2. [ᴍ] Hold It Tight

1.1K 63 12
                                    


Hold it Tight

Trigger Warning: Mature Content, Suicidal acts.




Cahaya temaram dari lampu di atas meja nakas menjadi penerangan satu-satunya. Kupandangi wajah terkasihku yang memerah dengan helaan nafasnya yang terputus. Matanya menyendu, bibirnya kembali mengatup pada bibirku yang terbuka. Melumatnya dengan kuat seolah-olah ia takkan melepaskannya untuk selamanya. Aku bisa merasakannya, rasa manis dari red velvet cake yang ia makan sebagai desert makan malam kami, juga rasa susu cokelat yang masih menempel di lidahnya yang kini bertaut erat dengan milikku. Ah-aku bisa merasakannya.


Tautan kami terlepas dengan jejak basah pada bibir semerah delima yang ia miliki. Dapat kurasakan perasaan menggebu yang hadir dalam hatiku melihatnya begitu kacau akibat perlakuanku. Keindahannya takkan bisa aku jabarkan pada sehelai kertas dalam bentuk kalimat. Dia indah dan aku memilikinya.


Kubelai lengannya yang terasa halus saat aku mengecupi seluruh wajahnya. Mengangumi pahatan indah yang Tuhan ciptakan. Mendekapnya erat seraya melesakkan kepala pada perpotongan lehernya yang menguarkan aroma manis seperti vanila, membuatku tenang sekaligus meremang. Dengan lembut ia mengusap punggung telanjangku. Jari-jarinya yang terasa hangat membuatku terbuai akan kelembutannya yang sanggup membuatku buta.


"Aku mencintaimu, Hyung.." Suaranya seumpama deruan angin pada musim semi. Membawa kesejukan pada hati gersang yang sudah menghitam terbakar api. Suaranya juga indah seperti aliran air yang tenang.


Aku tersenyum sambil menatap manik cokelatnya yang menyiratkan permohonan padaku.


"Aku sungguh-sungguh mencintamu. Lebih dari yang kau tahu, Taemin," balasku tanpa ragu. Setelah itu bibirnya membentuk senyuman paling indah yang pernah kulihat. Matanya nampak berbinar di keremangan kamarku. Ia hampir menangis bahagia dalam dekapanku.


Torsonya yang seputih pualam bergesekan dengan kulitku yang sudah memanas seperti bara api. Desiran dalam diriku semakin menguat. Aku ingin merengkuhnya. Mendekap erat tubuh kecilnya dalam kungkungan tubuhku yang menyatu dengannya. Membuatnya memohon di bawah kuasaku untuk belaian-belain cinta yang akan kuberikan padanya. Pun begitu juga ia yang tak kuasa menahan perasaan menggebu untuk melebur bersamaku di kegelapan malam.


Aku sungguh memujanya. Mensyukuri kehadirannya dalam hidupku yang awalnya berjalan statis dengan warna monochrome yang membuatku tak bisa bernafas. Sosoknya berbeda dengan orang-orang kebanyakan. Ia yang selalu ada di sampingku, merengkuhku dikala aku membutuhkannya tanpa harus kupinta sekalipun.


Bibirnya terkatup rapat. Kembali tak mau melepaskan bibirku yang sekarang menarik miliknya seperti tiada hari esok. Tangannya mulai mencuri start untuk menyentuh seluruh tubuhku. Membuatku melayang jauh ke dunia indah yang tak ada seorang pun mampu mencapainya kecuali diriku.


Aku terbuai. Aku terlena. Aku tertunduk pada pada kakinya yang akan siap aku kecup sebagai rasa kagumku padanya.


Debaran jantungnya yang bertalu-talu mendobrak keras rongga dadanya. Kuraup dada kirinya, tempat dimana organ vital itu berdenyut. Desahannya menjadi musik paling indah dalam daftar musik favoritku. Bibirku menjelajah pada satu titik sensitif di dadanya. Mengecupnya, menjilatnya, bahkan aku mengadukan gigiku di atas dadanya yang memerah. Ia kembali mengerang tertahan.


Gairahku semakin membludak. Adrenalinku terpacu. Perasaan itu kembali muncul sampai membuat kepalaku terasa pusing dalam konteks yang menyenangkan. Anganku melambung tinggi hingga mencapai langit.


"Taemin.. Taemin.. Taemin.." namanya seperti mantra cinta yang akan terus kurapalkan dimulutku agar ia tahu bahwa dirinya sudah merasuk pada jiwaku. Menelusup masuk pada sel-sel kehidupanku, mengalir bersama darah dalam tubuhku, menjadi debaran keras pada jantungku, serta menjadi racun dalam hatiku.


One Shot, Two ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang