Seorang gadis berjalan sambil berkali-kali mengutuk dirinya sendiri. Mukanya memerah padam. Ia tidak menyangka, efek dari sebuah senyuman dapat membuatnya jadi semalu ini. Bagaimana tidak? Ia tertangkap basah memperhatikan seseorang yang sedang bersama kekasihnya dan orang tersebut justru tersenyum dengan manis kepadanya. Sudah malu level maksimal, ia seperti ingin menenggelamkan dirinya sendiri sangking malunya.
"Jisoo, Tunggu aku!" seorang laki-laki dengan plester di pipinya berhasil mengalihkan gadis itu dari mengutuk dirinya sendiri.
"Eh Pipimu kenapa, Bii?" Jisoo menekan plester di pipi Bii aka Hanbin.
"Aw! Sakit tau! Ini tuh gara-gara aku marahin pacarnya Hanbyul, lagian masih kecil udah pacar-pacaran. Kakaknya aja masih jomblo gini."
"Terus? Kamu kamu diapain?"
"Ditonjok sama Hanbyul. Huhuhu"
"Lagian sih, kamu ikut campur aja. Udah tau Hanbyul kalo udah emosi, tangannya maju duluan"
"Aku cuma ga ingin adikku kenapa-kenapa kok. Dia terlalu kecil untuk pacar-pacaran."
"Ah, bukannya karena kamu malu ya, kalah sama anak SD?" Jisoo tertawa sangat puas, sedangkan Bii hanya cemberut mendengarnya.
"Halah, ngaca! Btw kenapa kok tadi mukamu merah padam?"
Jisoo terdiam.
...
Jisoo membereskan bukunya, akhirnya selesai sudah kuliahnya hari ini. Jarum jam di dinding masih menunjuk angka lima. Biasanya, langit mulai gelap ketika pukul enam lewat. Tapi, hari ini berbeda. Baru pukul lima dan langit sudah cukup gelap, seperti akan turun hujan. Jisoo terdiam di dekat halte, menunggu bus nomor 111. Tiba-tiba titik air turun dari langit membentuk gerimis kecil. Gerimis kecil yang memberi setitik kebahagiaan bagi Jisoo. Bagaimana tidak? Daniel tiba-tiba muncul dan berteduh tepat disampingnya.
Jisoo tidak dapat menahan senyumnya ketika melihat Daniel begitu keren, padahal Daniel sudah setengah basah. Seperti sadar jika diperhatikan, Daniel menoleh dan tersenyum kearah Jisoo yang berhasil 100% membuat Jisoo salah tingkah. Pada akhirnya Jisoo memilih untuk melewatkan bisnya dan tetap berteduh, tidak dapat ia pungkiri jika ia ingin melihat Daniel lebih lama.
....
Kemeja putih itu hampir basah sepenuhnya. Daniel mengacak-ngacak rambutnya perlahan, menyingkirkan tetes-tetes air di rambutnya. Kalau dipikir-pikir, hari itu juga hujan. Hari dimana aku mengetahui bahwa namanya Kang Daniel.
....
Seperti rutinitasku beberapa minggu terakhir, hari ini aku tidak lupa untuk mampir ke kedai kopi dekat kampus. Beruntungnya, senin pagi ini aku tidak ada kelas, jadi aku bisa memperhatikannya sedikit lebih lama.
Hari ini aku mengajak Bii, sekalian mengerjakan tugas. Bii masih belum datang, kemungkinan besar ia baru bangun ketika ku telpon. Aku memutuskan memesan sebuah cake dan segelas coklat dingin. Setelah hampir 20 menit berlalu, akhirnya aku melihat Bii berjalan kearahku. Kentara sekali dia baru bangun, ia bahkan berjalan dengan mata setengah tertutup."Kebiasaanmu nih ya, ngeganggu waktu liburku" Bii menggerutu.
"Ya maaf. Lagipula kita kan datang kesini untuk mengerjakan tugas."
"Tepati janjimu ya, nanti sore temani aku ketoko bunga."
"Iyaaaa Bii. Mau beli bunga untuk hadiah ulang tahun ibumu kan?"
"Iya. Buket bunga spesial."
.....Setelah hampir setengah jam aku dan Bii berkutat dengan tugas. Mataku menangkap sosok yang memang kutunggu sedari tadi. Laki-laki berbahu lebar itu hari ini memesan ice americano. Memang, hari ini Seoul sedang panas-panasnya.
Eh?
Dia, berjalan kearahku. Mau apa?
"Kim Hanbin???"
Eh?
"Kang Daniellll???"
Lah?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita • Daniel x Jisoo x Hanbin
RomancePada awalnya Aku dan Kamu. Aku dengan diriku, dan kamu dengan pasanganmu. Aku tidak mengenalmu, begitu juga dirimu. Aku dan kamu memang asing, awalnya. Tetapi, kadang takdir selucu itu. Mempersatukan aku dan kamu yang asing ini dengan sebegitu rapi...