The Truth

24 1 0
                                    

~Hurt me with the truth. But, never comfort me with a lie~
Nala 2019

***

Dirgan dan Nala, itulah topik perbincangan hangat disekolahnya. Mereka dinilai sebagai pasangan serasi dan menggemaskan. Mereka selalu melewati hal-hal baru yang tentunya mengukir kenangan indah, Dirgan benar-benar memberikan warna pada kehidupan Nala. Nala pun merasa seakan dunia telah memihak kepadanya.

Hingga pada suatu ketika, disebuah kedai kopi, Dirgan dan teman-temannya sedang nongkrong dan asik dengan obrolannya.

“Fine, lo menang dare dari gue, Dir.” Ucap laki-laki bernama Yoga itu.

“Haha mampus tuh, Ga. Lo traktir kita selama 1 bulan full.” Timpal Mahes.

Tanpa mereka sadari ada sepasang telinga yang mendengar pembicaraan mereka. Tentunya yang mendengar obrolan itu tertarik untuk tau apa sebenarnya tantangan yang mereka berikan pada Dirgan.

“Ya jelaslah, sesuai perjanjian gue naklukin hati Nala yang katanya batu itu hanya dalam waktu kurang dari sebulan kan.”

Ada sepasang telinga yang memanas mendengar fakta konyol itu.

“Pesona gue emang gaada tandin--”

Byuuuuurrrrrrrr

Sebuah guyuran kopi dingin mendarat tepat di wajah yang mempesona itu. Semua mata tertuju pada kejadian tersebut.

“Apa? Gak terima? Lo pikir gue cewek bodoh yang bakal nangis-nangis karna tau kelakuan busuk lo ini?”

Emosi sang gadis itu memuncak melihat wajah laki-laki dihadapannya itu.

“Kalian pikir , hati seseorang hanya buat mainan, Hah?”

Tak ada yang merespon pertanyaan itu, sehingga memancing emosi Nala lebih lanjut.

“JAWAB BANGSATT!!!!!!!”

“Nal, aku bisa jelasin, ini gak sepenuhnya benar.”

“Lo pikir gue budek? Lo tau Dirgan? Lo ngga lebih dari seorang lelaki berengsekk!!”

Plakkkkkk

Sebuah tamparan mendarat di pipi Dirgan. Rasa sakit dan panas terasa di pipinya itu.

“Dan itu ucapan terimakasih dari gue, Jerk.”

Gadis itu meninggalkan segerombolan lelaki itu dengan emosi yang masih meletup-letup.

Sepeninggal Nala, suasana kedai itu berangsur padam. Namun penyesalan besar ada pada hati seseorang.

“Arrrgggghhhhhhhh”

Teriak Dirgan sembari mengacak mengacak rambutnya.

“Sorry, Dir. Gue ngga tau kalo kejadiannya bakal begini.”

“Udahlah, ngapain lo kaya frustasi gitu?”

“Gue cabut.”

Dirgan mengambil kunci motornya dan langsung pergi dari kedai itu.

Dirgan menjalankan motornya menuju sebuah rumah. Siapa lagi kalau bukan rumah Nala yang dituju. Namun nihil, Nala tidak ada dirumahnya. Ia justru di usir oleh Bang Erlan.

Ia kembali melajukan motornnya ke tempat biasa Nala nongkrong dan menghabiskan waktunya sendiri. Namun hasilnya masih sama.

Tak ada batang hidung Nala di tempat itu.

Dia semakin frustasi. Ia bingung harus mencari Nala kemana lagi.

Semenjak kebenaran itu terungkap, keduanya semakin menjaga jarak. Mereka kembali berjauhan layaknya seseorang yang tidak mengenal satu sama lain.

Sebelumnya, Dirgan selalu mencoba menghubungi Nala. Namun tidak ada jawaban darinya. Bahkan semua akunnya diblock oleh gadis itu.

Ia tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan.

Dirgan selalu memerhatikan Nala dari kejauhan.

Tawa Nala selalu terukir diwajah manisnya seakan tak pernah ada hal menyakitkan yang pernah ia alami. Dirgan merasa menyesal telah kehilangan apa yang telah ia miliki.

“Woeeee, lo kenapa sih? Galau mulu.” Tiba-tiba Yoga datang mengganggu dirinya yang menyendiri.

“Kalo diliat-liat dari tingkah lo yang begini, gua yakin deh kalo lo beneran cinta sama Nala.”

Mendengar apa yang diucapkan kawannya itu, Dirgan langsung menoleh dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Apa? Bener kan? Kalo emang lo pacaran sama dia pure karna dare, lo ngga bakal uring-uringan gini kan.”

Hati Dirgan membenarkan ucapan dari Yoga, ia ingin mendapatkan Nala kembali.

Namun, ia tak yakin jika Nala menerimanya kembali.

****

“Ya anak-anak, sekian dari Bapak. Selamat Siang.”

Siang, Pak

Semua anggota kelas itu segera berhamburan menuju kantin. Begitupun dengan Nala. Hingga tiba-tiba ada seseorang yang ikut duduk di sebelah bangku yang belum ditinggalkan Nala.

Gadis itu mengabaikan dan mengacuhkannya. Ia segera beranjak dari bangku itu. Namun tangannya telah ditahan oleh seseorang itu.

“Nal! Please dengerin penjelasan gue dulu!”

“Gue gamau dengerin apapun dari lo. Urusan kita udah selesai. Oh iya! Selamat ya, lo udah menang dari dare busuk itu!!”

Nala segera pergi meninggalkan Dirgan yang masih terpaku ditempatnya. Ia benar-benar menyesali dare bodoh yang telah dibuat temannya itu.

*****

~Hati seseorang itu, layaknya sebuah gelas. Bila retak sedikit saja, maka tak akan bisa kembali ke bentuk sempurna.~

Itulah kata-kata paling tepat saat ini bagi gadis itu. Hatinya begitu kecewa dengan kebenaran yang ada.

Ia merasa menjadi seseorang  yang paling bodoh. Dengan mudahnya ia percaya dan mencintai seseorang.

Namun, ia tak menyesali apa yang terjadi pada dirinya. Baginya. Sepahit apapun kejadian adalah bagian dari kisah hidupnya.

Nala tidak sedang dalam kondisi mood yang baik. Ia memilih menuju taman sekolah untuk menyegarkan pikirannya.

Nala memasang sepasang earphone dan menyetel album milik Lauv untuk menemaninya di taman itu.

Sembari menikmati serpuhan angin yang menerpa, tiba-tiba ada seseorang yang datang menghampirinya.

“Hai.” Seseorang duduk di samping Nala.

******

Cerita ini mainstream banget ya? Gapapalah, semoga suka ya hehe.
Udah dikasih bumbu-bumbu imajinasi dari author wkwk❤

DIRGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang