<< 4 >> Seatap terbatas dinding

597 27 0
                                    

***

"Akan kah ada hari dimana aku bisa melihat senyumnya hanya sedetik saja tak apa"

======

Suara goresan angin yang menghempas setiap daun pun terdengar jelas, deburan ombak  mengiringi sura angin pun seperti menjadi irama yang menenangkan.

"Pantai ??" Saut ku sambil menatap kearah pantai.

"Iya pantai, yuk ikut gue."
ucapnya menarik tangan ku.

Kini aku dan dia berdiri ditepi pantai, membiarkan air pantai itu membasahi kaki kita.

"Kamu suka." ucapnya datar.

"Suka, nyaman udaranya enak, entah kapan terakhir aku main kepantai udah lama banget."
saut ku sambil menatap matahari diujung laut.

Angin cukup kencang saat itu, hingga mengibaskan rambutku membuatnya terbang kemana-mana sampai menepis dimuka Raka,

"Eehh maaf yaa anginnya keceng jadi kena muka lo, gue iket aja deh."

ucapku sambil mengikat rambut
Salah satu tangan pun menghentikan tangan ku saat mengikat rambut,

"Lo cantik saat rambut lo terurai dan terkibas angin."
Ucap Raka sambil melepas ikatan rambutku.

Mata ku pun terbelongo melihat tingkah lakunya yang hari itu aneh kepadaku, biasanya dia tak banyak bicara dan hanya diam ketika bertemu denganku tapi kini berbeda, yang membuatku terheran-heran
aku dan dia sama-sama menatap matahari yang hampir tenggelam.

Warna-warna magic hour kini menghiasi setiap langit, suasana yang cukup romantis saat itu.

"Pulang yuk Ka udah hampir malem lagian gue juga tadi bilangnya mau clabing sama bang alam." ucapku

"Lo suka clabing? " ucapnya dengan kaget.

"Hahaha percaya aja lo, kaga lah tapi pernah sih masuk dulu tapi diajakin temen." Ucapku dengan santai.

"Alhamdulillah deh, kirain lo suka clabing." Ucap Raka sambil melontarkan senyum manisnya.

Raka pun bergegas mengantarkan aku pulang saat itu, sampailah kini di halaman depan rumahku dan ada seseorang yang sudah berdiri di depan pintu menungguku pulang.

"Makasih yaa udah nganter gue pulang sama makasih juga buat jalan-jalannya hari ini." ucapku.

"Iya sama-sama, eehh Ra gue boleh minta sesuatau??." ucapnya.

"Boleh mau minta apa??" Ucapku.

jangan bilang lo bakal nembak gue kup#batinku

"Gue minta id line lo boleh?" ucapnya datar.

"Oh cuma itu ok, boleh kok."
ucapku sambil meyodorkan handphone ku kepadanya.

"Makasih ya." ucapnya sambil melempar senyum manisnya.

"Iya Ka." ucapku yang terbelongo melihat senyumannya.

#sumpah deh ganteng banget kalo pas senyum, eehh...ehh apaan sih#batinku

"Wooyy udah malem kalik mau masuk atau gue kunciin diluar." teriak bang alam.

Uuhh sebel deh tuh singa muncul pas lagi asik kayak gini, ngerusak suasana aja.

"Ya udah yaa Ka gue masuk dulu, singanya mulai bawel." ucapku sembari meninggalkannya.

"Gue duluan ya lam ngga mampir". Ucap singkat Raka.

"Ok".
Saut bang alam sembari memberikan lambayan tangan keraka.

Suara motor yang melesat dengan cepat pun meninggalkan jejaknya.

"Habis dari mana lo?." Ucap bang alam dengan sinis.

"Perduli amat lo sama gue."
ucapku sembari menjatuhkan badan ku kesoba sambil memainkan handphone digenggamanku.

BRAKKK...

suara tangan yang menekan meja dengan keras.

"Gue tanya lo dari mana tadi, gue tadi nyuruh Aldo buat ketempat clabing tapi lo engga ada disana, sebenernya lo kemana haaaa!!!"
bang alam ucapnya kasar sambil melotot tajam ke arahku.

"Kepentok apa pala lo bang, sadar juga kalo punya sodara yang harus di jagain dan dilindungin."
saut ku sambil menjauh dari bang alam,

bukannya tak ingin menjelaskan padanya tapi aku sudah sangat muak dengan sifatnya yang selalu marah-marah ngga ada habisnya.

"Lo jalan sama dia kan, lihat aja apa yang bakal terjadi sama dia besok." Bang alam ucapnya.

"Maksud lo apa bang ngancem kayak gitu jangan mentang-mentang engga ada bunda lo bisa marahin gue seenaknya kayak gini." ucapku dengan kasar.

"Lo itu cuma anak manja yang apa-apa harus ngadu ke bunda, berfikir dewasa inget umur lo itu udah waktunya berfikir dewasa." Bang alam ucapnya.

Ku banting pintu kamarku meninggalkan semua ocehannya bang alam kepadaku, aku yakin itu cuma gertakan dia aja, ngga mungkin bang alam melakukan sesuatu hal diluar nalarnya.

"Gue kayak gini juga buat lo, disini gue yang harus gantiin posisinya Ayah sebagai kepala keluarga."
Bang alam ucapnya didepan pintu kamarku.

Andai bunda tau apa yang sudah bang alam lakuin padaku. Aku selalu berfikir kalo aku ini di anggap apa sama bang alam, hanya marah dan marah yang dia perlakukan pada ku.

______

Gimana nih kakak ...
🤭🤭

Masih mau lanjut???

🖤🖤🖤🖤

Saudara AlamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang