<< 10. Konflik pertama >>

422 13 4
                                    


========


Kini sampailah aku dan bang Alam disekolah tercinta, hhaha iya tercinta karna aku bisa merasakan kebahagiaan disini nggak kaya dirumah hening sepi kaya mayat hidup nggak punya temen.

Rasa mual itu masih cukup kerasa di perutku, sampai menjalar kekepalaku hingga pusing, badanku sudah tak karuan pagi ini gara-gara si pesikopat itu.

Aku pun berjalan sendiri dengan langkah yang terbatah-bata aku menyusuri koridor sekolah, tangan ku yang meranggai apa saja yang ada disampingku, dinding, mading atau tiang bangunan tentunya yang bisa buat aku pegang untuk menyanggaku tetap berdiri, hingga akhirnya tanpa aku sadari aku sudah kehabisan penyangga dan akhirnya pun aku terjatuh di lantai.

BRAAAKKK....

Kini tubuh ku sangat lemas masa gara-gara naik motor aja mabuk perjalanan kaya gini, hingga terdengar langkah kaki yang cukup cepat berlari ke arah ku, Raka iya itu langkah kakinya.

"Ra sadar, lo kenapa?? Lo sakit Ra..halloo."

Suara Rak pun semakin lama semakin halus dan akhirnya aku tak mendengar apa yang dia ucapkan pandangan ku kabur dan menghitam.

"Zahira ayo bangun, jangan bikin abang lo khawatir."

Suara manis yang lembut itu membangunkan ku dari tidur manisku, hhehe pingsan atuh maksudnya. Suara lembut Ana membuatku perlahan-lahan membuka mata.

"Dimana gue kok disini."
Saut ku dengan lemas.

"Alhamdulillah lo sadar Ra, nih minum dulu."
Saut ana sembari membantuku bangun dan menegug segelas air.

"Lo kenapa sih Ra, kok tiba-tiba lo pingsan gitu?tumben-tumbenan lo pingsan kaya gini?"
Tanya Ana.

"Pacar lo yang bego tuh yang udah bikin gue kaya gini."
Saut ku dengan ketus.

"Lho lo tadi berangkat sekolah sama Alam??tapi tadi gue nggak lihat dia dikelasnya?."
Tanya ana.

"Seriusan lo An, gue tadi berangkat sama dia kok sumpah deh."

"Lo tanya aja sama Raka, tanya sama dia kalau alam masuk kelas apa nggak?"

Belum selesai pembicaraan yang cukup membuat suasana yang cukup serius itu ter dengar suara pintu UKS yang terbuka.

"Naahh pas nih anaknya dateng." Saut ku dengan sepotan melihat seseorang dibalik pintu itu.

"Ada apaan nih Ra?"
Saut Raka dengan bingung.

"Abang gue mana??" Tanya aku.

"Alam nggak masuk tuh?? Tumben nyariin Alam?" Saut Raka.

"Temenin gue nyari dia buruan."

Saut ku yang langsung menarik tangan Raka untuk segera menuruti permintaan nyaitu.

Suasana sekarang cukup serius, aku bingung kenapa semenjak naik kelas 12 Alam selalu aneh, udah jarang dirumah, jarang masuk kelas,
Hobbynya marah-marah pula kan aku sebel sendiri dan yang paling aneh abang bisa ngasih uang bunda yang cukup banyak disetiap bulannya? Mencurigakan banget nggak sih?

Aku dan Raka berjalan cukup cepat menyusuri koridor sekolah, sampailah ditempat parkir sekolah yang kita tuju, Raka pun langsung menacapkan gas motornya menikuti perintahku untuk mencari Alam,
Aku juga nggak tau Alam ada dimana sih sekarang, tapi yang penting cari aja dulu, hampir setengah hari aku menyusuri kota Yogyakarta dan aku tak sedikit pun melihat batang hidung motor abangku.

"Iiihh nih abang kemana sih kaya kutu rambut aja susah dicarinya." Sautku dengan resah tengok sekeliling jalanan.

Dan filing ku pasti Raka tau dia kan deket banget sama bang Alam, bahkan di jadiin kacung aja dia mau pasti nih dia tau dimana alam sekarang.

"Raka nepih sebentar gue mau bicara." Ucapku

Raka pun menuruti perkataan ku, kini aku dan Raka sudah di seberang jalan, aku pun langsung menatap matanya agar aku tau jawaban yang dia lontarkan nanti akan jujur atau tidak.

"Lo tau kan dimana Alam sekarang?jawab aja raka biar kita juga nggak capek-capek kaya gini." Ucapku

"Ra dengerin gue, lo nggak usah nyariin Alam dia bakalan baik-baik aja percaya sama gue." Saut Raka.

"Ka lo nggak tau kondisi keluarga gue, kini gue cuma punya bunda sama dia, kalau dia diculik, dibegal apa dibantai orang nasib gue sama bunda gimana lo mikir sampek segitu nggak sih?."

"Bunda udah kepukul soal kepergian Ayah, gue nggak mau kehilangan abang gue ka, walau dia kayak gitu ke gue, gue nggak masalah yang penting dia ada di kehidupan gue sama bunda, tetap disini sama gue dan bunda."

Entah kenapa air mataku pun menetes, aku beneran nggak mau kehilangan saudaraku saat ini karna perasaanku juga seketika ngga bisa tenang pikiranku kemana-mana, kalau dia kenapa-kenapa nggak ada temen buat berantem ntar dong kan gue sedih jadinya.

Raka yang melihat ku berbicara dengan tersedak-sedak karna menangis dia langsung merubah pikirannya dan kini dia mau menunjukkan dimana Alam berada.

"Lo mau ketemu Alam kan? Ikut gue, dah jangan nangis entar cantiknya hilang."
Ucap Raka sambil mengusap air mataku dengan tangannya.

Aku pun mengangguk tanpa sepatah katapun aku menuruti ucapannya, Raka mengedarai CBRnya cukup cepat saat ini, perjalanan yang jauh dan meninggalkan pusat kota, aku merasa takut sekarang, haa Bantul seriusan nih gue ditipu apa meh diculik sih kok sampek sejauh ini, eehh tapi nggak mungkin lah yakalik Raka nyulik gue.

Aku pun langsung membuang pikiran jorok ku kepada Raka.
Sampailah kini aku dan Raka disebuah jalanan yang sangat ramai saat ini, disana sudah banyak anak-anak brandal yang bersorak-sorak menyebut nama Alam.

"Alam...Alam..ayo lam tancap gas lo kenceng lagi...woooyyy....Alam....Alam...Alamm...." Teriak banyak orang.

Aku pun bingung ini tempat apaan sih kenapa banyak motor-motor gedhe disini, tuh orang-orang ngapa sih nama Alam kan abang gue,

Dan mataku menuju pada satu titik motor yang melaju cukup cepat diujung jalan semakin mendekat, suara motor yang tak asing dan body motor yang sangat aku kenali, siapa lagi itu abang ku Alam,

Yang mengendarai motor cukup cepat diatas rata-rata orang biasanya,
Dan finis Alam menjadi pemenang dibalap liar itu semua orang lagi-lagi menyorakinya dan memberi selamat padanya.

Aku dan Raka hanya berdiri didepannya, saat ini mata yang melotot membesar itu tertuju padaku, Alam langsung turun dari motor gedhenya berjalan menghampiri ku.

"Lo ngapain disini?? Lo juga Ka ngapai lo bawa Ara kesini?" Ucap bang alam.

"Lo ngga usah nyalahin Raka, gue yang minta." Ucapku.

"Sekarang lo pulang, disini nggak baik buat lo."

"Gue bakalan pulang kalau lo ikut gue pulang." Saut tegasku.

"Ka bawa cewek manja ini pulang."

Ucap bang alam yang tanpa hibah langsung meninggalkan aku.

Aku nggak paham dengan pola pikirnya, buat apa sih dia ikutan balap liar kaya gitu? Kalau umpannya ada razia gimana coba kalau dia ketangkep gimana? Kan gue sama bunda yang susah ngurus ini itu,

Iiiih sebel deh ngapain sih punya seorang kakak kaya dia bikin selalu emosi.

Aku pun seketika menarik tangan Raka untuk segera meninggalkan tempat bejat itu.

Hatiku yang rasanya ingin ngeluapin emosi namun nggak bisa, gimana gue mau ngeluapin kan lagi diatas motor ya kalik mau gebugin Raka, aku cuma bisa nangis sekarang aku takut kalau pas balapan nanti dia kenapa-kenapa, kalau dia sampek celaka gimana gue jelasinnya ke bunda, semoga aja lah dia selamat.

Kini gue udah ngerti dan paham kenapa dia tiap bulan bisa ngasih uang bulanan bunda yang cukup banyak ternyata hasil dari balap liar ini, gue bilang kebunda nggak ya soal ini? Ini juga kan kebaikan buat dia biar nyawanya nggak ngilang satu.

Dengan satu suara, satu kalimat, walau tak pernah didengar, aku selalu mencoba mendapatkan nya.

=======

Saudara AlamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang