episode 2 jalanan

259 29 2
                                    

Kita mulai
Action.
(Seru sutradara memulai syutingnya)

Seorang gadis manis menarik nafas lalu menghembuskan perlahan sebelum membuka pintu, ya rumah yang seharusnya disebut istana karena kemegahannya dilihat dari luar.
Disamping gerbang berwarna coklat keemasan terdapat papan yang dibuat khusus arsitek ternama bertuliskan 'Mansion Hyuuga'.

"Tadaima." Setelah mengucapkannya gadis itu lalu menghempaskan diri di sofa putih yang berada diruang tengah.

"Selamat datang, Hinata-sama" sambut wanita yang terlihat dewasa.

"Apa Otou-sama belum pulang, matsu-nee?" Tanya Hinata pada maid yang malah dianggap kakaknya.

"Belum, nona. Apa nona akan makan atau butuh sesuatu?" Tanya Matsu lagi menawarkan jasanya.

"Kurasa aku akan langsung ke kamar saja."

"Baik nona."

Ya, selalu seperti itu rumah megah yang kosong, bukan karena tidak ada hiasannya. Nyatanya setiap perjalanan bisnis ayahnya yang berada di luar negeri selalu membawa oleh-oleh berupa barang-barang yang dapat menguras dompet tebalnya.
Tapi semua barang mewah itu tidak dapat menghangatkan tempat yang disebut rumah.

Hinata menghela nafas mengingat keluarganya, dia dilimpahkan materi yang lebih dari kata cukup.
Ayahnya pemilik Byakugan Fondation, perusahaan turun temurun yang diwariskan leluhur Hyuga bergerak di bidang Transportasi. Semakin dikembangkan sejak dipimpin Hyuga Hiasi.

Tapi karena kesibukannya ayahnya sangat jarang dirumah. Hinata merindukan ayahnya. Dia mengingat kehangatan keluarga saat ibunya masih hidup yang selalu menasehati ayahnya ini dan itu agar tidak terlalu memanjakan Hinata kecilnya.

Tapi semua berubah menjadi sunyi dan sepi, bahkan keluarga jadi sangat dingin ketika adik kecil Hinata hadir. Hanabi, bungsu Hyuga yang lahir 12tahun yang lalu.
Karena kondisi yang sangat lemah mengakibatkan komplikasi dan merenggut nyawa nyonya besar Hyuga.

"Okaa-sama, Hinata merindukanmu." Setetes air bening meluncurmelewati pipinya.

Tidak ingin bersedih lebih lama, mengingat masa lalu hanya akan melemahkan pertahanan si sulung Hyuga yang dituntut menjadi heires yang hebat.

Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian kasual, gadis itu menyambar jaket navy nya yang melekat pas ditubuh sintalnya. Tidak lupa mengikat rambut seperti ekor kuda yang tinggi.

"Apa Hinata-sama akan berkendara?" Tanya penjaga rumah yang  juga supir pribadi keluarga ini saat melihat nonanya masuk garasi.
"Ya, ko-san." Jawab sang nona.
"Biar saya antar."
"Terimakasih, tapi aku hanya akan jalan-jalan sebentar."
"Tapi nona-"
"Katakan saja kalo Neji-nii pulang aku dengan teman-temanku."
"Baik nona, berhati-hatilah."
Tidak ingin membantah Ko membiarkan nonanya pergi dengan perasaan sedikit khawatir.
Bukannya bermaksud lancang tapi Ko sangat menyayangi Hinata karena sudah menjaga sejak dia berusia 3tahun.
.
.
.
Di tempat lain

Seorang pemuda dengan tatapan dingin melajukan mobil sport Ferrari 488 GTB berwarna merah yang dipesan khusus dari perusahaan ternama dan dimodifikasi menjadikan pemiliknya dijuluki raja jalanan.

Berteriak mengumpat kesal karena dihina ketua geng sebelah dengan cara menghabisi kakaknya dengan cara mengeroyok hingga saat ini dirawat dengan luka parah.

Dia bersumpah akan menghabisi ketua geng 'Blue Demon' yang berani menantangnya.
Setelah menghajar sekitar 20 anak buah sendirian dengan tangan kosong dia mengatakan pada pemuda bersurai putih kebiru-biruan yang hampir kehilangan kesadarannya, bahwa malam ini dia menunggu ketuanya di distrik hitam untuk balapan liar.

"Sial!" Tidak habis pikir dengan hari ini saat melihat mobil sport mewah limited edition melewati mobilnya hampir menyerempet bagian kanan.

Mata jadenya menatap nyalang mobil silver dengan sentuhan lavender saat berhasil menyamakan kecepatannya.

Kedua mobil itu terus maju dengan kecepatan luar biasa melewati kendaraan-kendaraan dijalan yang tidak sepi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua mobil itu terus maju dengan kecepatan luar biasa melewati kendaraan-kendaraan dijalan yang tidak sepi ini. Saling mendahului, bukan bermaksud balapan dengan taruhan, hanya saja keduanya merasa tertantang saling mengalahkan.

Hingga...

Brumm brumm...
Deru mesin si silver yang melewati persimpangan saat lampu lalu lintas berwarna hijau.
Beberapa detik setelahnya si merah menyusul.

Memarkirkan ditepi jalan sepi setelah berbelok kiri, memukul stir dengan frustasi. Apa lagi ini tidak ada hari yang jauh lebih buruk. Siapa 'sebenarnya pengendara itu' selama ini tidak ada yang mengalahkannya di jalanan apalagi hanya beberapa kilometer.
.
.
.
"Apa??" Bentak pemuda kepada anak buahnya yang baru saja melaporkan kejadian beberapa jam yang lalu.
"Maaf, Sasuke!" Dengan tertunduk takut berharap sang ketua mengampuni nyawanya.
"Kapan?"
"Malam ini, di distrik Kaname." Ya tempat khusus yang dijadikan acara balap liar para geng besar.
"Rupanya Red-Devil benar-benar akan turun tangan."
Seringai nya mengembang mendengar rivalnya akan menampakkan diri.
Penasaran sudah berbulan-bulan sejak pertarungan sengit terakhir mereka.
"Siapkan semuanya, Juugo." Titah sang ketua yang langsung dipatuhi anggotanya.
.
.
.
Hari setelahnya di KIHS
"Ohayo Nata-chan." sapa seorang gadis pirang ala ponytail.
"Ohayo Ino-chan." Balas si gadis indigo.
"Ada apa hm? Loe terlihat kacau."
"Tidak apa." Jawabnya dengan senyum yang dipaksakan.
"Jangan bilang Loe galau gara-gara si Ice Prince."
"Gak mungkinlah. Loe tau dia gak tertarik dengan pangeran kita, Pig! Gadis musim semi yang baru datang ikut menyahut.

Dan obrolan ringan pagi hari selesai saat guru dengan julukan ular masuk.
Mereka berencana akan menghabiskan waktu pulang sekolah ke tempat Sakura hanya untuk mendengar sahabat menceritakan masalah yang sedang dihadapi.
.
.
.
"Tumben banget Loe gak ke kelantai dua, Teme." Seru seorang siswa saat melihat sahabatnya di atap.
"Hn."
"Loe lagi ada masalah ya sama dia?" Tanya nya lagi.
"Hn."
Sedikit kesal dengan jawaban yang tidak diketahui maknanya.

"Menurut buku yang sedang ku baca,wanita suka diperlakukan secara istimewa, kawan." Timpal siswa dengan senyum palsunya.

"Bicaralah pada Hinata-chan." Kata teman pirangnya sambil menepuk bahu dan berlalu menuju pintu yang menghubungkan lantai atas dengan atap sekolah.

"Mendokusai." Seru siswa saat membuka sedikit mata malasnya dan kemudian kembali menyandarkan kepala di lengannya.

Sementara Sasuke hanya melihat ke sebuah taman sekolah bertumpu pada tangan yang di sandarkan dipagar pembatas dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Tunggu Episode selanjutnya...
Mungkin akan dimulai drama romantisnya.

Light For The ColdestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang