1

100 14 21
                                    

Sembunyilah, kata mereka
Takkan ada yang mau melihat keburukanmu
Aku telah belajar malu terhadap semua kekuranganku
Larilah, kata mereka
Takkan ada yang mencintaimu apa adanya
~ This is me - Kaela Settle ~

Trik sulap terbaik adalah sesuatu yang membuatmu mempertanyakan realita. Namun, kunci untuk menjual trik sulap itu bukanlah skill atau keterampilan, tetapi kecakapan dalam memainkan pertunjukan. Seperti yang dikatakan Houdini, apa yang dilihat oleh mata, apa yang didengar oleh telinga, dan yang dipercaya oleh pikiran. Biar ku beritahu apa yang aku percaya. Aku percaya bahwa aku tidak dilahirkan istimewa seperti kakakku. Dia cantik, populer, dan pacaran dengan anak basket. Sedangkan aku? Aku tak pernah seperti dia. Aku tidak selalu mendapat hal-hal yang baik.

Tok-tok-tok..

Ibu masuk ke kamarku. "Bisakah kau ikut menghadiri pestanya sekarang?" tanya Ibu. Aku hanya menggenggam erat kartu-kartu sulapku lalu bangkit dari kursi meja riasku. Semua mata tertuju padaku ketika aku keluar dari kamar. Bukan tatapan kagum tentunya. Entahlah. Tak ada sesuatu yang menarik dari diriku.

Sebagian trik sulap yang aku kuasai cukup membosankan. Permainan tangan yang mudah. So yeah, aku bisa menghilangkan sebuah koin di balik telinga seseorang. Namun hal itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan yang dilakukan kakakku. Ia melakukan aksi menghilang yang sangat hebat. Ya, dia sudah meninggal.

Satu bulan kemudian....

Koridor sekolah sudah mulai ramai dipenuhi para siswa. Pagi itu, aku berjalan dan semua mata tertuju padaku. Aku hanya menundukkan wajahku dan memilih menyimpan sebagian buku ku di loker.

"Hey Annie" sapa Hayden. Hayden dan aku adalah sahabat sejak kecil. Aku masih ingat ketika kami berumur 10 tahun, aku memaksanya untuk melakukan trik sulap bersamaku. Dan ya, dia setuju. Dengan syarat bahwa kami takkan melakukan trik itu kepada orang lain. Sebagai imbalannya, aku berjanji padanya kalau kami tidak akan memiliki teman baru.

"Oh hei, Hayden." balasku singkat sambil meletakkan beberapa buku ke dalam lokerku. "Bagaimana akhir pekanmu? Menyenangkan?" tanyanya basa-basi.

"Ya, aku berlatih trik baru tapi masih kacau di bagian akhirnya." jawabku sambil mengunci loker milikku yang berada tepat di sebelah kanan loker milik Hayden. Hayden hanya tersenyum ke arahku lalu kami berjalan beriringan ke kelas.

"Aku turut sedih mendengar kematian kakakmu, Anne." ujar sebuah suara yang membuat aku dan Hayden berhenti. "Dia baru mengatakan hal itu sebulan kemudian" kata Hayden setengah berbisik padaku. Hayden kemudian memutar bola matanya dan menoleh ke arah sumber suara tadi. "Namanya Annie, bukan Anne."

"Oh aku mengerti. Namaku Sarah, tapi teman-temanku memanggilku Britney. Kau bisa menggunakan nama apapun, girl" ujar gadis bermata Hazel itu.

"Uh--- no, nama asliku memang Annie." jawabku terakhir kali sambil berlalu bersama Hayden meninggalkan gadis tadi. Tidak memiliki teman baru bukanlah suatu masalah yang besar bagi kami.

"Kau tahu, menjadi populer hanya membuatmu terlihat lebih bodoh." gumam Hayden sambil sesekali melirik ke arahku. Aku hanya tersenyum hambar. "it's fine, Hayden."

"Apanya yang baik-baik saja? Mereka benar-benar menghabiskan satu malam di rumah mu." balas Hayden sambil menatapku. "Ya, aku tahu tapi mereka bukan temanku. Mereka hanyalah teman-teman kakakku." jawabku membela diri. Dari arah yang berlawanan dari tempat aku dan Hayden berdiri sekarang, datang Richard dan teman-temanya yang membuat debat konyol kami berhenti. Richard adalah mantan kekasih kakakku. Ketika kakakku, Cleo masih hidup, dia tidak pernah sekalipun 'memperhatikan' ku. Memperhatikan yang ku maksud disini adalah menyadari keberadaan ku. Aku seperti hantu baginya. Kau tahulah kalau hantu tak terlihat oleh manusia. Demikian juga aku.

Sisters Problem (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang