus dadanya sambil menghela nafas " apa-apaan kamu fatih." Sedang fatih hanya menatap tajam nabila. Nafasnya memburu saat melihat roti di meja nabila yang belum tersentuh sedikitpun. Nabila yang melihat tatapan fatih pun gelagapan, apa lagi laki-laki tersebut sekarang sudah berdiri dihadapannya menatapnya tajam.

"Kamu tahu kesalahan kamu apa sayang?" Nabila yang mendengar pertanyaan fatihpun gugup. Matanya enggan melihat wajah fatih.

"Aa...pa? Sebentar lagi tugas aku selesai dan jam pulang masih 1 jam lagi." Elak Nabila dengan keberanian yang sebenarnya tersisa sedikit saat melihat rahang fatih semakin mengetat dan tangannya mencengkram meja.

"Kamu membohongiku!" Bentak Fatih membuat Nabila kesal seketika. Sejak dulu Nabila memang sangat anti di bentak.

"Bohong apa? Masalah makan siang? Ingat fatih kamu gak ada hak. Kita udah gak ada hubungan apa-apa."

"Nabila sampai kapan kamu keras kepala, nunggu sekarat di rumah sakit lagi? Dan satu lagi, kamu pacar aku!" Bentak Fatih yang di sertai gebrakan meja, " tidak pernah ada kata putus di antara kita." Tambah fatih lagi, sedang Nabila sudah berkaca-kaca. Dia benci suara keras, dia benci suara gebrakan atau bantinga dan terpenting dia paling benci di bentak.

"Aku benci kamu." Teriak nabila dengan mata yang berkaca-kaca. Fatih yang menyadari kebodohannyapun langsung menghampiri Nabila dan memeluknya walau di sertai perlawanan dari nabila.

"Maaf, maaf telah membentakmu." Nabila memukul-mukuk dada, lengan dan semua badan yang bisa di jangkau tangannya dalam dekapan Fatih. Sedang fatih hanya diam sambil mengelus rambut Nabila diseetai kecupan sesekali di pelipisnya.

"Aku tidak ingin kamu sakit, tolong jangan keras kepala, aku tidak bisa melihat kamu sakit. Cukup, cukup kebodohanku dulu yang membuatmu tersakiti. Mulai sekarang kamu adalah proiritasku." Nabila hanya bisa menangis sesugukan dalam dekapan Fatih. Dia benci saat harus luluh pada laki-laki yang mendekapnya tersebut, apa lagi fakta bahwa dirinya selama ini masih sering kali merindukannya.

"Aku benci, kamu jahat. Sedang aku bodoh yang akan selalu luluh terhadap ucapanmu." 

Fatih yang mendengar pengakuan Nabila pun tersentak kemudian tersenyum tipis, wanitanya tidak pernah berubah.

"Aghh," teriak Nabila saat tiba2 Fatih mengangkatnya. " apa-apaan sih Fatih, turunin gak!" Fatih hanya mencium pelipis Nabila membuat nabila mengeram marah.

Bagas yang melihat bosnya membopong asisten barunya, yang ternyata juga mantan terindahnya tersebut langsung berdiri dan membantu membukakan pintu ruangan atasannya tersebut.

Tanpa kata Fatih memasuki ruangannya sedang bagas hanya menghela nafas, mungkin dia harus terbiasa dengan adegan barusan. Mengingat di lantai ini hanya ada mereka bertiga.






  "Fatih." Teriak Nabila saat Fatih malah duduk di sofa dengan posisi Nabila duduk di pangukuannya.

"Diamlah sayang, jangan membuatku semakin marah." Nabila pun merengut enggan menatap wajah Fatih yang sedang sibuk dengan layar perseginya.

"10 menit tidak lebih." Perintah Fatih. Sedang Nabila hanya acuh.

Dengan posisi Nabila masih di pangkuannya, Fatih memainkan rambut Nabila gemas. Sungguh bertahun-tahun dia berusaha melupakan wanita mungilnya ini tapi malah rasa rindu yang semakin menyiksa yang dia dapati.

"Sayang." Gumam Fatih sambil mendekap tubuh Nabila.

Nabila diam, sungguh dia pun merindukannya, tapi rasa kecewa dan sakit hati masih membekas dan menjadi bayangan dalam hidupnya selama ini.

"Maaf." Nabila tetap diam walau Fatih terus mengumamkan kata maaf. Sungguh banyangan Fatih sedang mencium wanita lain terus berputar di kepalanya.

"Tokk,,,Tokk" Nabila mendongak saat mendengar suara ketukan pintu. " masuk." Jawab Fatih.

"Taruh semuanya, kemudian pergi!" Perintah Fatih pada pengawalnya yang tadi dia perintah untuk membeli makanan.

"Fat,,,."

"Makan!" Perintah Fatih sebelum Nabila menyelsaikan ucapannya. Karna Fatih 100% yakin jika Nabila hanya akan membantahnya. " sebelum makanan itu habis, kamu tidak aku izinkan keluar dari ruangan ini!" sambung Fatih.

"Awas." Dengan kekesalan yang memuncak Nabila mendorong lengan Fatih yang masih memeluknya, kemudian turun dari pangkuannya dan duduk di sofa.

Tampa bantahan Nabila melahap semua makanan di depannya dengan pelan. Sesaki nabila meringis saat beberapa makanan memasuki tenggorokannya.

"Apa?" Tanya Fatih kesal saat Nabila menatapnya dengan pandangan memohon. Fatih masih kesal akan sikap kekeras palaannya tersebut.

"Sakit!" Lirih Nabila membuat Fatih berdecak sebelum berdiri dan mengambil obat yang memang sudah dia sediakan sejak tadi.

Awalnya obat tersebut harus di minum sebelum makan, tapi Fatih hanya ingin memberi Nabila sebuah pelajaran, agar kejadian ini tidak terulang lagi.

Mantan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang