========
Malam yang sangat hening, dan udara yang semakin dingin, membuat hatiku tak tenang soal bang alam, sudah nggak jelas mau keluar kemana dan sampek sekarang belum pulang-pulang.
"An lo kan pacarnya abang gue, telfonin dong suruh dia cepetan pulang."
Sautku membujuk Ana."Iya bentar Ra, gue juga khawatir sih, gue_."
Belum sempat Ana meneruskan bicaranya suara motor yang semakin lama semakin mendekat pun terdengar di telinga ku.
"Akhirnya, tuh psikopat udah pulang, nggak jadi khawatir deh gue." Sautku
"Apaan sih lho Ra Alam pulang tuh disambut kek."
Saut Ana.Ana pun melangkah kan kakinya menyampiri Alam yang masih dibalik pintu dan meninggalkan ku dengan Raka diruang tengah.
Rasa canggung saat ini deh berdua diruang tengah dengan Raka."Zahira.." undang Raka padaku
#Waduh kok jadi deg-degan gini sih #batinku
"Haaa..iya gimana Ka?"
Salah tingkah, bingung aduuhh nggak tau deh apa yang aku rasain saat ini.
"Mumpung tinggal kita berdua, gue mau bilang sesuatu."
"Iyaa..mau bilang apa ya?"
"Mau bilang, kalau kamu."
#Duuhh bilangnya dah pakek kamu aja nih bocah #batinku.
"Aku kenapa?"
"Kamu susul Ana deh gih sana, nggak mau lihat kondisi abang lo emangnya?"
#Hadeehh..kirain dia mau nembak gue atau apalah itu #batinku.
"Iiihh dasar, buang-buang waktu gue aja."
Aku pun melangkahkan pergi meninggalkan Raka diruang tengah, sebel aja udah bikin deg-degan tapi nggak jelas banget bilangnya.
Mataku pun terbelongo melihat abangku, pertama kalinya aku melihatnya kasihan, muka yang cukup lelah yang dipancarkan oleh bang Alam, bingung mau bilang apa, aku hanya bisa memandanginya yang berjalan ditatih oleh Ana."Nih buat lo."
Saut bang alam sembari memberikan sebuah kantung bingkisan kepadaku."Apaan nih, tumben ngasih makanan ke gue?"
Rasa heran ku."Tinggal makan aja."
Senyuman tipis dari muka bang alam itu.Entah kenapa melihat senyumannya bang alam adem banget, terlintas difikiran ku tentang bang alam dan Ana.
Mungkin enak ya jadi Ana yang selalu dikasih senyuman oleh abang ku sendiri dan dikasih perhatian yang besar oleh bang alam, cemburu sih bukan tapi iri mungkin iya, karena sejak aku dan bang alam kecil jarang banget bang alam memperlakukan ku layaknya seorang adik atau saudara.
"Ka, tugas lo udah selesai, lo boleh pulang sekarang."
Ucap bang Alam."Ok lam senang membantu lo."
Ucap Raka.Mataku terbelongo mendengar percakapan mereka, maksudnya apa tugas? Membantu? Apa itu semua.
"Maksud lo apaan bang, lo jadiin Raka kacung lo, woy sadar dia tuh manusia kalik, nggak senaknya jidat lo suruh-suruh."
Saut ku dengan tegas."Lo masih kecil nggak tau apa-apa."
Saut bang alam yang langsung meninggal ki, ana dan ukup diruang tengah.
Untung saja bunda nggak ada dirumah, kalau ada pasti kini bunda sudah memarahi bang alam habis-habisan dengan tingkah anak cowoknya itu.
"Raka, maafin abang gue ya?"
"Iya Ra, santai aja gue seneng kok bantu alam, apa lagi bantunya suruh jagain adeknya."
Senyuman tipis yang dilempar oleh Raka padaku."Emmm.. ehh btw gue titip Ana yaa, kalian kan searah jadi Ana nebeng lo ya Ka."
Ucapku pada Raka."Na lo dianter Raka dulu ya, nggak papa kan?"
"Iya Ra, gue titip Alam ya."
Saut Ana sembari melirik kearah kamar bang Alam."Halah orang kaya gitu ngapain di awasin, setan aja takut kalik sama dia."
Saut sinisku."Ok Ra, gue pulang dulu yaa kalian hati-hati dirumah berdua."
Saut Ana."Iyaaa...iyaa..bawel..daaa hati-hati yaa."
Kini suasana hening pun kembali tercipta dirumah ini, andai waktu bisa aku ubah ingin ku mempunyai keluarga sesuai majinasiku.
Tuhan, aku ingin memiliki kehidupan dengan kehendaku apakah kamu mengijinkannya??
*******
Mentari menampakan sinarnya kembali, udara yang cukup sejuk membuatku enggan meninggalkan kamarku.
"Zahira bangun nak, kamu ditinggal abangmu nanti."
Suara bunda yang membangunkan ku, sembari membuka jendela kamarku.
"Bunda silau, jam berapa bunda?" Tanya ku.
"Udah jam 06:30."
Saut bunda."Haaa.. jam 06:30 bunda, yah alamat ditingal abang lagi nih."
Aku pun bergegas beranjak dari kamar untuk siap-siap berangkat ke sekolah.
Dan bila aku terlambat 5menit saja pasti bang Alam langsung tanpa ibah meninggalkan aku, jadi aku harus secepat kilat untuk mempersiapkan diri.
"Bunda Zahira berangkat yaa, assalamualaikum."
Teriaku meninggalkan bunda yang sedang menyiapkan bekal."Eehh sayang, ini bekal kamu, nanti dimakan ya kamu tuh besok-besok bangunnya yang awal ya." Saut bunda.
"Iya bunda maaf, bunda tadi malem abang pul_."
Belum selesai aku bicara bang Alam pun menyela pembicaraan ku dengan bunda, mungkin dia takut jika nantinya aku bilang kebunda soal tadi malam.
"Lo mau gue tinggal apa gimana?" Saut ketusnya.
"Iyaa..iyaa bawel amat sih lo bang, bunda Zahira berangkat ya. Assalamualaikum".
Saut ku sembari mencium tangan bunda.Aku dan bang Alam pun meninggalkan bunda, motornya melesat dengan kencangnya sampai aku serasa ingin mual pagiini.
"Bang pelan-pelan aja kalik, mual nih gue." Saut ku.
Rasanya omongan ku tak didengar oleh bang Alam, sumpah mual banget nih, kenapa sih gue harus punya saudara kaku kayak es balok gini.
========
Gimana niihhh udah sampe sini apa masih mau lanjut ???😌😌Tetap harus lanjut dongg😘😘😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Alam
Подростковая литература" Zahira Kanza " gadis manis berambut panjang, dengan tubuh yang semampai banyak cowok yang ingin mendekatinya namun terhenti dengan keganasan kakaknya. " Alam Zaidar Kanza " laki-laki bertubuh atletis, selalu menjadi sorotan disetiap sudut sekolaha...