🌌 aku sakit

703 139 6
                                    

Cahaya berlari di lorong rumah sakit, ia baru saja sampai rumah dan mendapat kabar bahwa Bintang ngedrop. Jadi gadis itu langsung pergi ke rumah sakit tanpa peduli bahwa seragam sekolah masih menempel di tubuhnya.

"4419, 4419." Cahaya berusaha mengingat nomor kamar yang diberitahu oleh Bunda.

Setelah menemukanya, gadis itu segera masuk dan menemukan suster sedang mengecek kondisi Bintang, juga Bi Eneng, pembantu di rumah Bintang. Cahaya baru mengenalnya beberapa hari yang lalu.

"Eh, Non Cahaya." sapa Bi Eneng. Beliau menaruh piring di atas buffet, lalu berdiri dari kursinya.

Cahaya mendekati Bi Eneng dan Bintang yang raut wajahnya kesal.

"Bi, ada Cahaya yaa??" tanya Bintang.

"Iya. Non Cahaya teh disini, kamunya makan atuh sekarang." Bi Eneng mengangkat piringnya lagi. Lalu menyodorkan sendok ke depan mulut Bintang. "Ayo buka mulutnya. Malu didepan Cahaya masa gamau makan."

"Gak mau Bi, gaenak." tolak Bintang.

Cahaya tertawa sambil menggelengkan kepalanya, dasar Bintang...

Bi Eneng menghela nafas. "Hadeuh, Non. Tuh liat Mas Bintangnya gamau makan daritadi." adunya kepada Cahaya.

"Hei, ayo makan." pinta Cahaya halus.

Bintang masih di pendirianya. Cahaya mengambil alih piring dari tangan Bi Eneng, lalu duduk di kursi.

"Aku suapin." bujuk Cahaya.

Bintang berfikir. Bi Eneng deg-degan menunggu. Tak lama kemudian, Bintang membuka mulutnya. "Aaaa."

Bi Eneng dan Cahaya menghembuskan nafas lega.

Perempuan berumur 50 tahun itu mengusap surai Bintang. "Eleh elehh giliran di suapin Non Cahaya baru mau. "

Bintang nyengir, Cahaya tertawa pelan.

"Udah atuh ah, Bibi keluar dulu ya. Hihihi." Bi Eneng keluar sambil menutup mulutnya menahan tawa.

"Bi Eneng tuh ada-ada aja ya." komentar Cahaya sesaat setelah Bi Eneng menutup pintu.

"Iya makanya belum nikah." celetuk Bintang.

"HEH!" Cahaya menegur Bintang. Tapi setelahnya, gadis itu tertawa lepas.

Bintang ikut tertawa, entah kenapa. Suara tertawa seorang Cahaya itu menular.

"Cahaya."

"Iya??"

"Kamu kan kemarin bilang mau pergi ke Prancis, kenapa?"

"Aku mau ke Paris, ke menara Eiffel." jawab Cahaya. "Bundaku bilang, Paris itu kota paling romantis di dunia, dan menara Eiffel adalah bangunan yang sangat indah." cerita Cahaya, menopang dagu membayangkan Paris dalam imajinasinya.

"Oh ya? Menara Eiffel itu seperti apa?"

"Menara Eiffel itu tinggi sekali, miniaturnya indah, banyak orang berlalu lalang dibawahnya, bangunannya kokoh. Kata Bundaku, menara eiffel itu lebih indah jika dilihat pada malam hari, lampunya menyala, bagus sekali. Menara eiffel juga menyimpan seribu satu sejarah, kenangan dan cerita." jelas Cahaya semangat.

"Awkwu wuga mwu we pwariws dweh!" seru Bintang sambil mengunyah makananya.

Cahaya tertawa. "Iya iya iya, abisin dulu makananya. Kalau sembuh, nanti kita ke Paris bareng-bareng!"

"Janji ya kita bakal ke Paris?"

"Iya iya! Janji!"

"Hai anak-anak!" sapa Bunda tiba-tiba muncul diambang pintu dengan semangat.

starlight°「✓」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang