episode 1 pertemuan pertama

585 36 2
                                    

Peringatan keras : AU, OOC, gaje mungkin ancur, alur tidak teratur

Mari kita mulai drama ini.
.
.
.

"tunggu pak, tunggu...." seorang gadis berlari menuju pintu gerbang, ya gerbang Konoha International High School(KIHS), sekolah taraf internasional yang cukup menguras kantong orangtua bagi siswa siswi yang ingin mendapatkan pendidikan disini.

Melirik jam tangan yang melingkar ditangan kirinya yang menunjukkan angka 07.10 sambil tetap berlari...

"Hahhh..." penjaga gerbang menghela nafas. Pasalnya bukan hanya sekali atau dua kali si gadis surai indigo datang terlambat melainkan setiap hari.

"Hari senin kenapa lagi non? Masuklah." Penjaga pun tidak ambil pusing dengan siswi yang satu ini toh nanti ada guru piket yang akan menghukumnya.

"Terimakasih Genma-san hosh..hoshh..." Sambil mengatur pernafasan melangkah masuk ke sekolah nan megah. Tapi baru beberapa langkahnya terhenti karena-

"Hinata Hyuga! Terlambat lagi. Kali ini apa alasanmu?" Seorang wanita yang cukup terlihat garang dengan tatapan yang tajam yang bertugas di hari ini berteriak memanggil si siswi malang.

"Maaf anko-sensei tadi saya menunggu bus terlalu lama. Dan kakak saya juga tidak bisa mengantar saya." Jawab siswa yang ternyata bernama Hinata. Dia berkata jujur tentu saja di keluarga aristokrat tidak mengajarkan berbohong. Tapi tentu saja sang guru tidak akan percaya karena setiap hari alasan si murid selalu berbeda.

"Berdiri di depan lapangan sebelah bendera."

"Tap-tapi..." Sebelum acara protes nya selesai sang guru mengangkat tangan tanda tidak menerima penolakan.

Dengan langkah gontai Hinata melangkah menuju lapangan untuk berdiri di depan seluruh siswa yang melangsungkan upacara pagi hari ini.
.
.
Berhenti di depan kelas yang bertuliskan papan XI-1a menghembuskan nafas sebelum masuk ke kelas yang cukup extrim. Ya kelas Hinata cukup terkenal karena kegaduhan yang sering terjadi.

Seperti saat ini beberapa gadis sedang bergosip tentang akhir pekan atau tentang para pangeran sekolah, ada juga yang bermain kejar-kejaran seperti anak TK, ada yang asyik di alam mimpi padahal masih pagi dan ada juga yang sibuk menghabiskan kripik kentang.

"Terlambat lagi Nat?" Seorang gadis Surai merah muda bertanya setelah Hinata duduk di bangku sebelahnya.

"Hemm.." begitulah jawabannya. Dia terlalu lelah karena hukuman anko-sensei yaitu mencabuti rumput liar dari lapangan hingga sampai depan kelas. Aneh memang, tapi setiap guru piket memang memberikan hukuman yang berbeda. Gai-sensei misalnya karena guru olahraga dia menyuruh berlari keliling lapangan bagi murid yang terlambat.

Tapi bagi Hinata tidak juga jera pasalnya setiap hari tiada hari tanpa telat.

"Tumben Loe gak telat no?" Tanya Hinata pada teman depan bangkunya.

"Dia bareng sai Nat." Sakura yang menjawab pertanyaan untuk temannya.

Sementara yang ditanya hanya nyengir sambil menatap kaca bedaknya. Ya teman Hinata yang satu ini memang hobinya dandan dia dijuluki si ino-barbie ratu gosip disekolah ini.
.
.
.
"Loe aja yang duduk!"kata seorang pemuda pada gadis yang baru naik bus dan hampir jatuh karena harus berdiri berdesakan dengan penumpang yang lain.

"Aku tidak apa, sungguh." Katanya sambil tersenyum.

"Gue cowok gak masalah buat berdiri." terasa ada getaran aneh yg dirasakan saat mendengar suara bariton pemuda disebelah nya.

"Terimakasih." Akhirnya sambil tersenyum kemudian duduk di kursi yang diberikan si pemuda.

Dalam hati Hinata berkata pemuda disampingnya ini baik walaupun terlihat dingin.
Melirik melalui ekor mata tidak sengaja memperhatikan garis rahang yang tegas, hidung mancung, lingkar hitam yang membingkai jade yang indah meskipun tajam, rambut merah bata yang acak-acakan, jangan lupa tato 'ai' di dahi kirinya yang berkesan badboy.
Jika dilihat penampilan seragam yang dikenakan dibalik jaket senada  warna rambutnya dia masih murid SMA, hanya satu kata untuk mendiskripsikan pemuda ini yaitu tampan.
.
.
.
"Selamat pagi semua. Maaf ya sensei terlambat karena tersesat di jalan yang bernama kehidupan." Sapa seorang guru berambut perak.
Entah kenapa guru yang satu ini selalu memakai masker setiap hari.

Rumor mengatakan dia mempunyai riwayat penyakit influenza akut, ada juga yang mengatakan bibirnya monyong, bahkan ada yang bilang giginya ompong entahlah nyatanya semua belum terbukti.

"Kau terlambat setengah jam kakashi-sensei" celetuk salah satu siswa.

"Maaf" mengatakan tanpa dosa dan tersenyum hingga matanya menyipit.

"Ayo kita mulai pelajaran sejarah jepang"
.
.
Kringgggg
Bel istirahat berbunyi terdengar seperti lonceng dari surga bagi sebagian besar siswa siswi KIHS. Mereka kemudian berhamburan keluar kelas untuk makan siang.

"Kyaaaa tampan."

"Lihat dia sangat Kern."

"Wahh aku mau jadi pacarnya."

Hinata's POV
Suara riuh menggema di koridor sekolah. Ya aku tau kenapa, mereka bilang pangeran baru saja turun dari langit. Tapi bagiku tiada pangeran di dunia ini apalagi disekolah.

"Ikutlah denganku." Katanya. Ya seorang pangeran yang mereka bilang mengajakku keluar kelas. Jika saja aku salah satu dari mereka yang ikut bergabung menjadi fangirls nya mungkin aku juga akan berteriak 'wah beruntungnya aku' tapi ini aku sama sekali tidak tertarik dengannya.

"Aku bawa bekal uchiha-san." Kataku menolak secara halus aku bisa saja berkata atau berteriak 'sory gue gak sudi' tapi biar bagaimanapun aku ini putri sulung Hyuga yang dididik sopan santun.

Dia tidak terima menarik tanganku dengan keras, aku sedikit merintih karena sakit tapi aku bisa mengatasinya. Ku tepis tangannya yang putih itu dan ku tatap manik jelaga setajam samurai milik ayahku.

"Kenapa? Ikutlah sebentar denganku hime!" Masih belum menyerah dan apa-apaan panggilannya itu, hanya keluargaku yang boleh memanggilku begitu.

Sebenarnya gak ada mood yang bagus saat bersama orang ini, tapi aku lelah menolak dan harus selalu berakhir dengan pertengkaran.
Jadi, aku turuti saja dia tak lupa kubawa kotak bento dan berjalan mengikutinya.
hinata's POV end
.
.
Di sana di sebuah taman tampak seorang pemuda menatap kosong danau hijau didepannya. Dia bersandar dibawah pohon sakura. Bukan tatapan kosong yang ada di  manik jadenya, tatapannya kini teduh. Bukan melamun melainkan memikirkan sesuatu lebih tepatnya seorang gadis manis.

Entah kenapa perasaan tenang saat bertemu dengannya seperti sesuatu yang hangat menjalar di hatinya yang beku.

Semilir angin berhembus memainkan Surai merahnya membuat lebih berantakan tapi siapa peduli, yang dia inginkan hanya ketenangan saat ini.

Tidak biasa memang, karena pemuda ini biasa menghabiskan waktu membolos dengan bermain di game center atau mencari masalah dengan sekolah lain, tidak jarang juga balapan liar atau berkelahi dengan para musuh.

Saat sejenak menutup kelopak matanya tiba-tiba getaran disaku celana dirasakannya, berdecak sebal dia mengambil benda berwarna hitam itu lalu menyentuh layar dan dipasang ditelinga sebelah kiri tanpa melihat siapa yang menghubunginya.
"Hn."

"Gaara loe dimana sih?"

"Kenapa?"

"Ada masalah. Cepetan Loe dateng kesini. Gue kirim alamatnya."

"Loe berani merintah gue, sas!"

"Sory gaa' bukannya gitu, tapi kankuro dia dihajar anak blue-demon"

"Brengsek." Berdecak kesal tak lupa Gaara mengumpat mengakhiri komunikasi dengan salah satu anak buahnya. Dia beranjak berdiri tergesa menuju halte terdekat untuk menuju tempat dimana teman dan kakaknya diserang.

CUT
Tunggu episode selanjutnya.
______________________________________
AN: Jangan ketawain ya.. Ini fict pertama. Setelah bertahun tahun hanya jadi reader, kini aku mulai memainkan jari.
Tolong semua kritik dan saran bener-bener butuh agar tulisanku lebih baik'.

Light For The ColdestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang