Perpisahan

376 50 8
                                    

Tiga orang, tiga gelas kecil, dan tiga botol soju, dua botol diantaranya sudah hampir kosong tidak tersisa sedangkan salah satu diantara tiga orang tersebut sudah meracau tidak karuan, ia sesekali terlihat marah, beberapa menit kemudian terlihat sedih. Jisoo tidak tau harus berbuat apa, yang ia tau jelas adalah disaat seseorang patah hati, orang itu tidak butuh nasehat dan petuah-petuah, tapi hanya butuh didengarkan, dan Jisoo sedang berusaha menjadi pendengar yang baik dengan cara tidak memberikannya kata-kata bijak yang berasal dari internet.

Bertolak belakang dengan Jisoo, laki-laki didepannya entah sudah menenggak berapa gelas soju, yang jelas dua botol soju ini 85% laki-laki itu yang menghabiskannya. Toleransi Jisoo terhadap alkohol bisa dibilang rendah. Oleh karena itu ia hanya minum beberapa gelas dan berusaha untuk mengendalikan dirinya agar tidak minum lebih banyak dari itu jika ia masih ingin sadar sepenuhnya.

'Pluk'
sebuah jaket yang tersampir dengan sempurna dipundaknya mampu membuat perhatian Jisoo teralihkan sepenuhnya pada si pemilik jaket.

"Pakai, nanti masuk angin" ucap Hanbin membuka pembicaraan seraya meminum soju digelasnya dalam sekali teguk.

"Terima kasih" balas Jisoo, kentara sekali kecanggungan diantara mereka.

Lima menit, sepuluh menit, dua puluh menit, sampai tiga puluh menit berlalu keheningan diantara mereka berdua tidak kunjung terpecahkan. Berdua? Ya hanya diantara mereka berdua, karena Daniel tidak hening sama sekali, ia sudah meracau tidak karuan.

"Kau tau?" Jisoo berusaha memulai pembicaraan.

"Tidak, kau belum memberi tahuku"

"Aku belum selesai bicara, biiyaaa" Hanbin tersenyum mendengar Jisoo kembali memanggil dirinya dengan nama panggilan yang sudah beberapa saat ini tidak ia dengar dari mulut Jisoo.

"Maaf hehehe. Jadi, ada apa? Apa yang perlu aku tau?"

"Tidak jadi, kau menyebalkan"

"Dan tampan" sahut Hanbin yang mampu membuat Jisoo tertawa terbahak-bahak, begitupun Hanbin, melihat Jisoo tertawa membuatnya jadi tertawa juga, memang orang yang sedang jatuh cinta kadang selucu ini.

"Terima kasih"

"Untuk?"

"Semuanya, terutama sudah mau bersahabat denganku dan membelaku tanpa kuminta" Hanbin tersenyum lebar mendengar ungkapan tulus Jisoo.

"Sama-sama, Jiiyaaa"

....

Siapa yang sangka, bahwa Daniel akan dipertemukan dengan kekasih sekaligus selingkuhan kekasihnya, memang takdir kadang selucu itu.

....

Jisoo terjebak diantara keduanya, Daniel terlihat marah dan sangat kecewa. Jisoo bingung tidak tau harus berbuat apa. Sedangkan laki-laki yang masuk bersama Hani memutuskan diam dan menyaksikan perseteruan di depannya.

"Sejak kapan kalian seperti ini dibelakangku?"

"Daniel, aku bisa jelaskan. Tolong dengarkan aku dulu" Hani berusaha menggapai tangan Daniel yang langsung ditepis oleh Daniel.

"Jelaskan? Hahaha aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri. Aku tidak perlu lagi mendengar penjelasanmu bukan?"

"Sejak aku jatuh cinta pada kekasihmu" laki-laki yang tadinya diam itu memutuskan untuk berbicara. Daniel tidak membalas tapi tangannya sudah terkepal sempurna.

"Daniel, jangan" bisik Jisoo sambil menahan tangan Daniel yang terkepal.

"Jackson, cukup. Aku mohon jangan ikut campur."

"Kenapa? Aku ingin Daniel tau. Seandainya dia memperlakukanmu dengan baik, mungkin aku tidak akan menyatakan perasaanku padamu."

"Apa maksudmu?" Sahut Daniel berusaha setenang mungkin.

"Kau menuduh kekasih mu berselingkuh. Tapi kau sendiri sedang berdua dengan perempuan lain dan bahkan dia menggenggam tanganmu? Lucu sekali."

"Dia siapa?" Hani seakan baru menyadari keberadaan Jisoo.

"Dia kekasihku dan aku tidak ingin kekasihku terlibat dalam masalah percintaan kalian." Sebuah tangan hangat dan suara yang tidak asing bagi Jisoo mengintrupsi keributan diantara mereka.

"Hanbin?"

Kita • Daniel x Jisoo x HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang