🌌 chaos

609 120 19
                                    

Dua hari yang lalu, Bintang sudah melakukan operasi. Tapi dokter bilang ia harus menunggu 48 jam agar bisa melihat sepenuhnya, karena tubuhnya harus membiasakan diri dengan kornea barunya.

Dan hari ini, Dokter sedang membuka perban mata Bintang, orang-orang yang berada disekeliling merasa deg-degan, apalagi Bintang.

"Sekarang buka matamu pelan-pelan."

Bintang mengerjapkan matanya, berusaha menerima cahaya yang masuk, dan mulai memfokuskan orang-orang disekitarnya.

Bintang menengok ke arah kiri, ada seorang wanita cantik dengan blus biru tua dan rambut yang disanggul disana. Matanya berair dan merah, tanda habis menangis.

Perempuan itu tersenyum, "Bintang?"

Bintang mengerutkan alisnya, dengan ragu-ragu ia bertanya. "Bunda?"

Detik selanjutnya Bunda langsung memeluk Bintang dengan sangat erat dan menangis.

Bintang membalas pelukanya, "Bunda cantik sekali."

Tangis Bunda semakin deras. Perempuan itu tak sanggup berkata-kata.

Bintang turun dari kasurnya, mencoba menyeimbangkan tubuhnya. Dan ketika tubuhnya hampir hilang keseimbangan, pria disamping Bunda menahan tubuhnya.

Kalau itu Bunda, ini berarti...

"Ayah?"

Ayah tersenyum penuh kebanggaan sebelum memeluk putranya dan menepuk-nepuk punggung Bintang.

"Selamat ulang tahun, putra ayah."

Setelah melepaskanya, Ayah mengusap rambut Bintang dengan rasa bahagia. Pria itu tak menangis.

Lebih tepatnya, belum. Karena setelah Bintang berbalik, Ayah meneteskan air mata. Ia menatap istrinya, Bunda tersenyum. Pasutri tersebut berpelukan bahagia.

Anak yang mereka besarkan dengan susah payah, kini bisa melihat lagi.

Ingatan Bunda kembali melayang kepada cemoohan kolega-kolega tentang Bintang, mengapa kamu tidak buang saja anak itu?

Anakku sekarang bisa melihat! Bunda rasanya mau bilang kayak gitu ke semua orang di dunia.

Bintang menghampiri 6 orang yang tersisa, tiga lelaki dan tiga perempuan. Ia berhenti di depan salah seorang perempuan, lalu dengan senyum hangat dan mata berbinarnya, ia bertanya.

"Cahaya?"

Perempuan didepannya tersenyum, sekaligus terlihat ingin menangis.

"Bukan, aku Bulan."

Senyum Bintang luntur, dengan cepat Bintang beralih ke perempuan berambut panjang di sebelah kiri, lalu menggenggam tanganya.

"Kamu Cahaya, kan?"

Gadis itu menunduk, lalu menangis.

"Hey, Cahaya?"

Gadis itu menggeleng, lalu mengangkat kepalanya lagi. "Aku Rhea."

Saat Bintang ingin menghampiri gadis yang di kanan, dengan cepat perempuan itu menahanya. "Aku Auriga."

Bintang langsung panik. Mana Cahaya? Kenapa Cahaya tidak datang?

"Mana Cahaya??!!"

Oh atau jangan-jangan ini sebuah prank.

Bintang tertawa mencibir. "Ini bohong kan? Mana Cahaya? Keluar ajaa!!!" teriak Bintang sambil berputar mencari Cahaya.

Bunda menangis di dekapan Ayah. Rhea sudah banjir air mata dipeluk Dione. Bulan mengusap tetesan air matanya, Auriga menggigit bibir bawahnya agar tidak menangis.

starlight°「✓」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang