🌌 tentang bintang

759 157 7
                                    


tingtong.


Ayah mengecek keluar jendela, dan mendapati seorang anak perempuan yang sedang berdiri didepan gerbang. Kedua tangannya memegang stang sepeda biru agar tak terjatuh.

"Permisiiii!!!"

Ayah mendecak, gadis itu lagi. Sejak kejadian yang menimpa anaknya 3 tahun lalu, Ayah tak mempercayai siapapun orang asing untuk berteman, bahkan berinteraksi dengan Bintang.

Setelah kejadian itu pula, Bintang menjadi trauma terhadap orang asing. Jangankan orang asing, dengan keluarga besar saja ia tak mau bertemu. Bahkan berbicara dengan Ayahnya saja ketus.

Tapi ini beda. Cahaya beda. Setiap Bintang bercerita tentang Cahaya kepada Bunda, nadanya ceria. Ada aura positif yang terpancar darinya.

Ayah iri sama Cahaya.

Anak itu bisa dekat, dalam kurun waktu kurang dari satu minggu, dengan anaknya sendiri.

Kenapa???

Ayah jadi ingin tau, jadi lelaki berusia 45 tahun tersebut memutuskan untuk menyuruh sang satpam membuka gerbang, mempersilahkan Cahaya masuk.

"Sore, om." sapa Cahaya sambil tersenyum manis. "Saya mau—"

"Bintangnya lagi mandi, tunggu saja di dalam. Saya juga ingin membicarakan beberapa hal sama kamu."

"Oh? Engga apa-apa Om, saya tunggu disini aja." Cahaya menggeleng dan memilih berdiri di teras rumah.

"Yasudah, duduk." Perintah Ayah. Cahaya segera duduk di bangku yang ada di teras, Ayah duduk di bangku sebelahnya, dengan meja yang memisahkan mereka berdua.

"Kamu bawa apa?"

"Ini?" Cahaya mengangkat keranjang yang dibawanya. "Ini cookies om. Om mau?"

"Beli dimana itu? Untuk Bintang? Steril tidak?" tanya Ayah bertubi-tubi.

"Ini saya buat sendiri tadi pagi. Steril pasti om. Iya ini untuk Bintang." Cahaya kembali menurunkan keranjangnya.

"Kamu tau ngga? Gara-gara kamu, Bintang hari ini tidak sekolah." kata Ayah.

Cahaya meringis. "Ahh, iya itu. Saya minta maaf om, saya cuma mau Bintang merasa bebas, setidaknya untuk satu hari. Saya minta maaf kalau cara saya salah, om." ia menunduk.

Ayah menatap Cahaya. Yang diperhatikan tidak sadar karena sedang menunduk. Ayah melakukan sebuah analisa.

Cahaya tidak menyalahkan Bintang. Saat Ayah mempertanyakan pertanyaan tadi, Cahaya tidak menjawabnya dengan, "Itu adalah kemauan Bintang."

Padahal Ayah tau, itu jelas-jelas permintaan Bintang karena kemarin anak itu merengek meminta izin untuk pergi.

Ayah jadi yakin bahwa Cahaya anak baik-baik. Saatnya Cahaya tau tentang itu, sebelum terlalu jauh.

"Cahaya, kamu tau Bintang memiliki trauma terhadap orang asing?"

Cahaya mendongak, lalu mengangguk ragu-ragu. "Saya sudah mendengar dari Tante Senja kalau Bintang punya sedikit trauma, tapi kalau penyebabnya... saya tidak tahu."

Ayah menarik nafas berat. "Bintang pernah hampir diperkosa."

Cahaya membelalakkan matanya. Masih belum sadar dari kekagetannya, Ayah sudah melanjutkan.

"Kejadianya kurang lebih tiga tahun lalu," Ayah memulai ceritanya. "Saat itu Bintang masih umur 14 tahun. Dia masih polos, ngga tau apa-apa. Saat pulang dari warung, ada dua orang laki-laki dan satu orang perempuan yang cukup berumur."

starlight°「✓」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang