PART 4

21.2K 1.3K 68
                                    


Fatih mengetuk-ngetukkan jarinya pada meja, bola mata hitam legamnya menatap lurus pada pintu kaca, sedang bibirnya tersenyum licik.

"Pagi pak, maaf menganggu! Jika boleh tahu ada apa bapak memanggil saya?" Tanya Nabila dengan kepala tertunduk enggan menatap Fatih yang semakin menatapnya tajam.

Dengan santainya Fatih hanya terkekeh saat melihat Nabila enggan menatapnya. Fatihpun bangkit dan menghampiri Nabila. Sedang Nabila langsung mendongak dan reflex mundur selangkah saat melihat Fatih menghampirinya.

"Sayang!" Panggil Fatih dengan suara seraknya lirih. Sedang Nabila langsung menepis tangannya yang membelai pipinya lembut.

Fatih hanya menggeram berusaha menahan semua luapan emosi dengan menutup matanya dan kembali menatap tajam Nabila. Sekali, cukup sekali dia kehilangan. Dengan cara apapun dia akan mempertahankan miliknya dan tidak akan membiarkan orang lain menganggunya.

"Saya harap bapak prefosional." Desis Nabila marah. Jantungnya berdegup kencang, bagai mana pun di depannya adalah laki-laki yang pernah dia sayangi dan sialnya bahkan sampai saat ini.

Fatih semakin menipiskan jaraknya terhadap Nabila. Nabila hanya diam dan enggan menatap Fatih, percuma dia mundur jika Fatih terus maju, hanya hal sia-sia. Nabila sangat tahu watak Fatih yang keras kepala dan semua hal yang dia anggap miliknya tidak seorang pun yang boleh memilikinya, dia lebih suka menghancurkannya dari pada harus berbagi dengan orang lain.

"Aghh,,,." Teriak Nabila saat dirasa pinggulnya menghantam pinggiran meja. Sial, itu sakit sekali.

"Hal yang awalnya milikku akan selalu menjadi milikku! Bukankah kamu tahu dengan sangat sayang? kamu milikku, dan selamanya akan seperti itu." Fatih mencengkram pinggul Nabila membuatnya semakin gugup akan rasa takut. Sedang terasa hangat saat hembusan nafas Fatih menerpa leher jenjangnya.

Nabila menghela nafas, percuma melawan psikopat di hadapannya ini. Sekarang dia hanya bisa mengalah sebelum kabur seperti sebelumnya."mau kamu apa?" Tanya Nabila pada akhirnya.

"Kamu!" Jawab Fatih sambil mengecup leher Nabila membuatnya semakin gugup.

"Kisah kita sudah usai Fatih!" Sial, fatih malah beralih memeluknya kencang.

"Tidak pernah ada kata usai antara kita sayang. Juga jangan lupakan aku bisa melakukan apapun agar kamu bisa menjadi milikku! Hanya milik seorang fatih seorang."




****

Nabila telah kembali keruangannya lagi, di hadapi dengan tatapan-tatapan penasaran rekan kerjanya membuat Nabila semakin frustasi. Dia tidak menjawab pernyataan Fatih, karna prinsip hidupnya anti balikan dengan mantan, sebab hanya orang tolol yang kembali pada hal yang pernah menyakitinya.

"Nabila oyyyy." Teriakan itulah yang membuat Nabila kembali keakal sehatnya lagi. Sial sejak tadi dia ternyata hanya melamun, sedang di hadapannya tumpukan file menunggu dia periksa.

"Berisik," Nabila menatap Elsa dengan kesal. Sedang Elsa telah bersedekap dada menatapnya tak kalah kesal.

"Budek! Udah di panggil berulang kali masih aja bengong, kenapa? Banyak utang cicilan." Nabila tak menghiraukan celotehan Elsa dan hanya berusaha konsen dan menyelesaikan kerjaannya yang tertunda.

"Elah, kantin yok. Jam istirahat ini." Nabila melirik jam di lengannya. Astaga, berapa jam dia habiskan hanya untuk bersantai ria meratapi nasip sialnya.

"Gak ah, nitip roti aja. Kerjaan numpuk nih." Elsa hanya bisa merengut saat mendengar jawaban Nabial. Sia-sia sejak tadi dia menunggu Nabila selesai dengan hanyalan fantasinya.

"Tahu ah." Dengan kesal Elsa meninggalkan meja Nabila.





*****

Sedang fatih yang dalam keadaan bahagia dengan semangat menyelesaikan tugasnya meninjau ulang proyek hotel barunya. Dia tidak akan melepaskan Nabila, bahkan jika harus dengan cara kasar membuat Nabila di sisinya maka akan dia lakukan.

"Tuan muda, waktunya makan siang!" Fatih mengangguk sekilas dan langsung memainkan Hp-nya.

"Jangan lupa makan siang!"

"Sayang jawab"

"Kamu sudah makankan?"

"Ingat kamu punya magh"

"Sayang"

"Jawab"

"Nabila!"

Nabila menyerngitkan dahinya saat membaca deretan pesan dari nomer asing. Fatih, sudah pasti dia pikir Nabila.

"Dapet dari mana nomer aku?"

Fatih mengulas senyumnya saat melihat balasan dari Nabila.

"Hal mudah bagiku."

"cih, sombong mungkin memang sudah mendarah daging baginya." Hina Nabila.

"Makan!"  Ingatkan Fatih lagi.

Nabila hanya bisa menghela nafas, sejak dulu Fatih selalu protektif terhadapnya yang memang gampang sakit sejak kecil.

"Sedang makan, sudah pesanan aku sudah datang." Bohong Nabila, jika dia menjawab sudah itu tidak mungkin sebab jam makan siang di kantor baru bebetapa menit yang lalu.

"Kamu tidak bohongkan?"

"Awas kalo kamu sampai bohong!"

Nabila hanya melihat pesannya tanpa ada niatan membalasnya, dokumen-dokumen sialan di hadapannya saat ini lebih butuh dia perhatikan ketimbang mantan tak tahu dirinya itu.

Mantan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang