"Kau mengajarkanku mengenai apa makna sebuah rasa, walau mungkin bukan cinta"
Kelas baru, sekolah baru. Aku harus pindah sekolah karena tugas kantor ayahku. Kelas 1 SMA kemarin aku diJogja, sekarang aku harus keJakarta, memang aku lahir diJakarta, tetapi keluargaku selalu berpindah-pindah. Bahkan, aku pernah menempuh sekolah dasar diBali. Hmmmmm... begitulah..
"Olin, ayo cepetan bangun,"panggil ibuku dari dapur. "Astaga jam berapa ini?!,"kataku terkejut yang masih berbaring di kasur hijau bermotif bungaku. Kulihat jam tanganku yang tertera pukul 06.30. "Hah!baru pernah gue bangun jam segini!gila,"kataku sambil bangun dari tempat tidur sambil emosi, ya itulah diriku.
"Sarapan dulu, makanya main laptop jangan sampe malem, gitukan bangun telat,"perintah ayahku. "Hehe,"kataku tersenyum malu, memang tadi malam aku tidur telat, jam 24.00, itu semua karena laptop baruku, hadiah ultahku dari tanteku, Livia.
"Udah, cepet sana nanti gerbang ditutup, malu, inikan pertama kamu sekolah disini,"kata ibuku.Aku mengayuh sepedaku dengan sangat kencang.
Huufff,,, pak satpam belum menutup gerbang.
Indah sekali sekolah ini, gumamku, sambil mencari kelas 11MIPA 1. Nah ini dia!
Ternyata belum banyak anak yang datang, aku kira aku akan dihukum membersihkan WC karena telat.
"Hai,"kata seseorang setelah aku duduk di kursi barisan kedua. "Oh hai,"jawabku. "Anak baru ya?,"katanya, mata coklat keemasannya yang indah menatapku. "Iya," "Nama loe siapa?,"tanya laki-laki sedikit lebih tinggi dariku itu.
"Nama gue Caroline Devina Angelica,loe bisa panggil Olin,kalo nama loe siapa?," "Gue Alexander Alfredo, panggil aja Alfred,"katanya dengan senyumnya yang tersungging, manis... Astaga apa yang terjadi padaku!kataku dalam hati.Jam dikelas menunjukkan pukul 07.00 saatnya jam pelajaran dimulai.
Dug dug dug suara langkah kaki seseorang menuju kelas kami."Selamat pagi anak anak,"kata seseorang yang berpostur tinggi, dengan kacamata diatas kepalanya, mmmm.. mungkin ini wali kelas 11MIPA 1. "Selamat pagi, Pak John,"jawab siswa serempak.
Yap, benar dugaanku, dia wali kelas 11MIPA 1. Kelihatan dari mukanya dia termasuk guru killer di dunia ini, begitu juga kata teman-temanku. Buktinya saja saat aku diminta memperkenalkan diri, tatapannya sangat galak, seolah aku telah berbuat kejahatan, padahal seharusnya bersikap ramah terhadap orang baru itu tidak salah.
Akhirnya, tepat pukul 12.00 siswa berhamburan keluar kelas.
"Hah!siapa yang nglakuin ini!kurang ajar!,"kataku diparkiran sepeda. Menyebalkan.. sepedaku terikat oleh sepeda gunung seseorang.
Anak-anak disekolah ini memang sangat jahil, begitu kata Neo, teman sebangkuku.
"Ada apa si, loe marah-marah?,"kata Alfred. "Tuh, loe liat sendiri," "Hah! Inikan sepeda gue,"katanya sambil melepaskan ikatan itu.
"Huufff, makasih, oiya, itu sepeda loe?," "Iya," jawab Alfred singkat.
"Olin, standar,". "Eh iya, makasih sekali lagi,"kataku sambil tersenyum, iapun membalas dengan senyum anehnya. Ternyata aku lupa dengan standar sepedaku, untung saja."Lin, loe udah ngerjain pr? Sumpah gua lupa sama sekali!,"kata Neo. "Ngerjain donk,"kataku sambil menegakkan bahuku. "Lin, loe cantik banget si, baik lagi, pinter, rajin, sssttt pokoknya perfect perfect deh!,"katanya seolah aku tidak mengerti niatnya.
"Terus, nyontek?,"kataku. "Mmm bukan, tapi liat terus gua salin, hehe," "No!,".
"Ngapain sih loe minta ke cewek pelit gitu, nih loe liat punya gue aja,"sela Alfred, dasar!. Ya, memang Alfred salah satu anak terpintar dikelas ini, atau bahkan disekolah ini. Cerita Neo, dia rangking 1 disekolah ini, banyak lomba yang telah ia ikuti, maka itu banyak sekali penggemarnya."Ehh, loe gak usah ikut campur, dalam rangka apa loe ngomong gua pelit!,"bentakku. "Udahlah ngaku aja, ilmu tuh dibagi bukan dimakan sendiri," "Terserah loe semua,"aku pergi dari kelas setelah menghentakkan meja.
Tidak seperti yang dibayangkan, ternyata Alfred sangat menyebalkan.
Membosankan, hari ini Neo tidak berangkat sekolah. Kakak kelas, sepupunya, menitipkan surat bahwa Neo pergi keluar kota, lebih tepatnya Bandung bersama ortunya. Tidak ada biang kerok yang dapat mengukir senyumku. Entah sampai berapa hari dia harus pergi. Yaaa, walaupun kadang ulahku membuatnya kesal 1001 kali, begitu juga sebaliknya. Jujur, aku saja pernah membuat pulpennya bocor, hahahahah itu semua ulah tanganku.
Duduk sendiri, belajar sendiri, tidak ada teman becanda, tidak ada teman keWC hehe, istirahat sendiri, dan lain lain. Begitulah nasibnya jika teman sebangku tidak masuk.
Gubrakkk
"Heh!Lo ngapain, liat buku gue berantakan nih!, Gue gak mau tau Lo harus beresin titik!," Menyebalkan, saat aku tidak mood saja ada sebuah perusak mood lagi. Alfred, si anak menyebalkan, sungguh diluar dugaanku.
"Salah siapa?!, Naruh buku jangan dipinggir meja, loe punya lacikan?!,"
"Lah lo ngapain lari lari dikelas?!,"benakku yang refleks memandang kami."Udah deh loe pada, nyelesein masalah bukan debat,"
"Pertengkaran berujung cin...,"
"Ngomong apa loe!,"bentakku bersamaan dengan Alfred.
"Nohkan, jodoh gak kemana, hahahahaahhah,"
Dengan penuh emosi, aku menghentakkan kakiku dan pergi meninggalkan kelas menuju perpustakaan.
Perpustakaan, itulah tempat kesukaanku. Yap, aku sangat suka membaca buku.
Bukan hanya itu, diperpus kita bisa mendapatkan ketenangan sesungguhnya.Aku langsung merebahkan tubuhku ditempat tidurku. Setelah seharian menghadapi kejadian yang tidak kusukai.
Kubuka hpku, dan langsung menuju app WA.
"Neo, kapan loe balik?"
Tidak ada jawaban. Mungkin Neo sedang menikmati liburannya.
Setelah 20 menit baru ada balasan darinya.
"Azeg, loe kangen gue ya, hehe, biasanya loe sering ngusir gue kalo gue ganggu loe ngerjain fisika mapel favorite loe itu,"
"Oke! Loe gausah balik aja kalo gitu,
Gaklah gua becanda"
"Udah ada lagi?,"
"Ada, oleh2,"
"Oleh2nya cerita gue aja ya,"
"Terserah! Up to you.,"Padahal aku baru mengenal Neo sejak aku sekolah disini, tapi entah mengapa aku menyukainya.
Setelah aku lelah mengerjakan 50 soal tugas fisika dengan penuh keterpaksaan. Aku scroll status WA teman temanku. Ya sama saja semua mengurusi tentang cinta, cinta, dan cinta. Bucin...
Jujur, aku tidak terlalu mementingkan.Uhuk uhuk..
Aku bangun pagi dengan rasa yang tidak enak. Dan ya, tubuhku demam.
"Udahlah Lin, kalo dipaksain berangkat sakitnya tambah parah,"tutur ibuku lembut.
"Gak apa ma,"
"Kalo gak kamu, ayah anterin gakusah naik sepeda sendiri,"kata ayahku.
Baru saja aku melangkah pintu rumah, petir menyambar.
Hujaann..
Sungguh aku tidak menyukai hujan di pagi hari. Tapi mau bagaimana lagi.
Aku berangkat sekolah dengan seragam basah tetapi dengan tubuh yang panas.
Hujan terus mengguyur sampai pulang sekolah. Aku harus menunggu hujan berhenti, ayahku tidak mungkin menjemput, ia sangat sibuk. Dan ibuku, dia harus menjaga adikku, tidak mungkin anak kecil ditinggal sendiri, tidak mungkin juga diajak dengan cuaca seperti ini.
"Lin,"panggil seseorang.
"Apa?,"
"Gak usah jutek si jadi anak, loe belum dijemput?,"kata Alfred.
"Gak,gue gak dijemput, gue nunggu ujan reda,"jawabku.
"Ujan reda bisa sampe malem, dan loe lagi sakit, nanti loe tambah parah, nih gue ada payung,"tawarannya
"Darimana loe tau gue sakit?,"
"Gue bisa ngerasain,"
Sontak aku kaget. Apa yang dikatakannya?Apa maksudnya?
"Gaklah, gue becanda, keliatan dari muka loe, loe gak tau apa kalo loe pucet banget,"
"Oiya. Tapi gue gak butuh payung loe,"
"Ok!,"
Alfred semakin menjauh. Setelah aku pikir-pikir, untuk sementara lupakan dulu bahwa itu musuhku.
"Mmm, tunggu,"
"Apa? berubah pikiran?,"
"Gue pinjem payung lo, emm tapi loe gimana?,"
"Gue ada jaket,"
"Gimana kalo loe yang sakit?,"
"Daripada loe yang sakit,"kata singkatnya membuat ada rasa aneh padaku. Sebenarnya, apa niatnya.
Tak ada perkataan setelah yang terakhir tadi. Hanya bunyi rintikan hujan diantara kami. Seolah hujan sedang menari mengiringi kami.
"Maksud loe?,"
"Udahlah nih, gue bukain,"
Rasanya aku ingin tertawa, masa kelas 2 SMA gak bisa buka payung.
"Hahahahah, gimana si loh,"
Anehnya, gak mungkin dia gak bisa buka payung sendiri.
"Makasih ya,"kataku sambil tersenyum.
"Sama-sama, jangan lupa balikin,"balasnya sambil melemparkan senyumnya yang bisa menghentikan waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret
Genç KurguTidak semua rasa harus diketahui, termasuk cinta. Cukup ada dihati, pertahankan, jaga, dan tunggu saatnya tiba.. Caroline Devina Angelica, gadis yang kerap disapa Olin tidak menyangka bahwa lubuk hatinya tertuju dan hinggap pada seseorang. Akankah r...