"maaf."
☁️☁️☁️
Prilly kini berada di gedung paling atas kampus nya, sepi dan hening karna memang tak ada manusia selain dirinya. Ia memutusnya untuk duduk di sebuah sofa yang ada di sana dengan tatapan datar seperti raga tanpa jiwa, ditambah lagi wajah dirinya yang semakin pucat.
"Lo ngapain masih hidup? Mendingan mati." bisikan yang membuat dirinya memejamkan mata.
"Hidup lo udah hancur, jadi buat apa lo hidup? Mati aja."
"Udah gak ada yang peduli sama hidup lo, lo itu cuma sampah di hidup mereka, bunuh diri sekarang!!"
Suara-suara yang terngiang-ngiang di dalam otaknya, ia pun bangkit dari duduknya dan langsung memukul berkali-kali tembok dengan keras, emosinya kian meledak dengan diikuti tangisan.
"Anjing!" pekik Prilly dengan suara sangat tinggi dengan masih memukul tembok dengan kedua tangannya.
"BERHENTI!" teriak laki-laki itu membuat Prilly sontak menghentikan aktivitas dan menoleh ke asal suara itu.
"Biar apa lo kaya gitu?!" tanya laki-laki, lalu berjalan mendekat ke arah Prilly.
"Mundur! Jangan mendekat!" Prilly memperingati dengan nada mengancam membuat laki-laki terhenti langkahnya.
"PERGI DARI SINI, JANGAN DEKETTIN GUE!" teriak Prilly dengan histeris membuat laki-laki ini semakin mendekat.
Untung saja tepat sasaran, laki-laki itu menangkap tubuh Prilly yang tiba-tiba tak sadarkan diri, ia memandangi wajah Prilly yang tenang di sana.
"Bertahan!" ucap laki-laki itu lalu berlari dengan menggendong Prilly ke lantai atas menuju Unit Kesehatan di kampus nya.
"AWAS!! AWAS! AWAS WOI JANGAN MALANGGIN JALAN BEGO!" teriak laki-laki itu membuat sekelompok perempuan sontak membuat jalan, membuat laki-laki itu langsung berlari menuju Unit Kesehatan, agar Prilly segera di tolong.
"Apa yang terjadi?" salah satu medisnya yang berada di luar saat melihat laki-laki itu membawa Prilly yang tak sadarkan diri.
"Gue gak tau pasti, yang jelas dia pingsan, gue minta lo cepat ya tolong dia!" ucap laki-laki itu dengan tegas membuat tim medis mengangguk paham.
☁️☁️☁️
Sementara itu, Fransisca yang masih berkabut karna Agatha belum sadarkan diri juga, dengan isakan tangis di dalamnya ada lantunan doa yang ia panjatkan agar sahabatnya segera sadar dari pingsannya itu.
"Ta, bangun, ini gue, gue udah balik, ayo kita kaya dulu lagi bareng Prilly juga." lirih Fransisca dengan isakan tangis yang tak terdengar suaranya.
"Ta, jangan kebo dong, ngapain sih tidur? Ini udah sore tau, bangun kita liat senja sama-sama kui," lirih Fransisca.
Semenit kemudian, anggota tubuh Agatha mulai ada perubahan, mulai dari tangan yang mulai bergerak-gerak dan mata yang kini mulai berusaha tuk dibuka.
"Ca? " panggil Agatha saat membuka mata pertama kali yang dilihat adalah sahabat yang sudah lama ia tak jumpai.
"Iya ini gue, Fransisca," ucap Fransisca.
"Gue kenapa ya?" tanya Agatha dengan melihat keadaan sekitar.
"Lo pingsan dalam toilet tadi, lo kenapa bisa sampai pingsan?" tanya Fransisca membuat air mata Agatha keluar begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR : Labirin Berkelana
Novela Juvenil[ mari berkelana hingga cerita ini selesai ] *** Kelam dengan taburan sedikit warna, seperti; rangkaian takdir rumit tak memiliki jawaban atas pertanyaan yang terpendam. Terlalu jauh untuk kembali, namun tak kuat untuk berlari dalam kegelapan ini s...