PART 6

15.5K 956 38
                                    

Nabila tetap fokus memainkan HP-nya tanpa sedikit pun menoleh ke samping di mana Fatih sedang menyetir mobil.

"Sayang." Panggil Fatih saat melihat Nabila enggan menatap wajahnya. Fatih akui dia salah dulu, tapi Fatih sudah tersiksa berpisah dengan Nabila selama bertahun-tahun, apakah semua itu belum cukup. Apa pun keadaannya Fatih akan tetap mempertahankan Nabila, Nabila miliknya dan apa pun yang sudah menjadi miliknya haram dimiliki orang lain.


Nabila sejak tadi hanya fokus melihat-lihat foto di IG dengan malas, biarlah intinya dia ada kerjaan dan mengacuhkan Fatih.


Sesampainya di depan kosan Nabila, Nabila langsung membuka pintu mobil tapi tiba2 ada tangan yang menahan lengannya kuat.

"Sampai kapan pun, kamu hanya milikku!" Nabila ingin sekali berteriak dengan laki-laki di depannya ini, tapi sadar akan sikap Fatih, Nabila hanya mampu menghembuskan Nafasnya.


"Bahkan aku masih bisa ingat jelas adegan di lapangan waktu itu," Nabila tersenyum saat merasakan cengkeraman tangan Fatih dilengannya melonggar. " tatapan kasihan bagai hujan panah menghujamku waktu itu. Dan asal kamu tahu, hati ini bahkan belum pulih dari rasa sakitnya pengkhianatanmu dulu." Nabila langsung membuka pintu mobil dan keluar. Bahkan Nabila tidak repot-repot melihat respons Fatih setelah mendengar pengakuannya. Bahkan air matanya tidak bisa dia tahan lagi, langkah demi langkah dia memasuki gerbang dengan getir.

Sedang Fatih tertegun. Wanitanya, sosok yang sangat dia sayangi setelah sang Ibu, tapi hanya karna harga dirinya dan sikap kekanak-kanakan di masa mudanya telah menghancurkan hatinya.

"Aghhhhhh ... maaf ... maa... af ." Rasa sesal membuat hatinya sesak. Fatih hanya bisa mencengkeram setir mobil dengan kencang, bahkan urat-urat di tangannya sampai tercetak jelas.


"Bodoh, bodoh Fatih, bodoh." Gumam Fatih lirih.







Pagi yang cerah tak lantas membuat sosok Nabila semangat, ingin rasanya dia mengambil cuti dadakan. Nabila belum mampu untuk menghadapi Fatih. Dengan langkah gontai Nabila tetap melangkahkan kakinya memasuki lobi kantor, dia masih butuh makan dan di pecat dari kerjaan belum menjadi impiannya.


Nabila yang biasanya berwajah cerah, disertai sapaan ramah terhadap semua staf kantor yang dia kenal, hari ini tiba-tiba berubah menjadi pendiam. Bahkan sapaan beberapa sosok laki-laki yang dengan Pede biasa dia sebut fansnya tak iya hiraukan.


"Hai Nab ini buat kamu," tiba-tiba ada sosok laki-laki yang menghadangi langkahnya sambil menyerahkan bungkusan dan tak ketinggalan bunga mawar putih kesukaannya. " dari mantan satu lantaimu heheheh." lanjut laki-laki tersebut membuat Nabila ikutan tertawa.

"Maka sih Ib." Ucap Nabila sambil tersenyum.

"Auu." Keluh Nabila saat dahinya tiba-tiba di sentil.


"Kebiasaan, aku Ilyas bukan Ibrahim. Ibrahim masih nugas di Tangerang jika kamu lupa." Nabila hanya bisa menggaruk tengkuknya saat untuk sekian kalinya dia salah mengenali si kembar.


"Yaa maaf, sama sih." Jawab Nabila.

Tanpa Nabila sadari di belakangnya ada Fatih yang menatapnya tajam. Dengan emosi yang memuncak Fatih menghampiri keduanya membuat beberapa karyawan yang melihat adegan itu minggir dan tidak mau ikut campur, karna bukan rahasia lagi jika si bos baru merupakan mantan Nabila. Siapa lagi biang gosipnya jika bukan sang sahabat dari Nabila yaitu Elsa yang dengan bangga memamerkan status sahabatnya yang merupakan mantan bos baru mereka.

"Ini jam kerja bukan pacaran." Tegur Fatih membuat Nabila menegang. Sedang Ilyas berdiri kikuk bingung harus merespons bagaimana.


"cihh murahan, bahkan aku bisa membelikanmu beserta pabriknya jika mau." Hina Fatih sambil melirik bingkisan di pelukan Nabila membuat Nabila menatap Ilyas dengan tidak enak. Sedang Fatih melangkahkan kakinya hendak memasuki Lift yang hanya beberapa langkah di depannya.


"Masuk sebelum gajimu aku potong nona Nabila." Ancam Fatih sambil menatap tajam Nabila.

Dengan terburu-buru Nabila langsung memasuki Lift yang sudah ada Fatih dan asistennya yang hanya diam sejak tadi.

Sedang semua orang hanya bisa menatap Ilyas prihatin. Dalam hati mereka menyayangkan nasib Ilyas, suruh siapa salah pilih lawan. Jika di ibaratkan Fatih adalah singa sang raja hutan, sedang Ilyas hanya jentik-jentik nyamuk yang berada di genangan air di sela-sela lubang selokan.





















"Haii semua pembaca setiaku. Maaf telah lama hilang. Mau gimana lagi, saat dia menjadi alasanku menulis hilang tanpa pamitan hehehhe. Tapi sekarang saya usahakan bakal up dengan rajin. Mohon dukungannya."😊

Mantan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang