Di sebuah universitas yang terletak di Jakarta, memiliki nama sebagai Universitas Violet Country, sebuah Universitas yang menyediakan berbagai banyak fakultas sangat lengkap.
Seorang perempuan duduk di taman belakang bagian kampus ini dengan tatapan kosong, tanpa senyum. Kebanyakan orang menjulukki dirinya sebagai 'Gadis bongkahan kutub Utara'
Julukan itu bisa ia dapatkan karna sikapnya yang begitu dingin seperti es yang ada di kutub Utara itu."Gue kuat, gue bisa, gue gak lemah!" ucap Prilly mencoba untuk tidak menjatuhkan air matanya, gadis yang berjulukan gadis bongkahan kutub Utara.
Ia pun memilih untuk beranjak dari taman belakang, ia tak mau berlarut dalam bayangan masa lalu yang sangat sadis, masa yang mengambil nyawa orang sangat berharga dalam hidupnya.
"Prilly," panggil Agatha, membuat gadis yang lekat disapa Prilly itu berhenti.
"Mau kemana lo?" tanya Agatha.
"Gak tau," Ucap Prilly dengan santai.
"Gila gak tau tujuan tapi tetap jalan," ucap Agatha.
"Emang gue gila, kenapa?" tanya Prilly menjawab dengan meninggikan nada suaranya.
"Segila apapun lo, lo tetap sahabat gue, Prill," ucap Agatha.
"Oh." Ucap Prilly membalas perkataan Agatha, ia tak tersentuh ucapan Agatha barusan.
"Gue temenin ya," ucap Agatha.
"Gue mau ke Toilet," ucap Prilly.
"Abis dari toilet, mau kemana? Lo udah makan?" tanya Agatha.
"Tar gue makan," ucap Prilly.
"Jangan tunda waktu makan lo, tar lo sakit, Prilly, inget kesehatan lebih penting dari apapun, tanpa kesehatan aktivitas lo gak bakalan jalan." Ucap Agatha
"Seeganya gue makan," ucap Prilly tetap keras kepala.
"Jangan ditunda, tar lo sakit." ucap Agatha.
"Biarrin aja gue sakit, kalo perlu mati sekalian," ucap Prilly membuat Agatha langsung menampar pipi Prilly dan langsung memeluk Prilly.
"Gue gak suka lo selalu bawa-bawa mati, Prill," bisik Agatha dalam pelukannya dengan sahabatnya ia mengeluarkan air mata, sementara Prilly hanya memasang wajah datarnya.
"Lepassin, Ta," pinta Prilly membuat Agatha melepaskan pelukannya.
"Maaf, Prill gue nampar lo pagi-pagi gini," ucap Agatha.
"Gue cuma gak mau kehilangan lo, sahabat terbaik gue, makanya gue gak mau lo ngucapin kematian seenaknya kaya tadi, lo sahabat yang berharga buat gue," jelas Agatha.
"Santai, bahkan gue pernah dapet dari ini," ucap Prilly.
"Lo jaga diri," ucap Prilly lalu melanjutkan jalannya.
Agatha hanya memandanggi raga Prilly yang mulai menjauh darinya, ia tak mengerti tentang dirinya yang tak sengaja menampar gadis itu. Ia berharap gadis itu baik-baik saja, dan bisa tertawa sedia kala sewaktu dulu.
"Gue kangen tawa lo yang sering lo keluarrin dulu," ucap Agatha.
"Kenapa lo berubah? Kenapa sekarang jadi dingin banget? Ada apa dengan hidup lo?" tanya Agatha.
"Gue layak gak sih dapet sebutan sahabat buat lo?" lanjut gumam Agatha dalam hatinya.
"Gue gak berubah kok," ucap Dava membuat Agatha langsung menoleh kearahnya.
"E-ehh Dava," ucap Agatha dengan nada terkejut.
"Lo ngeliatin apa sih, Ta? Masih pagi begini juga," ucap Dava.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR : Labirin Berkelana
Teen Fiction[ mari berkelana hingga cerita ini selesai ] *** Kelam dengan taburan sedikit warna, seperti; rangkaian takdir rumit tak memiliki jawaban atas pertanyaan yang terpendam. Terlalu jauh untuk kembali, namun tak kuat untuk berlari dalam kegelapan ini s...