Jae Bum dan Irene resmi bersama. Setidaknya itulah yang kudengar.
Rumornya, Jae Bum menyatakan perasaannya ketika keduanya bercumbu—i don't know the details—dan boom! Irene membalas perasaannya. Harus kuakui, Jae Bum cukup berani. Dua minggu berlalu setelah tebakanku mengenai perasaan Jae Bum kepada Irene dan selanjutnya keduanya resmi bersama. Jika aku tidak salah.
Keluar dari ruang kelas, kepalaku berputar mencari sosok yang kukenal baik. Atau singkatnya, aku mencari Jae Bum. Atau mungkin Jackson. I could use some truth now. Namun, ketika mataku menemukan Jae Bum, bahkan Jackson,berada dalam situasi baru, aku tahu aku sudah mendapat jawabanku.
Berdiri beberapa langkah dari tempatku adalah Jae Bum dengan tangan melingkar di bahu Irene, tersenyum lebar. Jackson berada di sebrang mereka dengan Seulgi dan Joy mengapitnya. Kelimanya berkumpul dan bicara—dengan normalnya.
Weird, pikirku langsung. Tapi kemudian aku tidak melihat Wendy, jadi aku masih bisa menerima situasi itu. Melangkah menuju kelimanya, aku berusaha tidak menunjukkan keterkejutanku.
"So, i guess the rumor is true," kataku ketika berada mendekati mereka. "Bagaimana bisa tidak ada yang memberitahuku?"
"Kau sibuk," respon Jackson.
Jae Bum mengangkat bahu. "You haven't been in school lately, aku tidak sempat mengabarimu."
Aku tertawa kecil. "Oh sure, aku sibuk dan tidak pernah terlihat di sekolah. Now, salahku jika aku lulus lebih dahulu dari kalian?"
"It's not. It just says that you're old."
"Hati-hati dengan ucapanmu, Jackson," kataku bercanda.
Jackson membalasku dengan gurauan lain yang mendapat respon dari Seulgi. Gadis itu tertawa dan membuatku mengalihkan perhatian padanya. "Jangan tertawa. Kau memberikan Jackson kepuasan," kataku masih dalam suasana hati penuh canda. Seulgi merespon, Joy merespon, bahkan Irene sesekali merespon candaanku.
Somehow, suasana yang aku dan kelimanya ciptakan tidak terasa aneh. Aku masih bisa merasakan familiarity antara aku, Jae Bum, dan Jackson. Tapi juga hal-hal baru yang dibawa ketiga gadis itu. Setidaknya sampai Seulgi menyerukan satu nama yang membuatku menggerutu kesal dalam hati.
Tubuhku berputar, mataku menemukan Wendy bersama tiga gadis lainnya—salah satunya Yeri—dengan tangan melambai di udara. And I swear i see her sighing when our eyes met.
Aku benci mengakuinya tapi hubunganku dan Wendy tidak semakin baik semenjak pesta Jae Bum. Tidak membaik bukan berarti aku dan Wendy tidak bicara—we talk sometimes—tapi gadis itu semakin meminimalkan usahanya dalam bersosialisasi denganku. Aku tidak tahu penyebabnya, Wendy tidak mudah ditebak.
"Kupikir kalian berada di kelas yang sama?" tanya Jackson mengalihkan perhatianku.
"Nah," jawab Joy. "Sebagian besar aku, Irene, dan Seulgi berada di kelas yang sama. Yeri's too young. Sementara Wendy mengambil kelas lebih lanjut."
"She's fucking smart," tambah Seulgi mengabaikan tata bahasanya.
Aku tidak akan terkejut mendengar penjelasan Joy dan Seulgi. Aku dan Wendy pernah berada dalam kelas yang sama—yes, she's so smart that she actually get an advance class earlier—dan aku tahu benar kemampuannya. Jika bukan karena statusnya di organisasi sekolah, aku berani mengatakan bahwa Wendy bisa lulus lebih awal.
"Hey," kata Wendy ketika ia berhenti di samping Joy bersama Yeri. "Aku menemukan sesuatu yang berbeda hari ini."
Joy memutar bola mata. "Tidak buruk, Wendy. Irene dan Jae Bum resmi bersama."
"Kalian mungkin harus membiasakan diri," ujar Wendy, entah siapa yang dimaksud dengan kalian. "Ini mungkin bukan terakhir kalinya. Kita bisa saja menghabiskan waktu di luar bersama."
Ide untuk menghabiskan waktu bersama sekelompok perempuan berparas di atas rata-rata memang menggiurkan, tapi di sisi lain, aku tahu arti lain dari kalimat tersebut. Jika saja aku bisa memperbaiki apa yang sebelumnya tidak seburuk ini, aku dan Wendy mungkin tidak harus merasa tidak terlalu nyaman berada dalam tempat yang sama. I feel bad somehow.
"Dan," Jae Bum menambahkan. "Kalian mungkin bisa menemukan pasangan juga."
Dengan itu, beberapa dari kami tertawa. Aku salah satunya. "Lelucon bagus, Jae Bum."
Kulihat alis Jae Bum terangkat. "Aku tidak bercanda. Aku tahu ada chemistry yang tidak bisa dilewatkan di antara kalian."
"Kalian siapa?" tanya Seulgi.
Jackson, dengan penuh percaya diri, melingkarkan tangannya di bahu Seulgi. "Kau tahu Jae Bum membicarakan kita, babe," katanya yang dibalas dengan sikutan di perut dari Seulgi.
Aku tidak penasaran dengan siapapun yang dimaksud Jae Bum. Siapa pun itu, aku tidak termasuk dalam daftar tersebut.
"Oh, Joy could use a boyfriend. Kau tahu, Mark mungkin cocok menjadi kekasihmu," sahut Irene.
"Aku?" katanya sambil tertawa kecil. "Please, Seulgi lebih membutuhkannya."
Seulgi membalas Joy dengan pukulan ringan di lengan Joy. Aku menonton kejadian di depanku seakan-akan aku tidak sadar bahwa mereka membicarakanku. Sejujurnya, aku tidak terlalu peduli dengan konten pembicaraan mereka. Yang mengganggu pikiranku adalah fakta bahwa hal ini—Wendy dan lingkar pertemanannya bersama dengan lingkar pertemananku berada di lingkup yang sama—terjadi dan tidak ada yang mempermasalahkan hal tersebut. Semunya terasa normal.
"Wait, kenapa tidak ada yang ingin merekomendasikan seseorang untuk Wendy?" tanya Jackson seketika.
Aku yang sedaritadi mengikuti pembicaraan mereka tanpa ketertarikan menaikkan alis. Setelah kupikir-pikir, Jackson ada benarnya. Irene menyarankan aku dan Joy sementara Joy merekomendasikan Seulgi. Ketiganya beralih pada Yeri—termuda di antara mereka—tapi tidak berkata banyak. No boys for Yeri, kata mereka.
"Oh? Kalian tidak tahu?" seru Yeri. "Wendy memiliki seseorang. She's taken."
*
Beberapa jam kemudian aku menemukan diriku memikirkan seseorang yang mampu menaklukan Wendy. Weird, pikirku untuk kesekian kalinya hari itu.
Bukan bermaksud menghakimi Wendy, tapi aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa gadis itu membuka hatinya untuk seseorang. Bagiku, Wendy terlalu dingin. Meskipun terkadang gadis itu pantas bersikap dingin di depanku mengingat hal-hal menyebalkan yang kulakukan dan katakan padanya.
For fuck's sake, i even tried to have sex with her.
Tidak heran jika ia membenciku. Wendy memiliki pasangan dan di sinilah aku berusaha menggodanya untuk tidur bersamaku. Siapa yang tidak akan benci diperlakukan seperti itu? But then, why not tell everyone? Kenapa ia tidak pernah membicarakan kekasihnya? Kenapa merahasiakannya? Is this really a secret though? Kalaupun benar, kenapa Yeri mengumumkan hal ini di depanku, Jackson, dan Jae Bum?
What was this, honestly?
Dengan telapak tangan menutupi wajah, aku mengutuk diri berkali-kali. It's not my business, kataku terus menerus sambil memijat wajah. Aku tahu hubungan Wendy bukan urusanku, tapi aku tidak bisa tidak merasa bersalah atas perlakuanku padanya. After all, i'm the bad one here, dan Wendy berhak membenciku.
Shit, semua hal tentang Wendy mengacaukan pikiranku.
I need a break. Aku membutuhkan sesuatu yang bisa mengalihkan perhatianku—pikiranku.
I need to get laid. Or better, i need a girlfriend.
*
Note: edited. (310520)
KAMU SEDANG MEMBACA
HER [got7; redvelvet]
FanfictionIt takes one moment to create tragedy, And yet, It takes thousand of moments to forget it. Peringatan konten; not recommended for children.