Gabriel melepaskan sepatu dan membaringkan Zahra yang masih tertidur akibat mabuk. Gabriel juga mengganti bajunya dengan baju tidur, dan sekali lagi luka yang dulu dia enggan lihat kali ini memanggil untuk disentuh.
“Kenapa tubuh kamu jadi seperti ini… kenapa Zahra” Gabriel merapikan anak rambut yang berserakan di pipi Zahra. Entah sejak kapan, dia merasa ingin selalu membuat Zahra tertawa ketika bersamanya sama seperti ketika dia sedang bersama Sakti.
“Kakak…..” kata Zahra yang masih terpejam matanya.
“Siapa kakak kamu Zahra…”
“Kakak… hikssss” Gabriel kaget melihat Zahra menitikkan air mata. Selama mengenalnya dan selama dia menjadi suami Zahra baru kali ini dia menangis. Siapa laki – laki yang dipanggil kakak oleh Zahra.
“Siapa laki – laki itu… siapa laki – laki yang membuat kamu menjadi wanita tanpa ekspresi” Guman Gabriel lagi.
Gabriel menghabiskan waktunya menatap Zahra, menatap wanita yang awalnya sangat dia benci karena bermuka jelek.
“Tidur yang nyenyak…” Gabriel mencium kening Zahra dan beranjak untuk tidur juga.
Nathasa yang kelabakan karena Gabriel tidak kembali, menjadi panik dan mencoba menghubungi ponsel Gabriel dan sayangnya ponsel itu mati.
“Siallll rencana gue gagal….” Ketika akan beranjak keluar Nathasa tanpa sengaja menabrak Sakti.
“Maaf Mbak saya tidak sengaja…” kata Sakti dengan perasaan bersalah.
“Gpp Mas, saya juga gak lihat jalannya, permisi” Sakti menatap kepergian wanita perasaan pernah dilihatnya di Rumah Sakit.
****
Pagi harinya…
Gabriel terbangun duluan dan melihat Zahra masih tidur, Gabriel bangun dan menyiapkan sarapan untuk Zahra, hari ini dia akan mengabulkan permintaan Zahra untuk dirumah dan bersikap layaknya suami. Ponselnya masih dimatikan dia tidak mau ada yang mengganggu kebersamaannya dengan Zahra.
“Pagi Zahra, ini aku buatkan nasi goreng” Gabriel dengan wajah tersenyum meletakkan sepiring nasi goreng di hadapan Zahra, Zahra yang heran dengan perubahan Gabriel hanya diam masih tanpa ekspresi.
“AKu akan mengabulkan permintaan kamu hari ini kita akan dirumah seharian dan aku akan bertingkah layaknya seorang suami”
“Gak usah” Zahra meletakkan piring di nakas dan masuk ke kamar mandi, Gabriel hanya diam melihat reaksi Zahra, kenapa disaat dia ingin mencoba berbaikan, disaat itu juga Zahra seakan menjauh darinya.
Sedangkan Zahra yang masih merasa sakit hati hanya menganggap kebaikan Gabriel karena taruhan bukan niat tulus dihatinya.
“Kenapa harus taruhan yang membuat kakak baik dan lembut seperti tadi” batin Zahra.
Zahra hari ini berniat mau ke supermarket, persediaan bulanannya habis dan sekarang waktu yang pas untuk belanja.
“Kamu gak makan dulu” tanya Gabriel
“Gak lapar”
“Zahra, bisa dengarkan aku bicara sekali ini saja” pinta Gabriel.
“Buat apa? Apa selama aku bicara kamu pernah dengarkan?” balas Zahra.
“Oke, tapi aku tidak mau dianggap ingkar janji, hari ini kita habiskan waktu berdua, mau tidak mau terserah kamu, sekarang kamu mau kemana aku akan antar” kata Gabriel
“Aku pergi sama Maryam saja”
“Aku antar” paksa Gabriel
Zahra yang malas bertengkar akhirnya mengalah dan pergi bersama Gabriel dan Maryam.