Sebanyak apapun kau berdoa tanpa berusaha akan sia-sia bukan? Sebanyak apapun kau menangis tak akan bisa merubah keadaan yang sudah terjadi, menunggu memang menyebalkan tapi di situlah kesetiaan kita teruji.
-Karmila-
•
•
•Sifat angkuh tercermin dari seorang gadis yang berjalan pelan menyusuri jalan setapak di tanganya tergenggam erat kantung plastik bening, dapat jelas terlihat dua potong roti isi tertata rapi.
Pandangan kosong tanpa senyum sesentipun tak terukir berjalan angkuh dengan dagu sedikit terangkat. Bibir merah, semerah gaun mini selutut menambah kesan berani pada tubuh putih semampainya.
Berjalan terus berjalan, hingga pada suatu tempat. Kakinya berdiri kaku, mata kosongnya menatap depan, hingga suara bising menyadarkanya untuk menengok asal suara itu. Matanya terfokus pada kendaraan pajang yang siap melintas di depanya.
"Apa kau datang?"
Gumaman selembut bisikan terdengar indah bak lonceng gereja dari bibir merah yang bergerak samar hingga matanya terpaku pada pintu kereta yang terbuka.
Menelisik wajah demi wajah yang keluar melalui pintu itu. Hingga pada akhirnya tak ada seorangpun yang turun. Mata jelaganya menutup pelan. Dia balikan tubuhnya tangannya menggenggam erat kantong plastik yang digenggamnya sedari tadi.
"Wannie. "
Suara itu? Indah.
Gadis itu menghentikan langkahnya, membalikan tubuh, dengan mata memerah melihat seorang pria berseragam tentara menenteng tas dan mengangkat tangan menyapanya.
Dia rindu senyuman itu. Dia rindu wajah itu. Dia rindu aroma tubuh itu. Dia rindu prianya. Dia rindu miliknya. Apa dia bermimpi?
Kakinya hendak melangkah, tapi senggolan bahunya menyadarkanya. Senggolan dari seorang gadis membawa sekantung plastik roti isi berlari tergesa dengan beruraian air mata menjangkau pelukan pria itu.
"Cepat pulang, Oppa."
"Jangan menangis, aku bertugas untuk melindungi negara, terkhusus melindungimu."
"Berjanjilah pulang dengan selamat, Oppa. Aku menunggumu."
"Pasti Seungwan, berjanjilah menungguku."
Pelukan saling menguatkan tercipta disana, membawa sebuah janji yang terucap manis diantara tangisan keduanya.
"Bawa ini untuk bekalmu, jangan sampai sakit."
"Kau mengantarku dengan roti isi, kau juga jarus menjemputku dengan roti isi juga."
"Pasti."
Tawa itu, tawa terakhir yang meluncur. Tepat 4 tahun tanpa tawa. Membuat dunia Seungwan gadis bergaun merah itu hampa. Hampa pada kenyataan hidup. Ah, tidak raganya hidup tapi jiwanya?
Nyatanya tak seindah tawa bayangan yang saat ini masih berputar indah melepas kepergian prianya. Empat tahun yang sulit tanpa komunikasi.
Apa prianya baik-baik saja? Apa prianya tak merindukanya? Rasanya Seungwan ingin menyusul prianya. Memastikan semuanya baik-baik saja. Memastikan keadaan prianya baik-baik saja.
Sudah cukup bayangan menyakitkan yang membuatnya berada pada penantian panjang tanpa ujung yang jelas. Entah sampai kapan akhirnya.
Seungwan membalikkan tubuhnya, kembali menghilangkan bayangan yang membawanya pada dejavu. Menenggelamkannya pada elegi yang sangat menyesakkan."Dapatkah ku mendengar suaramu sekali saja, Oppa? Atau mungkin menatap dan melihat senyummu? Aku merindukanmu."
Kakinya melangkah pelan menjauh dari rel kereta. Tatapanya kembali kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot ✔
Hayran KurguCuma kumpulan oneshoot tentang salah satu couple kesayangan karya kak Karmila (@sangkyung_choi) COMPLETED | Started at, 17-02-2019