Ancaman

244 12 0
                                    

.
.
.

Disaat aku sudah mulai merasa nyaman denganmu,
Kamu menghancurkannya dengan kata-kata konyolmu itu!

.
.
.

***

Ozan hanya bisa kembali tersenyum. "Lo lucu kalau lagi kesel,"

"Gue pengen sikap lo kayak gini kalau di sekolah." Cetus Nindy.

"Maksudnya?" Ozan tak mengerti.

"Gue pengen, sikap lo itu kayak gini, hangat, penuh candaan. Gak kayak biasanya, apalagi kalau sama cewek, dingin plus jutek banget tau!" Cerocos Nindy.

"Khm, gue gak bisa."

"Kenapa?"

"Udah dari lahirnya kayak gini,"

"Usahain, gimana bisa berubah kalau gak berusaha,"

"Kalau gue berubah, nanti banyak cewek yang baper lagi."

"Baper kenapa?" Nindy menatap Ozan dengan tatapan heran.

"Kan, sekalinya gue senyum ke cewek. Heboh satu sekolah," Cetus Ozan tersenyum lebar.

"Ikh geer banget, tapi lo sering senyum ke gue? Tapi kalau di sekolah, tetep aja sih cuek bebek!"

"Ngertiin aja." Ucap Ozan yg berhasil membuat Nindy heran.

"Ngertiin apanya?" Tanya Nindy.

"Kalau misalnya gue senyum ke lo di sekolah,heboh deh satu sekolah."

"Hehehh.. Gk apa-apa kali. Biar gue nya ikut terkenal," Canda Nindy.

"Ngarep!"

Banyak hal yang Nindy dan Ozan bicarakan. Dari mulai topik utama yg ingin Nindy bicarakan. Sampai hal-hal tidak penting yg Ozan dan Nindy nya saja tidak tahu mengapa mereka membicarakan itu.

Sesekali, Nindy dan Ozan tertawa bersama. Untuk pertama kalinya, Nindy melihat Ozan tertawa lepas,seperti sudah tak menanggung beban apapun.

"Ketawa mah ketawa aja kali!" Sindir Nindy.

"Udah ah, capek gue, besok ulangan matematika. Ayo pulang!" Ajak Ozan menuju kasir untuk membayar minuman yang ia minum.

'Bener kata anak-anak. Lo itu orangnya asik. Asik banget malah. Tapi, kenapa kalau di sekolah lo gak bisa se asik ini. Lo dingin, so cuek. Kalau senyum aja kayak susah banget, apalagi ke cewek! Lo alergi cewek kali ya, tapi kok ke gue nggak? Ozan,ozan..'

Batin Nindy,memandang punggung Ozan yang berjalan menjauh.

***

"Abis dari mana?" Tanya Elisa kepada Ozan yg baru saja memasuki rumah.

"Main,"

"Futsal?" Tanya Elisa lagi.

"Nggak," Jawab Ozan singkat.

"Terus?"

"Abis main mah. Bukan main futsal. Ya, jalan-jalan aja. Udah ya, Ozan capek. Mau istirahat dulu!" Ucap Ozan meninggalkan Elisa sendiri.

'Semenjak kejadian itu, sikapnya selalu dingin.' batin Elisa.

***

Me and Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang