Zahra menggenggam tangan Gabriel ketika mereka berjalan menuju sebuah nisan di tempat perkuburan umum.
“Kakak takut…” Gabriel menghentikan langkahnya dan menatap sedih sebuah nisan kecil. Nisan dimana janin anaknya yang masih 5 bulan terbaring kaku didalam tanah.
“Gpp kak, Gaza pasti ngerti Ayahnya sedang sakit selama ini makanya gak pernah jengukin dia” Zahra tersenyum dan memegang kuat tangan suaminya.
“Gaza?”
“Iya Gaza Cassanova… Gabriel dan Zahra… buah cinta yang hadir untuk menyatukan Ayah Bundanya walau akhirnya Allah lebih sayang dan mengambilnya sebelum dia bisa melihat kakak dan aku” Zahra berlutut dan mencium nisan anaknya.
“Dek, Bunda datang lagi… maaf ya tidak terlalu sering jengukin dedek, dedek pasti bahagia lihat siapa yang datang”
Zahra melihat Gabriel dan menyuruhnya berlutut di sampingnya. “Ini ayah kamu nak, maaf ayah baru jenguk sekarang…. Tapi kamu tenang ya mulai sekarang ayah dan bunda akan sering menjenguk kamu” kata Zahra lagi.
“Kakak gak mau ngomong?” tanya Zahra.
Bukannya Gabriel tidak mau ngomong, tapi dia malu dengan anaknya ini, 10 tahun melupakan dan baru hari ini dia bisa melihat tempat anaknya dikuburan. Hatinya hancur dan sakit, perasaan bersalah kembali menyerangnya, andai malam itu dia tidak iseng ngajakin Zahra pergi.
“Kak… kok nangis lagi” Zahra menghapus airmata yang turun di pipi suaminya
“Kakak suami dan ayah bajingan… suami yang doyan selingkuh dan ayah yang membuat anaknya meninggal… kakak gak pantas hidup” isak tangis kembali terdengar di tempat yang sunyi ini, hanya hembusan angin dankicau burung yang menemani keberadaan mereka.
“Kak jangan gini dong… Gaza pasti sedih lihat ayahnya yang baru kesini malah menangis, bukannya bahagia bisa jengukin anaknya”
“Maafin ayah nak… maafin ayah… ayah yang buat kamu seperti ini.. ayah yang gak bisa jaga bunda dan kamu.. hukum ayah nak, hukum” tangis dan permintaan maaf Gabriel tak berhenti selama mereka berada dikuburan Gaza anak yang mereka tunggu – tunggu.
“Kak….” Zahra menghapus airmatanya yang turun. Zahra tau Gabriel sangat mencintai anaknya ini, dulu sebelum kecelakaan terjadi Gabriel rela bergadang ketika Zahra sakit karena mengandung, rela tidak makan ketika uang disakunya hanya tinggal untuk membeli obat dan susu hamil.
“Udah ya kak… kita pulang ya, kesehatan kakak belum terlalu pulih”Zahra membatu Gabriel berdiri.
Pertahanan diri Gabriel luruh seketika melihat kuburan kecil itu. Hatinya tersayat dan dia akhirnya mengerti kenapa Zahra tak ingin punya anak lagi.
“Maafin kakak sayang udah buat kamu kehilangan anak kita”
“Sudahlah kak itu musibah”
“Beribu maaf akan kakak ucapkan selagi nafas kakak belum di cabut oleh Allah”
“Kak… jangan ucapkan itu, Zahra gak akan sanggup kalo kakakpun tega ninggalin Zahra”
“Kakak mencintai kamu Zahra sangat mencintai kamu, kakak gak akan pernah ninggalin kamu kecuali Allah yang menyuruh” Zahra memeluk erat suaminya. Kenapa sekarang suaminya ini semangat hidupnya hilang ketika mengetahui masa lalunya.
“Kakak semangat ya kak, Zahra disini sama kakak”
Gabriel tersenyum padahal dihatinya ingin rasanya menangis… dan menangis, biarlah dibilang cengeng atau mellow tapi sungguh hatinya ciut mengetahui dosa – dosanya dimasa lalu.