<< 11. Gelato >>

385 10 0
                                    

========

Gedung yang berbaris ditepi jalan dan keramayan kota jogja sudah terlihat, pikiranku masih tak karuan tentang bang alam.
Mungkin sekarang aku harus cepat-cepat pulang dan menjelaskan kepada bunda.

Belum sempat aku minta pulang kepada Raka, dia ingin mengajaku ke suatu tempat, mungkin Raka tau perasaan ku sekarang ini.

"Ra ke gelato yuk." Ajakan Raka.

"Haa ke gelato??."

"Iya, mau ya gue traktir deh."

"Ok deh tapi jangan lama-lama ya gue ada kepentingan dirumah."

"Kepentingan apaan sih?? Lo lebih penting buat gue Ra, gue nggak suka lihat lo sedih kaya gini."

"Iiiih dasar bucin lo Ka."

"Hhaha nggak papa dong bucinnya kan sama kamu."

"Idiihhh..".

Raka pun melajukan motornya ketempat gelato, sesampainya diparkiran entah kenapa lagi-lagi jantungku berdebar dengan tingkahnya,

hal kecil memang tapi bagiku itu cukup berkesan dengan Raka melepaskan hlem yang aku kenakan dan merapikan rambutku yang cukup acak-acakan.

Aku pun hanya terdiam tanpa sepatah katapun, dan lagi-lagi Raka menggenggam tanganku dengan erat menariku untuk mengikuti langkah kakinya.

"Nah lo duduk sini gue pesenin jangan kemana-mana duduk yang manis sementara lo jadi anak yang baik dulu yaa."
Ucap Raka sembari mengacak-acak poniku.

Sumpahh, ini semua yang gue pinginin dari seorang abang, tapi kenapa sih alam nggak bisa kaya Raka yang sweet banget perhatian banget sama gue.

"Mbak gelato green tea nya satu ya, topingnya almond,sama oreo aja dua ya mbak."
Saut Raka pada penjual.

"Ini mas, jadi habisnya 70rb ya mas."

"Oh iya mbak, ini uangnya."

"Terimakasih banyak selamat menikmati."

Langkah kaki itu menuju kearahku.

"Ini Ra buat lo, gelato green tea dengan toping almond, kesukaan lo kan??"

"Kok lo tau sih?? Dari abang ya??."tanyaku.

"Nggak lah, gue kan peramal." Senyum sinis yang dilontarkan ukup.

"Masaakkk.."

"Samakk.."

"Iihh orang gila lu."

"Gila karnamu."

Seketika aku menghentikan aktivitas ku menikmati gelato dihadapanku, seketika melihat kearah ukup, aku tau kalau dia bercanda nggak mungkin lah dia suka gue  cowok dengan paras yang hampir sempurna kaya gitu masa suka sama gue kan nggak mungkin, dan  pasti  yang suka sama dia banyak nggak kaya gue nggak ada yang ngedeketin satu pun.

Raka pun menyadari tatapan mataku yang tanpa henti menatapnya.

"Ada apa Ra?? Ada yang salah ya gue kalau makan belepotan ya."

Seketika ucapan Raka membuyarkan ku.

"Haa nggak kok, nggak papa perfect."

"Haa apa Ra, ulangi lagi coba."

"Ulangi apaan sih, nggak ada yang bisa diulang."

Raka pun langsung mengusap gelato yang sedikit menempel di ruas bibirku.

Tatapan matanya itu, plis dong Ka jangan giniin gue jantung gue udah nggak kuat lo pengen gue mati kalik ya.

"Apaan sih, gue bisa bersihin sendiri kalik."

"Emmm ok, gue cuma bantu."

Suasana yang tenang, melihat keramaian kota Yogyakarta dari balik kaca, mataku pun tertuju pada satu keluarga yang hendak menyebrang jalan diujung sana,

Seorang kakak, adik, bapak paruh baya dan wanita tua, sang kakak memegang erat tangan yang bapak membantu menyebrang dengan jalan yang cukup ramai dan gadis kecil berpegangan erat kepada tangan sang kakak, serasa sang kakak benar-benar melindungi keluarganya dari maut yang mengincar,

Seketika di belaku pun terlintas seorang ayah yang selalu aku rindukan didalam diri bang alam, air mataku pun menetes tanpa ku sadari ingin sungguh ingin merasakan seperti itu.

Dan tak kuat lagi aku menyaksikan drama keluarga itu ku usap air mata,aku meminta pulang kepada ukup.

"Raka pulang yuk dah sore nih, nanti bunda nyariin gue."

"Ehh punya gue belum habis Ra."

"Alaahh kaya ngga pernah makan aja, besok beli lagi gampang kan."

"Iyaa..iyaa bawel amat sih."

Aku pun meninggalkan Raka yang tak kunjung beranjak dari tempat duduknya.

"Eehh Ra kok ninggalin gue sih, marah ya?? Beneran lo marah sama gue Ra? Zahira??"
Ucap Raka sembari memegang tangan ku.

"Nggak gue nggak maraahh iiihh buruan gue mau pulang Raka gue capek pengen istirahat."

"Iyaa, tapi jangan marah ya."

"Iyaaa."

********

Hidup itu sebenarnya simpel, tinggal kitanya yang mau berusaha buat ngerubah apa nggak??
So, disini aku pun lagi belajar buat ngerubah kehidupanku yang serumit itu menjadi semudah ngebalikan telapak tangan.

***

Saudara AlamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang