"Kesehatan itu penting."
- Agatha☁️☁️☁️
Suasana terlihat sangat tenang petang ini, terik matahari yang mulai meredup ditambah tiupan angin, tenang dan santai itulah yang dirasakan oleh perempuan yang mendapat julukan sebagai 'gadis bongkahan kutub Utara', ia masih sibuk dengan bukunya tanpa menoleh sedikitpun sekitarnya hingga tak sadar jika ada manusia yang sedari di depan hadapannya dengan memandangi dirinya tanpa suara.
"Hai, Prill." Sapa Agatha yang akhirnya memilih untuk bersuara agar kehadirannya diketahui oleh gadis bongkahan kutub Utara itu.
"Dikacanggin dong gue." Gerutu Agatha, tanpa tak kunjung mendapatkan respon dari gadis bongkahan kutub Utara yang masih sibuk membaca buku itu.
"Setan juga ini anak, gue ampe dikacanggin dong." Ucap Agatha dengan menarik buku yang digenggam gadis itu, buku yang membuat dirinya diacuhkan oleh gadis bongkahan kutub Utara ini.
"Balikkin buku gue," ucap Prilly dengan datar tanpa menoleh, ia pun mencari buku lainnya yang berada tepat di sampingnya.
"Prilly, liat gue dong, gila kacang banget!" ucap Agatha berbicara namun tak membuahkan hasil apapun.
"Terkacangkan sip," gerutu Agatha lagi.
"Semenarik apa itu buku ampe gue yang hidup gak ditenggok? Pengen ngomong kasar jadinya." Ucap Agatha memandangi Prilly yang mulai sibuk membaca buku dengan judul yang berbeda itu.
"Prill, ini gue Agatha, sahabat lo, gue datang hey.. Tayo," ucap Agatha.
"Tau." Ucap Prilly dengan menutup bukunya dan memandang Agatha yang masih berdiri di hadapannya.
"Duduk," Ucap Prilly dengan menggeser tumpukan bukunya agar memberikan ruang untuk Agatha duduk di sampingnya.
"Ada perlu apa?" tanya Prilly tanpa nada.
"Gue mau ngajak lo makan sore, lo pasti belum makan kan? Ayo makan," seru Agatha mengajak sahabatnya dengan penuh antusias.
"Gue gak lapar, kalo gue lapar juga makan," respons Prilly membuat Agatha menjadi diam tanpa ekspresi wajah apapun.
"Prill, emang makan nunggu lo lapar doang? Makan itu suatu kebutuhan Prill, jangan lo makan nunggu lapar, mending makan yuk," seru Agatha mencoba mengajak sahabatnya ini.
"Gak!" bentak Prilly membuat Agatha langsung terdiam.
"Maaf, kalo gue maksa lo terus, itu demi kebaikan lo, lo sahabat gue Prilly, dan gue mau yang terbaik buat sahabat gue," lirih Agatha.
"Ta, inget ya, gue udah dewasa, gue tau terbaik buat gue kedepannya kaya gimana, jadi lo gak perlu memperlakukan gue kaya anak kecil, karna gue gak suka!" ucap Prilly dengan nada meninggi, membuat Agatha hanya bisa menarik nafasnya.
"Gue cuma pengen mama gue yang lakuin itu bukan orang lain," lanjutnya dalam batin.
"Oke gue minta maaf, maaf kalo cara gue memperlakukan lo kaya anak kecil, mungkin alay sih ya, tapi ada satu hal yang lo harus catat di otak lo, kesehatan itu penting," ucap Agatha.
"Iya, gue tau."Ucap Prilly.
"Lo berubah drastis, dulu lo gak kaya gini, gue kangen lo yang dulu, ceria dan periang." Ucap Agatha seraya bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan Prilly.
Prilly hanya diam memandangi kepergian Agatha yang semakin lama semakin jauh, ia mencoba mencerna perkataan terakhir Agatha tadi.
"gue kangen lo yang dulu, ceria dan periang" perkataan itu masih tergiang-giang dalam pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR : Labirin Berkelana
Teen Fiction[ mari berkelana hingga cerita ini selesai ] *** Kelam dengan taburan sedikit warna, seperti; rangkaian takdir rumit tak memiliki jawaban atas pertanyaan yang terpendam. Terlalu jauh untuk kembali, namun tak kuat untuk berlari dalam kegelapan ini s...