7. Three Point (ɪɪ)

322 35 14
                                    



TENG, TENG, TENG




Suara bel dari arah gereja berdentang sebanyak tiga kali, menandakan bahwa sekarang sudah tepat pukul 8 pagi. Suasana taman yang terletak tepat disamping gereja terlihat lumayan ramai. Taemin merapikan pakaian yang sedang ia kenakan sekarang. Kembali ia lihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Mengapa belum datang juga? keluhnya dalam hati.



Jadi, hari ini Taemin memiliki janji dengan seseorang untuk datang ke taman ini. Dan pembuat janji itu adalah Minho. Terhitung sudah 15 menit terlewati dari waktu yang sudah dijanjikan.


Taemin menggembungkan pipinya kesal. Pandangannya tiba-tiba terfokus pada sebuah air mancur yang menjadi titik sentral di taman ini. Aliran air membawa Taemin kedalam pusaran memori pada otaknya. Tepatnya kemarin, saat Minho menagih janji atas apa yang sudah mereka taruhkan pada hari-hari sebelumnya.




Flashback





Taemin mengetuk-ngetukkan ujung sepatu yang ia kenakan. Sekarang sudah tepat pukul 17.25 sore, namun pemuda berambut pirang ini masih setia menghuni area sekolah. Tadi, setelah pertandingan selesai Minho menyuruhnya untuk menunggu  di depan gerbang sekolah. Entahlah, Minho bilang ada suatu hal yang harus ia bicarakan dengan Taemin.



"Taemin!" helaian rambutnya tersibak pelan ketika ia mengarahkan pandangannya tepat ke arah sosok tegap yang sekarang sedang menghampirinya. Minho mengatur nafasnya yang masih terengah-engah, menghirup banyak oksigen untuk memenuhi pasokan dalam paru-parunya.



"Yah! Minho! Kenapa kau senang sekali membuatku menunggu, eoh?" kesal Taemin tepat dihadapan Minho.



Minho hanya menatap Taemin dalam diam. Lagi. Sekali lagi Minho berhasil membuatnya terseret dalam pusaran emosi yang terpancar dari mata Minho. Cepat-cepat Taemin memalingkan wajahnya dari hadapan pemuda tampan itu.



"Ada yang ingin kubicarakan denganmu, Taemin." Pembicaraan ini mulai serius. Taemin kembali pada posisi awal, dimana ia kembali mengangkat pandangannya tepat dihadapan pemuda bermata elang itu.



"Ya sudah, cepat sedikit," ujar Taemin seraya memutar kedua bola matanya.



"Ini tentang taruhan kita. Aku tidak akan berbelit-belit untuk mengucapkan 3 permintaanku. Tapi, aku akan memintanya secara bertahap." Jelas Minho sembari memasukkan telapak tangannya ke dalam saku celana. Taemin merasa jantungnya berdegup dengan keras.



"Permintaan pertamaku adalah temani aku ke taman hiburan besok!" ucap Minho dengan jelas. Taemin mengerjapkan matanya dengan lucu. Ini kah yang diinginkan oleh Minho?




"Kau mengajakku berkencan?" Taemin berkata dengan sedikit agak ragu. Namun ia yakin ucapan Minho barusan seperti sedang mengajaknya untuk pergi berkencan.



"Ehm, terserah kau saja mau menyebutnya apa. Tidak ada bantahan untuk kali ini!" Minho melangkahkan kakinya menuju tempat parkir. Sedangkan Taemin masih terpaku di tempatnya.



"Cepatlah, Lee Taemin!" teriak Minho dari kejauhan yang sukses membuat Taemin tertarik kembali dari dunianya. Ia berjalan menuju Minho, namun pikirnya terbang entah kemana, memikirkan apa yang akan terjadi pada esok hari.


.

.

.


Jadi, itulah permintaan pertama yang diajukkan oleh Minho. Itu berarti masih ada dua lagi permintaan yang harus ia penuhi. Sialnya, Taemin benar-benar tidak tahu apa permintaan itu. Sekarang ia merasa seperti jin yang akan mengabulkan 3 permintaan tuannya.



One Shot, Two ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang