6. Three Point (ɪ)

403 38 14
                                    


Three Point.




Disclaimer:
The casts in this story is belong to themselves but clearly the story is mine!

If you find it in facebook or somewhere else yes that's mine. This is just repost :)

Warning:
Alay, norak, maklumin ya ini tulisan jaman SMP 😂







"Pagi, sayang," sapa seseorang dengan datar tepat di telinga seorang pemuda yang sedang berjalan sendirian.

"Yah! Apa-apaan kau?" Pemuda itu langsung menjauhi pemuda jangkung yang berada di hadapannya saat ini. Jantungnya berdegup kencang secara tiba-tiba.

"Ck, kau ini bodoh apa? Aku menyapamu!" kesal pemuda itu seraya melangkah pergi.

"Kau mau menyapaku atau mau membuat jantungku berhenti, huh?" teriaknya tak kalah kesal.

"Terserah kau saja!" Choi Minho. Pemuda jangkung yang berjalan lebih dahulu itu mengangkat bahunya tak peduli. "Jalanmu lambat seperti siput, Lee Taemin. Cepat atau kutinggal!" gertak Minho pelan.

"Huuu, kau menyebalkan, Choi!" Taemin mengerucutkan bibirnya dan menggerutu tidak jelas seraya menyusul langkah Minho.

Ya, seperti inilah keadaan dua sahabat itu setiap kali mereka berangkat ke sekolah bersama. Choi Minho dan Lee Taemin. Mereka berdua sudah menjalin sebuah persahabatan sejak duduk di kelas satu sekolah menengah pertama. Dan sekarang mereka sudah duduk di kelas 2 menengah atas.

Perbedaan diantara Minho dan Taemin memang sangat signifikan. Minho merupakan figur gagah dan tegap, sedangkan Taemin memiliki figur lembut dan kurus. Lalu, Minho memiliki rahang tegas dihiasi dengan hidung mancung dan bibir tebal yang sungguh ugh- menggoda dan jangan lupakan mata besarnya yang terlihat berbeda dari orang Korea pada umumnya. Lalu Taemin memiliki kulit putih yang yeah- sungguh luar biasa lembut dan bersih, wajah manis dengan bibir cherry dan hidung mancung, semua itu merangkap lengkap menghiasi wajah Taemin. Namun, keadaan seperti itu tidak terlalu Taemin sukai karena ia lebih terlihat cantik. (Padahal banyak orang yang memuji akan ketampanan sekaligus kecantikannya).

"Hei, Taemin! Hari ini ada pr tidak?" tanya Minho.

"Bukannya kau siswa teladan? Mengapa kau bertanya padaku? Atau jangan-jangan kau tidak belajar semalam?" tanya Taemin dengan beruntun.

"Hei, kau lupa? Semalam kan kau menelponku sampai tengah malam karena acara insomnia-bodoh-mu-itu! Mana mungkin aku bisa belajar?!" Minho menekankan beberapa kata terakhir dengan sedikit kesal dan wajah tanpa ekspresi yang datar.

"Ya, ya, maafkan aku. Habisnya aku tidak tahu harus menghubungi siapa lagi." Ucap Taemin sedih.

"Hei, jangan berkata seolah-olah kau ini tidak memiliki seorang teman. Ya, aku terima maafmu." Minho mengelus helaian rambut pirang milik Taemin dengan lembut.

"Ah, ya! Hari ini aku ada latihan basket. Kau tahu kan satu minggu lagi akan ada pertandingan basket antar sekolah? Jadi, nanti kau harus temani aku latihan, ok!" Pinta atau perintah dari Minho dengan tegas.

"Tidak mau! Lebih baik aku langsung pulang ke rumah saja." Tolak Taemin dengan cepat.

"Tidak bisa! Kau harus mau dan datang saat aku latihan." Minho tetap bersikukuh dengan pendiriannya.

One Shot, Two ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang