5. Fine,

503 42 39
                                    

Fine,


Warning:
Consist of major spoiler for Collegiate ending.











Taemin melangkah ringan di sepanjang lorong bernuansa merah muda yang cerah. Sesekali ia melirik ke arah luar jendela yang dilaluinya. Ia menggulung strap tanda pengenalnya dan mengantungi benda itu ke dalam saku mantel cokelat muda di tangannya.

Ia sedikit membasahi bibirnya begitu sampai di depan lift dan mulai bersenandung pelan. Cuaca yang sedikit hangat membuat kulitnya sedikit kering. Sepertinya ia butuh minuman segar.

"Eh, Taemin?" Pria berambut kelam menoleh saat mendengar namanya disebut. "Oh, Pak Park," ia balas menyapa seniornya.

"Apa-apaan, Pak Pak. Biasanya juga manggil gue bang. Lagian cuma kita berdua di sini, jadi nggak apa-apa." Ujar senior Taemin. "Udah mau balik?" Taemin mengangguk menanggapi.

"Tumben balik cepet? Nggak nginep lagi di ruang latihan?" Taemin meringis kecil membalas tatapan menyindir seniornya.

Itu memang benar. Sudah hampir satu bulan ini Taemin pulang larut dan menetap di dalam ruang latihan dalam waktu yang cukup lama. Para staf lain dan mungkin juga tukang bersih-bersih pasti suka mengeluhkan perihal sikap yang dilakukannya itu. Mau bagaimana lagi?


Pria itu sedang mengerahkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk menemukan koreografi baru yang tepat untuk grup penari yang akan mewakili sekolahnya di kejuaran tingkat Nasional.

"Ada janji minum sama anak-anak, bang." Taemin tersenyum menatap atasannya, Jungsoo. Salah satu senior yang Taemin hormati di sekolah ini, bahkan sejak masa kuliah dulu.

"Oh, sama siapa? Ravi dan lain-lain?" Tebak Jungsoo menyebut grup teman-teman Taemin sejak kuliah. "Kalian akur banget ya dari jaman kuliah. Kuliah aja udah lulus sejak...eum 8, 9 tahun yang lalu ya kalo nggak salah?" Pria yang mengecat rambutnya dengan warna pirang itu mengusap dagu.


"10 tahun, bang. Udah hampir 10 tahun sejak kita lulus." Jawab Taemin membuat sang senior semakin terkejut.

"Bener. Waktu cepet banget ya berlalu. Cuma sekali ngedip dan lo udah jadi om-om perjaka tua kayak gue. Ya ampun," Taemin terkekeh.

"Ya udah sana jalan. Biarin om yang satu ini ngelanjutin kerjaannya, soalnya yang junior-junior muda pada sibuk kencan. Ck...ck.."

"Lo kencan juga lah bang!"

"Ngaco aja lo. Lo sendiri gimana heh bocah?" Taemin menggelengkan kepala.

"Gue udah 30 tahun bang, udah ketuan buat nyari pacar. Sekarang kerjaan ini lah pacar gue." Taemin memundurkan tubuhnya saat Jungsoo berpura-pura akan meninjunya. Mereka terkekeh bersamaan.

"Sialan ni anak! Kalo 30 tahun aja dibilang tua, terus gue apa kabar hah?!"

DING

Pintu lift terbuka.

Sambil tertawa Taemin melangkah masuk. "Gue duluan, bang."

"Oke, kerja bagus hari ini Taem. Have fun, salam buat Jongin dan yang lain." Jungsoo sempat memberi tepukan ringan pada bahu Taemin sebelum pintu liftnya tertutup.


Pria bertubuh ramping itu menghela napasnya pelan. Matanya fokus pada angka berwarna merah di atas pintu lift. Setelah memeriksa ponselnya Taemin mengenakan mantel untuk melapisi turtle neck rajut di tubuhnya. Sekarang sedang musim semi, namun entah mengapa ia kedinginan. Apa ia demam?


One Shot, Two ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang