PART 3

18.7K 1.2K 19
                                    

Dengan amarah yang mengebu Nabila memasuki ruangannya dengan cepat, kilasan kenangan di masa lalu satu persatu berputar di otaknya. tidak, Nabila telah melupakan semuanya, dia tidak ingin mengenang apa pun tetang laki-laki itu.

"Bil jadi tadi, si ganteng! CEO baru beneran si mantan?" Elsa yang masih tak percaya terus mendesak Nabila untuk menjawab. seingat Elsa Fatih  yang terpajang di kamar Nabila agak unyu-unyu apa lagi dengan kacamata  yang bertengger dihidiung mancungnya.

Nabila memejamkan matanya. Tiba-tiba kepalanya pening, apa selama ini dia salah pergi ke jakarta? Sejujurnya selain untuk kebebasan, Jakarta juga sebagai pelarian! Tapi sepertinya dia kurang beruntung.

Masih jelas senyumnya tadi dan itu membuat perasaan Nabila langsung tidak enak. 3 tahun berhubungan dengan Fatih membuatnya sangat hafal watak egois dan bossy milik sang mantan itu, apa lagi kegilaannya dan obsesi yang mengerikan.

"Aghhhh sial." Jerit Nabila frustasi, dengan pelan Nabila pun memijit keningnya yang seketika pening menerka-nerka sikap kekanakan seperti apa yang akan Fatih lakukan.

"Kenapa sih? Nyesel kan putus? Kaya bosquee." Celoteh Elsa semakin membuat Nabila kesal. Walau dulu setau Nabila Fatih tidak miskin, tapi Nabila pun baru tahu jika dia akhli waris, tahu gitu kan dia porotin dulu. Mengigat dulu Fatih selalu membelikan apa pun yang dia inginkan. Jika saja dia tahu akan di sakiti dan fakta bahwa Fatih akhli waris tidak akan dia sungkan untuk meminta hal-hal mahal saat masa-masa pacaran dulu, tapi penyesalan selalu belakangan bukan.

"Nab, di panggil ke ruang CEO tuh." Seketika Nabila dan Elsa saling pandang. " kamu gak di pecat cuma gara-gara mantan pacar kan Nab?" Pertanyaan konyol Elsa tersebut, ingin sekali Nabila memukul kepala sahabatnya itu. Jujur Nabila ragu saat melihat tingkah Elsa, apa benar dia lulusan terbaik? Melihat otaknya yang tidak pernah benar dalam memikirkan sesuatu.

Dengan malas Nabila berdiri dan membenahi penampilannya yang acak-acakan, disebabkan keanarkisannya saat kembali keruangan kerjanya. Nabila kembali melirik Elsa yang melihatnya dengan hawatir. Ahhh, sudahlah. Pikir Nabila menjelaskannya sekarangpun tidak ada waktu pikir nabila.

Dengan perasaan yang tidak menentu Nabila melangkahkan kakinya perlahan menuju  ruangan sang CEO yang berada di lantai 20. Sesampainya lif Nabila menundukkan kepalanya mengelus sedikit kakinya yang Sepertinya lecet, sungguh sial nasipnya hari ini. Di mulai sepatu yang iya beli kekecilan, pergi kesiangan membuatnya harus lari pagi dan diperparah harus berurusan dengan mantan psikonya.

Ting

Lif pun terbuka membuat Nabila mengambil nafas dalam-dalam sebelum melangkah dengan pasti menenagkan hatinya yang sedang gelisah.  " Ibu Nabila!" Pastikan laki-laki berkacamata yang sepertinya sekertaris Fatih.

Nabila melirik sebentar pada meja mengeja nama yang tertulis " benar tuan Bagas," jawab Nabila singkat.

Bagas hanya mengangguk kemudian membawa Nabila ke ruang pribadi sang CEO baru. Nabila lihat ruangan tersebut benar-benar ala laki-laki itu, elegan, mewah dan simpel. Warnanya pun masih selalu warna-warna gelap, benar-benar stayle laki-laki itu.

"Silahkan memasuki ruangan itu," tunjuk Bagas pada pintu kaca di depan Nabila. Nabila mengangkat alisnya sebelah, " bukankah lebih baik saya menunggu di ruang tunggu saja." Ucap Nabila

Tapi sayangnya Bagas menggeleng, " maaf tapi tuan Fatih berpesan jika Ibu Nabila datang langsung keruangannya." Nabila berdecak kesal. Apa lagi sejak tadi asisten sialan itu memanggilnya Ibu, IBU? hello Nabila masih terlalu muda untuk di panggil Ibu.

"Hemm." Ucap Nabila dengan malas mendorong pintu tersebut.

Fatih terus menatap komputer dengan serius, sejak tadi dia memantau setiap tingkah Nabila melalui cctv kantor. Anggap saja dia gila, memang dia gila, selalu tergila-gila terhadap Nabila tepatnya.

Fatih menyerngit tak suka saat nabila melirik kakinya yang sepertinya lecet dan mengabaikannya. Wanita itu, sejak dulu selalu ceroboh dan mengabaikan kesehatan tubuhnya. 

Dengan kesal Fatih hanya bisa melihatnya. Senyumnya semakin merekah saat Nabila telah berada di depan ruangannya.

Demi apa pun, tidak ada sehari Fatih tidak merindukan Nabila. Tapi hanya karna kesalapahaman dan sikap egois Fatih semuanya hancur.

Mantan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang