Pagi harinya…
Gabriel mencium pipi Zahra yang masih tertidur pulas disampingnya, dia teringat kejadian tadi malam dan Gabriel tersenyum mengingat betapa panasnya mereka berdua tadi malam.
“Makasih sayang udah izinin aku untuk masuk didalam kenangan kamu, walau sedikit aku akan terima” Zahra membuka matanya pelan dan melihat suaminya sedang tersenyum kepadanya.
“Pagi Gabriel”
“Pagi Zahra, gimana tidurnya nyenyak?”
“Ya bisa dibilang begitu…” Zahra bangun dan mengambil pil ditasnya.
“Obat apa? Kamu sakit?”
“Gak, cuma pil KB aku lupa minumnya tadi” Gabriel menahan tangan Zahra dan mengambil pil itu.
“Aku mohon, kali ini jangan diminum” kata Gabriel lagi. Dia ingin mereka punya anak, karena anak akan membuat Zahra terikat padanya.
“Aku gak bisa” Zahra mengambil pil bari ditasnya.
“Kenapa?... apa kamu gak mau punya anak?” tanya Gabriel heran, biasanya wanita menginginkan anak, tetapi kenapa dia malah tidak mau.
“Aku gak mau kehilangan lagi” balas Zahra.
“Kamu pernah hamil?” tanya Gabriel
“Dulu… ah sudahlah jangan dibahas”
“Please… jangan diminum, aku janji akan menjaga kamu ketika kamu hamil, aku gak akan membiarkan kamu kehilangan anak kita” Gabriel masih memohon dengan sangat.
Zahra melihat ketulusan dimata Gabriel, tapi sungguh dia tidak bisa dan tidak mau hamil lagi.
“Aku gak bisa”
Zahra pergi ke kamar mandi, hatinya bimbang antara meminum atau tidak, apalagi dia melihat Gabriel memohon dan sangat menginginkan anak.
“Kak.. dulu anak kita, kakak sangat menginginkan anak itu.. tapi… tapi aku gagal menjaganya” batin Zahra.
****
Gabriel hanya diam ketika mereka akhirnya kembali ke Jakarta, Zahra tau besar kekecewaan dihati Gabriel ketika Zahra menolak untuk punya anak lagi.
“Kamu bobok ya… aku mau merokok dulu” Gabriel mengambil sebungkus rokok dan berjalan menuju balkon.
“Sejak kapan kamu merokok, setau aku dari dulu kamu paling benci merokok” kata Zahra yang dia tidak sadari ucapannya itu membuat Gabriel curiga, bukannya mereka baru bertemu ketika dikenalkan kakek, tapi kenapa dia tau kalo Gabriel tidak suka merokok dari dulu, tapi Gabriel hanya diam dan tidak menanyakan lebih lanjut.
“Hanya lagi suntuk saja”
Zahra masih melihat wajah sedih Gabriel. “Segitu inginnya kakak punya anak? Tapi sungguh aku takut dia hilang lagi seperti dulu” batin Zahra.
Gabriel duduk di balkon dan mulai membakar rokoknya. Dia memikirkan apa yang sebenarnya terjadi, kenapa bayangan - bayangan selalu muncul di otaknya dan bayangan itu semakin hari semakin jelas, wajah wanita yang dia lihatpun semakin jelas. Wanita itu Zahra, ya dia bisa pastikan wanita itu Zahra.
“Ah buku… didalam buku itu pasti tertulis masa lalu Zahra” batin Gabriel.
Gabriel mematikan rokoknya dan masuk kedalam kamarnya, mencari tas kerja dan mengambil buku yang hendak dibacanya. Dia melakukan diam – diam agar Zahra tidak melihat dan beruntungnya Zahra sedang ke bawah untuk mengambil pakaian kotor di mobil, karena Maryam sedang cuti.
Gabriel mengambil tang dan membuka paksa gembok yang mengunci buku itu, setelah bersusah payah akhirnya buku itu terbuka. Gabriel membuka halaman pertama.